Cari Blog Ini
Rasulullah saw bersabda "Ikatlah Ilmu dengan Tulisan"_____ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا Ya Allah … aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang thayyib, dan amal yang diterima"
Unggulan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Diposting oleh
Muh. Reza Jaelani Science Communicator
A WOMAN WHO NEVER SAY YES
She is a source of
power for him
Hari ini saya ingin
menceritakan biografi sesosok manusia Indonesia, judulnya adalah Mohammad Amien
Rais An Authorized Biography by Zaim
Uchrowi. Buku lama hampir 2.5 tahun yang
lalu saya membelinya. Entah kenapa pas pertama melihat buku ini begitu
tertarik, padahal dulu saya agak asing dengan sosok seorang Amien Rais, akan
tetapi setelah menyelesaikan membacanya dalam waktu rada lama (maklum 374
halaman, saya gak bisa membaca cepat-cepat, dihayati per kalimat, rada susah
konsentrasi kalau buru-buru :D) akhirnya saya menaruh kekaguman pada sang tokoh.
Saya ingin menceritakan
di balik sosok Amien Rais bapak Reformasi yang menurut saya luar biasa, ada 2
sosok perempuan yang selalu menjadi kekuatannya. 2 sosok tersebut adalah sang
ibu Sudalmiah dan sang belahah jiwanya Kusnasriyati. Saya baru memiliki 1 sosok
saja, sosok Kusnasriyati yang dicari (4 tahun lagi, saya simpan dulu, dirimu
ada tetapi bukan ini saatnya,he) dan saya banyak ceritakan disini.
Semenjak kecil
amien kecil didik oleh sang ibu jadi seorang yang memengang teguh
prinsip-prinsip beragama, walaupun sering bergaul dengan anak-anak nakal,
pandidikan karakter yang ditanamkan sang ibu rasanya jauh lebih kuat dibanding
yang lain menjadikan sosok Amien Rais seorang muslim yang berpendirian dan
toleran.
Saat Amien Rais
berusian 11 tahun, dia mendapatkan seorang tetangga baru namanya pak Haji Abdul
Madjid seorang keluarga pedagang yang berhubungan dekat dengan keluarga pak
Syuhud (Ayah Amien Rais). Pak haji Madjid memiliki 6 orang anak yaitu Nasrudin,
Ahmad Fatani, Kusnasriyati Sri Rahayu, Fatchur Rahman, Nur Rohman, dan Ismail.
Kita akan fokus ke sosok Kusnasriyati (Yang menjadi Istri Amien Rais).
Sebagai keluarga
pedagang keluarga pak Haji Madjid biasa berpikiran pragmatis, anak-anak lelaki
mereka didorong untuk berkuliah karena akan menjadi kepala rumah tangga,
sedangkan yang perempuan tidak terlalu didorong untuk berkuliah, melainkan
disiapkan menjadi ibu rumah tangga yang baik. Tentang hal ini Kusnasriyati
sering berseloteh “kalau kuliah, saya juga pasti jadi insiyur” katanya.
Perkataan yang benar-benar berbeda untuk seorang perempuan di masa itu.
Amien pun mengakui bahwa Kus seorang yang cerdas. Itu
terbukti bahwa anak-anak mereka cerdas. Teori mutakhir menyakini kecerdasan
anak diwarisi dari ibu, bukan dari ayah.
Hubungan Amien Rais
kecil begitu dekat dengan Nasrudin sehingga dia menjadi sering main ke rumah
itu. Dengan begitu dia juga menjadi kenal dengan selurus adik Nas termasuk
dengan Kus yang saat kecil sering disebut mBethik
yang berarti sedikik nakal, iseng, pemberani, dan suka berbuat lebih dari yang
lain.
Amien mengenal Kus
sedari kecil, diam-diam Amien suka memperhatikannya, apalagi Kus juga sering
mampir ke rumahnya bermain bersama Aisyah adik Amien.
Waktu demi waktu
dilewati hingga akhirnya Amien Rais menginjak bangku kuliah, dia mengikuti 2
seleksi sekaligus yaitu di FE dan FISIP UGM, dan keduanya diterima. Walaupun
sang ayah menyuruhnya masuk FE, tetapi Amien Rais tetap pada keyakinannya dan
cita-citanya ingin menjadi seorang Diplomat, tergoda dengan kata “HI” saat dulu
ngobrol dengan kakak kelasnya.
Semenjak kuliah di
Yogya, Amien menjadi tak sesering dulu ke rumah pak Haji Madjid. Sementara itu
Kus sudah tumbuh menjadi seorang gadis yang matang. Disaat yang sama Amien Rais
pun bertumbuh menjadi seorang mahasiswa yang produktif menulis artikel-artikel
yang ia sering kirimkan ke penerbitan di Bandung, bersama dia tumbuh di Yogya
Kauman menjadi sesosok yang kritis dan senang berdiskusi dan penuh prestasi, mendapat
nilai A dari dosen yang pelit dan sempat menjadi asisten dosen, dan akhirnya
meniti karier di almamaternya UGM.
Sesekali Amien
pulang ke rumah, maka dia menjadi tahu jadwal sekolah Kus yang kala itu masih
SMP. Setiap hari selasa Kus ada pelajaran olahraga dan selalu lewat depan rumah
dan pasti Amien Rais mengatur kepulangannya untuk pas hari selasa selalu ada di
rumah. Tetapi itu tak bertahan lama, Karena Kus pindah sekolah.
Amien Rais muda
tidak habis akal, dia rajin membuat artikel mingguan untuk koran dan
membutuhkan mesin tik, karena di rumah tidak ada mesin tik dan pak Haji Madjid
memiliki, dengan alasan untuk meminjam mesin tik, dia menjadi berkesempatan ke
rumah Kus, berharap Kus melihat dia mengetik (Modus,hehehe).
Beberapa waktu
berlalu, Amien tidak kuat lagi membendung perasaannya, dia memutuskan untuk
menyatakan sikap lewat surat (hehehe, sama sepertiku, senang menulis surat,
walapun orang kata jadul, tak apa, itu pengalamanku. Mungkin nanti pun saya
akan melakukan yang sama padamu sosok Kusnasriyati dalam versiku ^^).
Ibu Kusnasriyati, di Taman Bunga Tulip
Dalam surat itu ia
mengharapkan ingin menjalin hubungan lebih dari sebatas kenal, dia mengharapkan
jawaban apakah Kus menerima atau menolak cintanya dalam suratnya pun dia tulis
“saya ingin jawaban yang tegas. Ya kalau memang ya, tidak kalau memang tidak”
Menunggu jawaban
sungguh melelahkan, padahal tak lama kemudian jawaban itu tiba, Kus menyatakan
terima kasihnya mendapat surat itu. Menurutnya dia menunjukan surat itu pada
kakaknya Fatani “Mas Fatani minta saya menyimpan baik-baik surat Mas Amien”
Begitu kata Kus pada Amien.
Amien bingung tak
paham bagaimana mengartikan jawaban tadi. Diterima atau ditolak? Dengan hati setengah panas dia menelpon Kus dengan
lugas mengatakan “mBethik! Piye to iki.
Sakjane aku mbok trimo opo mbok tolak?”
Kus menjelaskan
bahwa dia perempuan, tidak mungkin menjawab dengan “caranya Mas Amien”. Amien
belum dapat menerima jawaban itu, segera menutup telepon, dan beberapa hari
menjadi galau.
Sampai akhirnya
pada suatu perkuliah dia mendapat pencerahan, dosennya namanya Prof. M. Idris
dengan gayanya yang unik menyampaikan perbedaan antara diplomat dan perempuan
“If a diplomat say yes it means maybe. If a diplomat say maybe it means no. A
diplomat never say no. But, if a woman say no it means maybe. If woman say maybe
it means yes. A woman never say yes.” Kata
sang Profesor. Amien gembira mendengar kalimat itu, dan sangat yakin bahwa Kus
menerima cintanya. Adalah tidak pada tempatnya mendesak Kus menjawab secara verbal. Sejak itu Amien menjadi rajin
bertandang ke rumah pak Madjid. Tidak banyak yang tahu hubungan mereka, hanya
keluarga masing-masing yang tahu, itupun pura-pura tidak tahu.
Tahun 1969 keduanya
menikah, saat itu usia Amien 25 tahun sedangkan Kus 6 tahun lebih muda. Sosok
Amien bukan orang yang suka panjang-panjang menimbang, ketika sudah mantap
dengan pilihannya dia akan take action.
Amien pun memboyong
kus ke Yogya, sebagai dosen baru dengan penghasilan pas-pasan bukanlah hal
mudah bagi Kus untuk mendampinginya, hidup di kontrakan dengan segala
keterbatasannya, dari serba ada menjadi seadanya. Namun dalam beberapa hal Kus
bahkan lebih teguh dibanding Amien. Mereka bersama saling menyokong, Amien
sebagai pengajar, hingga sampai pada saatnya dia mendapat beasiswa S2 ke Amerika.
Semasa di Amerika
mereka berpetualang, dan sosok Kus semakin bermakna bagi Amien. Waktunya
benar-benar banyak tersita untuk diam membaca di perpustakaan. Kus selalu
memasakan makanan kegemaran Amien, menemani Amien melepas kejenuhannya,
berjalan-jalan ke pusat kota sekedar duduk di tepian danau yang mengitari kota
Chicago. Selain itu Amien tidak melarang
Kus untuk beraktivitas di luar rumah, mengizinkan dia bekerja di salah satu Bridal Company Amerika. Amien
mengantarkan Kus ke tempat kerjanya, diselingi canda dan tawa 2 insan yang
saling mengasihi, sampai akhirnya terlahit Hanafi anak pertama mereka.
(Aaahhhhhhh, so romantic).
Keluarga Pak Amien Rais, Sosok Keluarga Abad 21
Selepas kembali ke
Yogya, rezeki pun bersambut, akhirnya mereka bisa membeli rumah yang sampai
saat ini pun masih ditempati bersama, tumbuh dengan anak-anaknya Hanafi, Hanum
(Penulis buku 99 cahaya dilangit Eropa), Mumtaz, Tasniem Fauziah, dan Ahmad
Baihaqie. Kesemuanya anak-anak cerdas dengan ceritanya tersendiri mewarnai
perjalanan kehidupan Amien dan Kusnasriyati.
Pak Amien dan Sang Buah Hati Hanum Salsabila Rais
Flashback
kembali pasca kepulangan kuliah S2 dari Amerika, selazimnya yang baru tubel,
keuangan keluarganya sempat mengalami masa sulit. Tabungan habis untuk
membangun rumah. Dan sekali lagi Kus menunjukan keteguhannya dibanding sang
suami, dengan berani berinisiatif membuka sebuah warung makan, dia beralasan
bahwa warung makan akan memberi 2 keuntungan yaitu membuka pekerjaan buat orang
lain dan memberi tambahan uang belanja saat itu. Bertambahlah kekaguman Amien
pada sosok Kus. Dengan dukungan dan dorongan Kus pula, Amien semakin bersemangat
mengajar, sampai akhirnya mendapat kembali beasiswa Rockefeller ke Amerika.
Amien dan Kus sangat
care ke dunia pendidikan. Di dekat
rumah, mereka membangun TK Budhi Mulya, mereka sebegitu peduli dengan
lingkungan sekitar, mencurahkan perhatian pada perkembangan anak-anak. Karena
mereka pun mendidik anak-anaknya untuk berpikiran kedepan, tidak takut apapun,
memegang ajaran agama, menjadi berprestasi, dan melanglang buana ke segenap
penjuru dunia. Seperti ayahnya Amien Rais yang mengejar intelektualitasnya
sampai negeri paman sam, berkesempasan menyusun desertasinya di Mesir sambil
sejenak menimba ilmu di Al-Azhar. Sering mengajak keluarganya berpetualang ke
negeri orang, karena prinsip Amien dan Kus adalah keluarga perlu wawasan yang
mendunia, dan jangan lupa kesederhanaan keduanya yang menjadikan mereka satu.
Ketangguhan Kus
diakui anak-anaknya sebagai penyeimbang bapak yang kadang terlalu baik ke orang
dan akhirnya dimanfaatkan. Ibu selalu menjaga dan mengingatkan bapak, ungkap Hanafi.
Pada saat-saat
penting Amien juga mencari dukungan Kus. Diantaranya ketika terpilih menjadi
ketua Umum Muhammadiyah. Organisasi ini sebelum dirinya selalu dipimpin ulama-ulama
besar, dibanding mereka, ilmunya bukan apa-apa ungkap Amien. Amien Segera
menelpon Kus dan curhat bahwa orang-orang memilihnya sebagai pimpinan. Kus
menenangkan Amien dengan berkata “Orang-orang memilih mas tentu ada
pertimbangannya, lagi pula setiap orang punya kelebihan masing-masing. Sekarang
yang penting bismillah” dengan alasan itu Kus menenangkan Amien yang bimbang.
Dan ternyata benar
ucapan Kus, Amien menjadi sosok hebat setelah KH. Ahmad Dahlan, terutama dalam
masa-masa sulitnya melangkah dalam dunia politik menggulirkan reformasi. Kus mememang lebih muda dan
seorang ibu rumah tangga, namun ia berperan menjadi tulang punggung bagi
tegaknya Amien Rais.
Amin dan Kus tumbuh
menjadi pasangan yang kuat dan hangat. Keharmonisan tercermin dari sikap dan
prestasi anak-anak mereka yang tumbuh menjadi pribadi yang menarik, memiliki
intelektualitas di atas rata-rata, serta
teguh memengang nilai-nilai agama dan sosial. Sikap mereka jauh berbeda dengan
kebanyakan anak-anak tokoh publik atau pejabat yang acap kali hura-hura.
Bersama mereka membangun diri menjadi potret keluarga ideal abad 21. Yakni
keluarga yang teguh memengang nilai-nilai agama dan tradisi sekaligus mampu
menjelajahi alam moderenitas. Semua bermula dari pendidikan sang ibu kepada
Amien Rais, dan pinangannya pada sosok Kus, Perempuan yang tak mengatakan
“ya”saat Amien menyatakan cinta.
Nah itulah sesosok
Kusnasriyanti dalam gambaran singkatnya. Melanglang buana bersama sang Suami,
menjadi tulang punggu seorang laki-laki yang hebat.
28 Ramadhan, 26 Juli 2014
Muh. Reza Jaelani
Dalam Mendung Cuaca, Ku Menulis.
Menampakan Diri pada Dunia Nyata
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
QA, MLS, Biomedic I Key Expertise : QMS, QC, Statistical Analysis, Immunology
Komentar
Posting Komentar