Cari Blog Ini
Rasulullah saw bersabda "Ikatlah Ilmu dengan Tulisan"_____ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا Ya Allah … aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang thayyib, dan amal yang diterima"
Unggulan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Diposting oleh
Muh. Reza Jaelani Science Communicator
Lelah Mereka di Jalan Takwa
Ini bukan tulisan saya, hanya menyalin ulang dari
e-book biografi Kang Aher (Gubernur Jawa Barat. Sosok yang dekat dengan kita.
Ingin bertemu beliau rasanya, amin). Biografi ini berjudul Aher Undercover yang dibagikan secara Cuma-cuman ketika pilgub.
Alhamdullih kebagian ^^. Ini kisah cintah 2 orang shaleh dan shaleha yang
menurut saya, keluarga idaman yang sakinah dan mawadah. Cerita para staf kang
Aher dan ibu Netty (istri kang Aher)
Ini ceritanya, mari kita baca.
Setelah berkali ke tempat ini, mungkin malam kemarin akan
menjadi pengalaman yang paling berkesan. Tempat ini dulu rasanya sakral sekali.
Hanya orang tertentu yang bisa masuk, para gegeden saja. Mereka berkunjung,
berdiplomasi, atau sekadar berpesta. Nuansa militeristik sangat kentara. Setiap
perilaku tuan rumah rasanya ibarat instruksi. Namun, sejak ia datang, tempat
ini sudah seperti balai umum. Setiap orang boleh masuk. Ekspatriat, pejabat,
demonstran, petani, nelayan, mahasiswa, rakyat biasa, RT/RW, kades, buruh,
serta masyarakat dari beragam elemen, status, dan strata tidak asing ada di
sini. Sebagian besar dari mereka pun selalu berkomentar serupa, “Bungah, mimpi
rasanya menginjakkan kaki di tempat ini.”
Awal ia masuk ke tempat ini, yang berarti ia mulai
menjalankan fungsinya sebagai pemimpin, banyak orang meragukan. Setiap jajak pendapat
dan survei selalu menunjukkan antusiasme dan atensi rendah dari masyarakat kepadanya.
Beragam komentar miring dari para tokoh parahyangan rajin beredar di media.
Isinya sama. Mereka tidak merasakan dampak kepemimpinannya. Mereka menuntutnya
mundur.
Ia yang tidak dikenal, mesti jadi pejabat publik dan
menghadapi badai kritik. Jika bukan orang yang menggantungkan diri pada kasih sayang
Allah, sungguh akan gusar diri dipermainkan opini.
Namun, ia bertahan. Bertahan dan terus berkarya. Ia jawab
semua dengan bukti, dengan bekerja. Ini yang unik. Justru saat segala upayanya
perlahan menjawab kritik dan kekhawatiran itu, tidak ada yang menyambungkabarkannya
pada masyarakat. Segala kerja keras yang berbuah penghargaan nasional bahkan
internasional itu, redup dari ekspos media massa.
Jika terbiasa datang ke tempat ini dan berinteraksi
dengan para staf, akan terdengar keluh dan ekspresi nyaris sama. Mereka pegawai
kerumahtanggaan, penjaga, terlebih para pengawal, merasa lelah bukan main.
Mengapa demikian? Coba saja ikuti aktivitas orang satu ini seminggu penuh dan selamat
merasakan kelelahan luar biasa. Saya tidak melebih-lebihkan. Jika para
pengawalnya yang terlatih dan bergantian sif tiga harian saja bisa sangat
kelelahan, apalagi kita yang tidak terbiasa?
Ada satu hal yang selalu jadi pertanyaan banyak orang di tempat
ini, juga dari orang-orang yang mengenalnya, atau terbiasa berinteraksi
dengannya. Dari mana ia bisa mendapatkan energy untuk memenuhi semua aktivitas
itu?
Banyak yang berkomentar. Obat, suplemen, kurma, madu, dan
jawaban tebak-tebak lainnya. Tetapi, sebagai Muslim, saya rasa kita tahu
jawabnya. Bahwa orang yang tengah bermujahadah di jalan Allah, yang memiliki
visi besar, pasti akan selalu memiliki spirit besar untuk bekerja, bekerja, dan
bekerja.
Ya, kedekatan kepada Allah itulah sumber energi utama
orang-orang yang berjuang dengan benar. Bila bukan karena-Nya, tidak perlu
diragukan bahwa niat yang salah, malas, dan putus asa, akan menggerogoti amanah
kepemimpinan nantinya.
Sepuluh hari terakhir Ramadhan adalah masa pembuktian seorang
Muslim. Bukti atas tekad kuat, bukti kualitas keimanan. Menyesal karena malam
ke-21 saya tidak iktikaf, Jumat 10 Agustus 2012 saya putuskan untuk bermalam di
masjid. Kebetulan, kala itu saya memang tengah berada di sana, di tempat orang
itu berdinas.
Selepas dua rakaat shalat dan beberapa lembar tilawah, ternyata
badan sudah tidak bisa diajak kompromi. Sekitar pukul 10 lewat, terdengar suara
sirine dan rangkaian mobil memasuki rumah dinas ini. “Sang istri baru pulang”,
tebak saya. Lalu, pukul 11 lewat, kembali terdengar gaduh yang sama. “Nah, kali
ini sang suami yang pulang”, terka saya lagi. Lelah, saya pun rebah. Tak ada
siapa pun disini, cuma saya sendiri.
Alangkah kaget, sekitar pukul 00.30, dua sosok itu
memasuki masjid. Saya yang tengah terkantuk-kantuk terlonjak dan membalas sapaan
mereka seadanya. Karena gugup dan malu, kantuk pun rasanya terusir dan saya
kembali meneruskan tilawah.
Lelaki itu lalu melaksanakan shalat, sekitar 3 meter saja
di samping kiri saya, dan sang istri melakukan hal yang sama di belakang.
Selepas shalat, ia membaca beberapa lembar Al-Qur’an, dengan suara yang telah
parau. Tak lama, tilawah parau itu pun telah jelas jadi dengkuran.
Dalam hati, saya tersenyum. Menganggap wajar suara
dengkuran itu. Dengkuran orang lelah yang siangnya telah melakukan siding terbatas
bersama Presiden RI di Jakarta dan sorenya bersilaturahmi dengan warga
Purwakarta. Malamnya, ia tarawih keliling di sebuah masjid di kawasan Bandung.
Selepas dirasa cukup porsi tilawah malam itu, saya
kembali beranjak shalat. Dua rakaat panjang kembali. Merapal tiga halaman pertama
surah kedelapan, Surah Al-Anfaal, surah apik yang diisi pesan-pesan perjuangan.
Ketika salam, baru saya melihat mereka berdua di
belakang. Sang istri tersandar pada lemari penyimpanan mukena, lelapberbekal
selimut. Sang suami, bersandar pada sang istri. Lelap dengan dengkuran yang
terdengar lebih damai. Pemandangan yang sangat indah, damai, dan mendamaikan.
Kiranya setiap pemimpin seperti itu. Di ujung lelah atas
aktivitas yang padat, mereka berserah kepada Allah. Mereka pertemukan iman
mereka dengan jaminan dan janji-janji Allah atas berjuta karunia-Nya di sepuluh
malam terakhir.
Saat kemudian subuh datang, lelaki itu sudah siaga di
masjid. Saya jadi orang ketiga yang memasuki masjid setelah ia dan muazin. Selepas
iqamah, mantap ia melangkah ke mimbar imam. Mengecek anak, keenamnya ada.
Begitu pun sang istri. Mantap ia bertakbir memimpin shalat, semantap ia
memimpin Jawa Barat.
#dua orang yang mencintai karena Allah.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
QA, MLS, Biomedic I Key Expertise : QMS, QC, Statistical Analysis, Immunology
Komentar
Posting Komentar