Cari Blog Ini
Rasulullah saw bersabda "Ikatlah Ilmu dengan Tulisan"_____ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا Ya Allah … aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang thayyib, dan amal yang diterima"
Unggulan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Diposting oleh
Muh. Reza Jaelani Science Communicator
Sifat Seorang Guru
Kembali menulis dan menulis, ya inilah saya seorang
biasa yang menuangkan pemikiran ini. Ingin kembali berbagi dengan apa yang
telah dibaca melalui jari-jemari diatas keyboard
ini. Sebenarnya ini buku yang sudah lama saya miliki, judulnya adalah “Guruku
Muhammad” karya Fuad Asy Syalhub, kembali saya baca dan baca. Yang menarik dari
buku ini adalah BAB pertamanya yang membahas mengenai sifat seorang guru yang
merujuk pada sifat-sifat rasul sebagai pengajar terbaik.
Sekedar informasi juga bahwa cita-cita saya sedari dulu
memang menjadi seorang guru (semoga Ya Allah, harapan ini terkabul. Back
to campus as a lecture, seperti yang saya banyak orang harapakan amin).
Entah kenapa ketika bisa berbagi sedikit yang saya tahu dengan orang lain, disitulah
merasa menjadi hidup. Rasanya lebih indah dan membahagiakan ketika bisa berbagi
dengan orang lain lebih bahagia dibandingkan dengan mendapat nilai 100, berbagi
hal apapun entah cerita, ilmu, ataupun pengalaman, apalagi ngobrolin masa depan
dan mimpi-mimpi, rasanya inspirasi dan motivasi berpetualang makin menguat.
Karena bagi saya nilai itu hanya sebuah angka yang tidak menentukan nasib
seseorang, yang menentukan nasib kita adalah kemapuan kita dan kecerdikan kita
memanfaatkan potensi dalam diri kita. Kita akan menjadi apa yang kita pikirkan
karena Allah sesuai dengan prasangka kita, jadi berprasangka lah baik ke Allah.
Ok mari sekarang kita fokus ke bahasan kita. Disini
hanya beberapa sifat yang saya rasa relevan dengan keseharian kita apapun dan
siapapun kita:
1.
Mengiklaskan Ilmu
karena Allah
Maksud
dari sifat pertama ini adalah, bahwa dalam mengajarkan kepada murid atau sesama,
seorang yang dianggap guru harus benar-benar meniatkan lillahitaala semata
untuk memberi manfaat pada yang diberi pengajaran. Tidak boleh ada sedikitpun
niatan untuk mencari kedudukan dan pangkat disisi manusia apalagi hanya ingin
disebut sebagai seorang yang berilmu. Cukuplah ilmu kita bermanfaat sebagai
bentuk pertanggungjawaban kepada yang menitipkan ilmu ini, sebagai ladang amal
shaleh.
2.
Kejujuran
Sifat
ini seakan menjadi sesuatu yang langka di zaman jahiliya modern ini. Ketika
begitu banyak dusta diantara kita, mudah berjanji dan melupakan. Jujur
merupakan kapal penyelamat dunia dan akhirat. Dalam menyampaikan sesuatu
bicaralah apa adanya yang tahu katakan tahu yang tidak katakan tidak tahu,
jangan berpura-pura so tahu hanya karena ingin dianggap pintar. Ah apalah
kedudukan disisi manusia hanya kesemuan belaka.
Makna
jujur jauh lebih dari pada situ semua. Prihatin dan miris rasanya melihat
kondisi negeri ini disaat setiap tahun terjadi pembohongan publik yang luar
biasa hanya demi selembar transkrip nilai ijazah kita semua telah banyak
berbohong dan kita tahu semua hanya kongkalikong mempertaruhkan perjuangan
bangku pendidikan hanya demi selembar cap “Dinyatakan Lulus” dan seharusnya
ditambahkan cap “Ini Produk Pembohongan Publik”.
Jujur
mendekatkan kita pada kasih saya Rabb. Cinta mana yang lebih berharga dibanding
cinta Rabb kita, yang setiap saat akan memeluk.
3.
Keselarasan Perkataan
dan Perbuatan
Seorang
guru hendaknya menjadi teladan bagi muridnya, yang menginspirasi murid-muridnya.
Apa yang dia katakan harus sesuai dengan tindak tanduknya. Contoh yang kadang
membuat saya heran “Mahasiswa harus memakai APD lengkap saat praktikum di lab”
tetapi yang menyerukan bebas berkeliaran di laboratorium bahwa menggelar
makanan,hehehe. Ah sungguh aneh orang-orang negeri ini.
Ini
ibarat ketika hendak membuat larutan Luff Schroll, yang harusnya mencampur asam
sitrat ke dalam Na-Karbonat baru kemudian ke dalam Cu-Sulfat, malah melakukan
pencampuran Cu-Sulfat ke dalam Na-Karbonat, ya jelas akan terbentuk endapan.
4.
Adil dan Egaliter
Seorang
guru adil berarti memandang semua muridnya adalah sama sebagai subjek yang akan
didik, dengan egaliter yang artinya menurut saya adalah berbaur dengan
muridnya. Seorang guru tidak boleh bersifat subjektif hanya karena muridnya
adalah anak XYZ. Rasanya ini saya punya teladan seorang dosen saya, beliau
ketika tingkat 1 dan 2 selalu bilang “Mahasiswa tingkat 1 dan 2 gak boleh
berkunjung ke rumah saya, bisi sayanya subjektif. Nanti pas tingka 3 baru boleh
da udah gak ada lagi mata kuliah saya”. Waah rasanya memang benar perkataan
beliau. Ketika kita terlalu dekat dengan seseorang dan saling berinteraksi
dengan baik dan adanya timbal balik pasti kita cenderung berpihak pada yang
dekat dengan kita, kadang objetivitas kita menjadi kabur karena kesubjektifan
itu.
Akan
tetapi walaupun beliau berusaha menjaga agar tidak subjektif, beliau sungguh
sangat friendly ketika kami mengoblol
dengan beliau, membimbing dan mengayomi, seakan tiada batas diantara kami,
memang kesan beliau itu tegas dan disiplin, tetapi walaupun demikian ketika
mengobrol terasa tiada jarak dan terasa nyaman mengungkapkan semuanya, naah
itulah guru yang egaliter. Mampu memposisikan diri sebagai pihak yang objektif
dan merangkul. Satu lagi yang menarik dari teladan dosen yang satu ini, beliau
tidak pernah menganggap dirinya pintar belaiau bilang “bedanya saya sama kalian
cuman, saya diberi kesempatan belajar lebih dulu jadi saya lebih dulu tahu”.
Subhanallah sikapnya, benar-benar cerminan ketulusan dalam pengabdian.
5.
Menghias Diri
dengan Akhlak Mulia
Ya
akhlak mulia yang menjadi cerminan kebersihan hati. Apa yang lebih berharga
dibanding akhlak. Akhlak mulia bukan lah akhlak topeng karena ingin dipuji
sebagai seorang alim. Guru yang baik adalah ia yang mencerminkan kemuliaan
lahir batin dengan perkataan dengan lisan yang begitu indah tanpa ada sepatah
katapun yang menyaikiti atau kotor. Bersikap mau berkorban lebih untuk
murid-muridnya agar mereka menjadi lebih baik darinya, ia tidak takut dan
gentar demi mendidik muridnya sampai menjadi ahli dan memberi dukungan penuh
pada impian murid-muridnya.
Ya
ada beberapa sosok yang seperti ini yang aku temui, betapa baiknya
beliau-beliau banyak berjuang demi murid-muridnya. Beliau berkata “kalau bukan
demi mahasiswa, mungkin saya mah udah pensiun aja cape. Tapi kalau bukan saya
siapa lagi?, saya mah sayang sama mahasiswa makannya saya urusin”. Beliau
berkata begitu, wah terenyuh sekali, sebegitu pedulikah ibu kepada kami? Haru
dengan cerminan sikap beliau yang seperti ini. Dapatkan kita berterima kasih
pada beliau guru-guru yang rela berkorban demi kita murid-muridnya.
Ah saya rasa 5
sifat guru itu dsudah cukup menggambarkan apa yang saya maksudkan. Semoga suatu
saat nanti saya dapat mewujudkan impian menjadi seorang guru yang benar-benar
bermanfaat dan rela mencurahkan apapun demi muridnya yang menjadi amanah
besarnya.
Dunia pendidikan
merupakan gerbang utama kemajuan suatu bangsa, tidak mungkin kemajuan ini hanya
disandarkan pada penilaian teoritis belaka, tetapi bagaimana kita membangun
sikap mental yang terpuji bagi seorang murid. Kecerdasan emosional dan
spiritual rasanya lebih utama dibanding kecerdasan intelektual. Apalah artinya
seorang yang intelektualitasnya tinggi jika tidak didasari kecerdasan emosional
dan spiritual yang mantaap berdasar rambu-rambu agama. Dan jangan lah menjadi
generasi penghafal tetapi jadilah generasi yang memahami dan mampu mengurai
problematika baik dalam belajar maupun rutinitas keseharian. Dan rasanya sistem
pendidikan kita memerlukan reformasi besar-besaran. Mungkin aka nada bahasannya
tersendiri. Doakan semoga ada umur untuk menulisnya lagi ^^.
Salam Perjuangan, Malam Ramadhan ke-13,
11 Juli 2014
Muh. Reza Jaelani
Inspired by seorang dosen pembimbing akademik, obrolan
sharing dengan sahabat, dan buku-bukuku yang mulai berdebu (maaf bukuku ^^)
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
QA, MLS, Biomedic I Key Expertise : QMS, QC, Statistical Analysis, Immunology
Komentar
Posting Komentar