Cari Blog Ini
Rasulullah saw bersabda "Ikatlah Ilmu dengan Tulisan"_____ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا Ya Allah … aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang thayyib, dan amal yang diterima"
Unggulan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Diposting oleh
Muh. Reza Jaelani Science Communicator
Berbagi dari Majalah dan Keseharianku "Kita Adalah Apa yang Kita Makan"
Hari ini saya ingin
berbagi bacaan dari majalah Sharing Young
Muslim Leaders. Majalah pemberian seorang sahabat. Ini salah satunya saya share di dunia maya, dan juga beberapa
cerita dalam keseharian yang saya temui.
Tulisan tersebut adalah
tulisan Kunkun K. Wiramihardja, tahukah siapa beliau? beliau adalah seorang dokter ahli gizi. Ketertarikan
beliau terhadap dunia gizi, berawal dari Al-Quran surat Al-Mu’min ayat 12, begini
inti terjemahannya “Dan sungguh Kami
telah menciptakan manusia dari sari pati
tanah.” Dapat diartikan bahwa zat pembentuk manusia terdiri dari gabungan
nutrisi yang ada di alam, tafsiran ini mengingatkan kembali pengalaman saya
sewaktu kelas X, guru agama bernama bu Susi menugaskan kepada kami untuk
membuat penjelasan tentang ayat diatas berdasar kajian biologi yang dipelajari,
dan memang benar susunan tubuh manusia sebagian besar terdiri atas air,
karbohidrat, protein, dan lemak, yang merupakan bahan alam = organik.
Lebih lanjut dalam
tulisan dr. Kunkun ini beliau membahas tentang makanan. Kebetulan beliau
selepas pulang dari Amsterdam Belanda mengikuti seminar tentang gizi. Dalam
seminar itu para ahli gizi Eropa menghasilkan beberapa anjuran diantanya untuk
mengganti seluruh makanan berbahan dasar gandum menjadi beras dan mengganti
pola konsumsi makanan ringan menjadi buah-buahan, karena makanan ringan dalam
jangka waktu tertentu dapat menghilangkan kemampuan lidah untuk merasakan
sayur. Oh pantesan aja kan, orang yang banyak ngemil kebanyakan gak suka makan
sayur dan buah.
Yang menarik bagi
saya, kenapanya kita dianjurkan kembali ke beras? Dan sebagian besar Negara
maju memang mulai beralih ke beras loh, jadi bersyukur kita makan beras (nasi).
Kenapanya?
Alasan utama adalah
beras adalah sumber karbohidrat dan makanan yang tidak cepat dicerna oleh
tubuh. Sehingga dampaknya tubuh tidak cepat pula mengalami kelebihan gizi yang
berujung obesitas. Tetapi sangat mengherankan di masyarakat dewasa ini
berkembang persepsi bahwa nasi perlu dihindari karena cepat membuat gemuk dan
harus diganti dengan kentang atau makanan yang berbahan dasar terigu (padahal
kan terigu dari gandum yang diimpor. Ya paham lah maksudnya supaya terus membeli
dari luar negeri, mungkin).
Beliau juga
menuturkan bahwa begitu banyak petunjuk dalam Al-Quran menganjurkan kita hidup
sehat melalui apa yang kita makan, saya sependapat dengan beliau karena “kita adalah apa yang kita makan”.
Diantaranya beliau sebutkan dalam surat Abasa ayat 24 s.d 32 terdapat anjuran
Allah untuk memakan biji-bijian, seperti yang mudah dijumpai di sekitar kita
yaitu nasi, tempe, tahu. Pada surat Al-Baqarah juga kita dianjurkan memakan
makanan yang baik lagi halal, karena ya kita ini adalah apa yang kita makan.
Teringat juga
cerita seorang teman, kita kan anak kosan jadi jarang makan sayur, telur adalah
menu andalan, katanya saking seringnya makan telur akhirnya jadi bisulan,hehehe
unik sekali, saya kira selama ini hal itu hanya mitos, tetapi memang benar
adanya. Dan mungkin ini berkaitan dengan respon imunitas kita, ketika terlalu
banyak protein asing yang masuk ke dalam tubuh, akan terjadi peradangan yang
salah satu hasilnya adalah bisulan (Hipotesis saya saja :D). So dari itu sebaiknya
kurangi makanan protein hewani, karena menurut penelitian orang Jepang, terlalu
banyak konsumsi daging, menyebabkan terkurasnya jumlah enzim pencernaan kita,
tahu kan pentingnya enzim bagi tubuh kita,hehe.
Lebih baik banyak
konsumsi sayur dan ikan. Alhamdulillah, saya juga mempraktekan itu, di kosan
maupun kalau pulang ke rumah saatnya menyerbu sayur dan buah, itung-itung
perbaikan gizi, hasilnya berat badan turun, lebih ringan, terasa lebih sehat,
dan orang-orang tidak meledek saya lagi sebagai si perut udem (perut buncit,
arti sebenarnya sih pembengkakan karena masuknya cairan ke jaringan, tapi
teman-teman menganalogikannya seperti itu, ah dasar. Tetapi ya itulah ilmu
terasa lebih mudah ketika kita mengingatnya dengan analogi di sekitar kita).
Mari-mari kembali
ke inti tulisan dr. Kunkun kawan-kawan. Beliau mengemukakan bahwa sekitar tahun
60-an masyarakat Indonesia mengalami kekurangan gizi, ditandai dengan banyaknya
penderita busung lapar, gondok, dan anemia (sekarang juga masih ada, walaupun
tak sebanyak dulu). Tetapi setelah tahun 80-an ada kecenderungan timbul
penyakit yang termasuk kategori kelebihan gizi. Ternyata fenomena ini pun
melanda penduduk dunia. Salah satu pemicunya adalah perubahan gaya hidup yang
saat ini membuat kualitas hidup menjadi kurang baik.
Kemajuan teknologi
khusunya transportasi dan komunikasi menyebabkan pola hidup kita bergeser,
contohnya seseorang enggan naik ke lantai 1 atau 2 dengan menggunakan tangga,
dan cenderung menggunakan lift.
Sedangkan jika di pagi hari enggan untuk sarapan nasi dengan alasan ribet dan
terlalu mengenyangkan, bahkan ada yang tidak sarapan sama sekali. Pada akhirnya
lebih mengutamakan makanan ringan sebut saja makan bala-bala, gehu, cireng,
pake saus pedas, atau makan mie. Ah gimana sih. Itu kan gak sehat. Pantas saja
penyakit jantung meningkat, jumlah kasus kanker usus pun begitu. Itu kan
berminyak. Tahu gak kawan-kawan, jika lemak dipanaskan terus menerus bukan
hanya jadi sekedar jelantah loh, tapi juga terbentuk banyak radikal bebas yang
disebut peroksida. Itu adalah senyawa yang memiliki elektron bebas, tahu kan
kalau dia bebas dia perlu kestabilan sama halnya dengan kita perlu orang
lain,hehe itu sebanya radikal bebas menyebabkan banyak penyakit degenerative,
contohnya penyakit jantung. Radikal bebas akan merusak dinding pembuluh darah,
menyebabkan kerusakan pembuluh darah, pembuluh darah yang rusak akan ditempeli
trombosit menyebabkan terjadinya sumbat trombosit ditempeli lemak-lemak jadilah
plak di pembuluh darah, suplai darah ke jantung tersumbat oksigen pun tersedat,
jadilah macam-macam penyakit jantung. Begitu juga kanker usus, radikal bebas
menyebakan gangguan sistem silaturahmi dalam sel, jadinya sel kacau dan tumbuh
gak karuan.
Nah kalau teralu
banyak makan mie menyebabkan penimbunan trigliserida, serum (bagian cairan
darah yang tidak mengandung sel darah dan faktor pembekuan darah) menjadi
lipemik nampak keruh seperti susu, menjadi kental, akhirnya gampang lemes,
pusing, dan lebih rentang sakit karena pergerakan leukosit (penjaga kita) menjadi
lebih lambat. Benar kan kata rasul yang menganjurkan kita menjaga pola makan
seimbang. Dan jika nanti sesudah bulan ramadhan, perbanyaklah berpuasa, minimal senin-kamis, dan 3 hari di pertengahan bulan hijriah. Buat mengistirahatkan perut. Saat ini juga kalau berbuka secukupnya saja.
Menarik mengenai
minyak, untuk menghambat (memperpanjang masa pakai minyak) pembentukan radikal
itu ada beberapa cara alaminya ada beberapa cara hasil penelitian kawan-kawan
saya yang dapat memperpanjang masa pakai minyak dengan mengambat pembentukan radikal bebas itu (catetnya buat bunda-bunda,
dan calon bunda. Karena generasi sehat dan hebat awalnya juga berasal dari
makanan bunda-bunda. Terima kasih buat bundaku dan calon bunda-bunda sekalian.
Hormati mereka ^^).
Penelitian Linda
(2014) menfaatkan bonggol nanas untuk pembuatan minyak kelapa dan hasilnya
kualitas minyaknya lebih baik, Septiwi (2014) juga membuktikan perasan air
bonggol nanas dapat mencegah peningkatan bilangan peroksida yang artinya minyak
goreng kita lebih sedikit mengandung radikal bebas, begitu juga penelitian
Annisa (2014) yang menggunakan daun salam. Selain itu masih banyak juga bahan
seperti bawang putih, sereh, bawang merah, dan lengkuas. Untuk aplikasi di
dapur (kata dosen namanya bu Yeni) sebelum kita menggoreng bahan makanan kita,
sebaiknya kita pakai dulu buat menggoreng rempah-rempah yang disebutkan tadi
(pilih satu sajanya jangan semua) nah baru setelah itu di pakai menggoreng
bahan makanan.
Nah satu lagi kata
dr. Kunkun, kalau ingin sehat ya banyak bergerak dong. Aktivitas kita sekarang
kebanyakan duduk, mulai dari berkendaraan, makan, nonton tv, rapat, dsb semua
kebanyakan dalam posisi duduk. Padahal berolahraga itu tidak perlu berkeringat
loh, cukup banyak bergerak, jika tidak sempat berolahraga karena terlalu sibuk
lanjut beliau dengan berjalan ditempat secara teratur saja itu sudah baik,
apalagi untuk kita yang muslim, ternyata memperbanyak shalat juga bermanfaat
dalam membakar kalori. Apalagi shalat yang tenang dan khusyu (Khusyu artinya
menikmati, shalatlah dengan banyak berharap, hindari sekedar ritual belaka,
karena shalat lebih dari itu ^^).
Nah mungkin cukup deh untuk cerita ini, maafnya kalau
bahasa dan bahasannya ka hilir ka girang, ya maklumi saja yang nulisnya juga
amatiran dan orang biasa,hehehe just
sharing ^^
Ingin ngobrol
sebenernya, tapi ya da terbatas ruang dan waktu, semoga kita dapat berjumpa
dalam suatu kesempatan untuk ngobrol, apapun apalagi tentang impian dan harapan
di masa depan, kita harus maju apapun bidang kita, karena saya suka
mendengarkan cerita orang, berbagi apa yang saya tahu. Karena katanya
mendengarkan itu lebih baik dibanding berbicara padahal nyaring bunyinya,
dialah tong kosong,hehehe.
Ramadhan Hari ke-25, 23 Juli 2014
Muh. Reza Jaelani
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
QA, MLS, Biomedic I Key Expertise : QMS, QC, Statistical Analysis, Immunology
Komentar
Posting Komentar