Langsung ke konten utama

Unggulan

BEBERAPA CATATAN UNTUK TES WIDAL

Berbagi dari Majalah dan Keseharianku "Kita Adalah Apa yang Kita Makan"

Hari ini saya ingin berbagi bacaan dari majalah Sharing Young Muslim Leaders. Majalah pemberian seorang sahabat. Ini salah satunya saya share di dunia maya, dan juga beberapa cerita dalam keseharian yang saya temui.
Tulisan tersebut adalah tulisan Kunkun K. Wiramihardja, tahukah siapa beliau?  beliau adalah seorang dokter ahli gizi. Ketertarikan beliau terhadap dunia gizi, berawal dari Al-Quran surat Al-Mu’min ayat 12, begini inti terjemahannya “Dan sungguh Kami telah  menciptakan manusia dari sari pati tanah.” Dapat diartikan bahwa zat pembentuk manusia terdiri dari gabungan nutrisi yang ada di alam, tafsiran ini mengingatkan kembali pengalaman saya sewaktu kelas X, guru agama bernama bu Susi menugaskan kepada kami untuk membuat penjelasan tentang ayat diatas berdasar kajian biologi yang dipelajari, dan memang benar susunan tubuh manusia sebagian besar terdiri atas air, karbohidrat, protein, dan lemak, yang merupakan bahan alam = organik.
Lebih lanjut dalam tulisan dr. Kunkun ini beliau membahas tentang makanan. Kebetulan beliau selepas pulang dari Amsterdam Belanda mengikuti seminar tentang gizi. Dalam seminar itu para ahli gizi Eropa menghasilkan beberapa anjuran diantanya untuk mengganti seluruh makanan berbahan dasar gandum menjadi beras dan mengganti pola konsumsi makanan ringan menjadi buah-buahan, karena makanan ringan dalam jangka waktu tertentu dapat menghilangkan kemampuan lidah untuk merasakan sayur. Oh pantesan aja kan, orang yang banyak ngemil kebanyakan gak suka makan sayur dan buah.
Yang menarik bagi saya, kenapanya kita dianjurkan kembali ke beras? Dan sebagian besar Negara maju memang mulai beralih ke beras loh, jadi bersyukur kita makan beras (nasi). Kenapanya?
Alasan utama adalah beras adalah sumber karbohidrat dan makanan yang tidak cepat dicerna oleh tubuh. Sehingga dampaknya tubuh tidak cepat pula mengalami kelebihan gizi yang berujung obesitas. Tetapi sangat mengherankan di masyarakat dewasa ini berkembang persepsi bahwa nasi perlu dihindari karena cepat membuat gemuk dan harus diganti dengan kentang atau makanan yang berbahan dasar terigu (padahal kan terigu dari gandum yang diimpor. Ya paham lah maksudnya supaya terus membeli dari luar negeri, mungkin).
Beliau juga menuturkan bahwa begitu banyak petunjuk dalam Al-Quran menganjurkan kita hidup sehat melalui apa yang kita makan, saya sependapat dengan beliau karena “kita adalah apa yang kita makan”. Diantaranya beliau sebutkan dalam surat Abasa ayat 24 s.d 32 terdapat anjuran Allah untuk memakan biji-bijian, seperti yang mudah dijumpai di sekitar kita yaitu nasi, tempe, tahu. Pada surat Al-Baqarah juga kita dianjurkan memakan makanan yang baik lagi halal, karena ya kita ini adalah apa yang kita makan.
 
Teringat juga cerita seorang teman, kita kan anak kosan jadi jarang makan sayur, telur adalah menu andalan, katanya saking seringnya makan telur akhirnya jadi bisulan,hehehe unik sekali, saya kira selama ini hal itu hanya mitos, tetapi memang benar adanya. Dan mungkin ini berkaitan dengan respon imunitas kita, ketika terlalu banyak protein asing yang masuk ke dalam tubuh, akan terjadi peradangan yang salah satu hasilnya adalah bisulan (Hipotesis saya saja :D). So dari itu sebaiknya kurangi makanan protein hewani, karena menurut penelitian orang Jepang, terlalu banyak konsumsi daging, menyebabkan terkurasnya jumlah enzim pencernaan kita, tahu kan pentingnya enzim bagi tubuh kita,hehe.
Lebih baik banyak konsumsi sayur dan ikan. Alhamdulillah, saya juga mempraktekan itu, di kosan maupun kalau pulang ke rumah saatnya menyerbu sayur dan buah, itung-itung perbaikan gizi, hasilnya berat badan turun, lebih ringan, terasa lebih sehat, dan orang-orang tidak meledek saya lagi sebagai si perut udem (perut buncit, arti sebenarnya sih pembengkakan karena masuknya cairan ke jaringan, tapi teman-teman menganalogikannya seperti itu, ah dasar. Tetapi ya itulah ilmu terasa lebih mudah ketika kita mengingatnya dengan analogi di sekitar kita).
Mari-mari kembali ke inti tulisan dr. Kunkun kawan-kawan. Beliau mengemukakan bahwa sekitar tahun 60-an masyarakat Indonesia mengalami kekurangan gizi, ditandai dengan banyaknya penderita busung lapar, gondok, dan anemia (sekarang juga masih ada, walaupun tak sebanyak dulu). Tetapi setelah tahun 80-an ada kecenderungan timbul penyakit yang termasuk kategori kelebihan gizi. Ternyata fenomena ini pun melanda penduduk dunia. Salah satu pemicunya adalah perubahan gaya hidup yang saat ini membuat kualitas hidup menjadi kurang baik.
Kemajuan teknologi khusunya transportasi dan komunikasi menyebabkan pola hidup kita bergeser, contohnya seseorang enggan naik ke lantai 1 atau 2 dengan menggunakan tangga, dan cenderung menggunakan lift. Sedangkan jika di pagi hari enggan untuk sarapan nasi dengan alasan ribet dan terlalu mengenyangkan, bahkan ada yang tidak sarapan sama sekali. Pada akhirnya lebih mengutamakan makanan ringan sebut saja makan bala-bala, gehu, cireng, pake saus pedas, atau makan mie. Ah gimana sih. Itu kan gak sehat. Pantas saja penyakit jantung meningkat, jumlah kasus kanker usus pun begitu. Itu kan berminyak. Tahu gak kawan-kawan, jika lemak dipanaskan terus menerus bukan hanya jadi sekedar jelantah loh, tapi juga terbentuk banyak radikal bebas yang disebut peroksida. Itu adalah senyawa yang memiliki elektron bebas, tahu kan kalau dia bebas dia perlu kestabilan sama halnya dengan kita perlu orang lain,hehe itu sebanya radikal bebas menyebabkan banyak penyakit degenerative, contohnya penyakit jantung. Radikal bebas akan merusak dinding pembuluh darah, menyebabkan kerusakan pembuluh darah, pembuluh darah yang rusak akan ditempeli trombosit menyebabkan terjadinya sumbat trombosit ditempeli lemak-lemak jadilah plak di pembuluh darah, suplai darah ke jantung tersumbat oksigen pun tersedat, jadilah macam-macam penyakit jantung. Begitu juga kanker usus, radikal bebas menyebakan gangguan sistem silaturahmi dalam sel, jadinya sel kacau dan tumbuh gak karuan.
Nah kalau teralu banyak makan mie menyebabkan penimbunan trigliserida, serum (bagian cairan darah yang tidak mengandung sel darah dan faktor pembekuan darah) menjadi lipemik nampak keruh seperti susu, menjadi kental, akhirnya gampang lemes, pusing, dan lebih rentang sakit karena pergerakan leukosit (penjaga kita) menjadi lebih lambat. Benar kan kata rasul yang menganjurkan kita menjaga pola makan seimbang. Dan jika nanti sesudah bulan ramadhan, perbanyaklah berpuasa, minimal senin-kamis, dan 3 hari di pertengahan bulan hijriah. Buat mengistirahatkan perut. Saat ini juga kalau berbuka secukupnya saja. 
Menarik mengenai minyak, untuk menghambat (memperpanjang masa pakai minyak) pembentukan radikal itu ada beberapa cara alaminya ada beberapa cara hasil penelitian kawan-kawan saya yang dapat memperpanjang masa pakai minyak dengan mengambat  pembentukan radikal bebas itu (catetnya buat bunda-bunda, dan calon bunda. Karena generasi sehat dan hebat awalnya juga berasal dari makanan bunda-bunda. Terima kasih buat bundaku dan calon bunda-bunda sekalian. Hormati mereka ^^).
Penelitian Linda (2014) menfaatkan bonggol nanas untuk pembuatan minyak kelapa dan hasilnya kualitas minyaknya lebih baik, Septiwi (2014) juga membuktikan perasan air bonggol nanas dapat mencegah peningkatan bilangan peroksida yang artinya minyak goreng kita lebih sedikit mengandung radikal bebas, begitu juga penelitian Annisa (2014) yang menggunakan daun salam. Selain itu masih banyak juga bahan seperti bawang putih, sereh, bawang merah, dan lengkuas. Untuk aplikasi di dapur (kata dosen namanya bu Yeni) sebelum kita menggoreng bahan makanan kita, sebaiknya kita pakai dulu buat menggoreng rempah-rempah yang disebutkan tadi (pilih satu sajanya jangan semua) nah baru setelah itu di pakai menggoreng bahan makanan.
Nah satu lagi kata dr. Kunkun, kalau ingin sehat ya banyak bergerak dong. Aktivitas kita sekarang kebanyakan duduk, mulai dari berkendaraan, makan, nonton tv, rapat, dsb semua kebanyakan dalam posisi duduk. Padahal berolahraga itu tidak perlu berkeringat loh, cukup banyak bergerak, jika tidak sempat berolahraga karena terlalu sibuk lanjut beliau dengan berjalan ditempat secara teratur saja itu sudah baik, apalagi untuk kita yang muslim, ternyata memperbanyak shalat juga bermanfaat dalam membakar kalori. Apalagi shalat yang tenang dan khusyu (Khusyu artinya menikmati, shalatlah dengan banyak berharap, hindari sekedar ritual belaka, karena shalat lebih dari itu ^^).
Nah mungkin  cukup deh untuk cerita ini, maafnya kalau bahasa dan bahasannya ka hilir ka girang, ya maklumi saja yang nulisnya juga amatiran dan orang biasa,hehehe just sharing ^^
Ingin ngobrol sebenernya, tapi ya da terbatas ruang dan waktu, semoga kita dapat berjumpa dalam suatu kesempatan untuk ngobrol, apapun apalagi tentang impian dan harapan di masa depan, kita harus maju apapun bidang kita, karena saya suka mendengarkan cerita orang, berbagi apa yang saya tahu. Karena katanya mendengarkan itu lebih baik dibanding berbicara padahal nyaring bunyinya, dialah tong kosong,hehehe.

Ramadhan Hari ke-25, 23 Juli 2014

Muh. Reza Jaelani

Komentar