Langsung ke konten utama

Unggulan

BEBERAPA CATATAN UNTUK TES WIDAL

PAKET REVOLUSI MENTAL DAN PUBLIC TRANSPORTATION


 Assalamualaikum wr.,wb., sahabat jumpa lagi melalui tulisan nih. Sudah lama tak berjumpa dan menulis menyapa sahabat.
Ok tulisan saya kali ini dilatar belakangi oleh hot issue di negeri kita nih, apalagi kalau bukan kenaikan harga BBM. Yang menurut sebagian orang sangat mendadak, kurang tepat waktunya, dan begitu juga solusi jangka pendeknya. Oh iya lupa-lupa kita gak boleh menyebutnya kenaikan harga BBM, kan pak Presiden bilangnya “pengalihan subsidi dari sector konsumtif ke sektor produktif”, ok fix pak Jokowi ini kebijakan pemerintahan bapak yang kata sebagian besar pengamat itu sangat berani dan kebijakan menaikan harga BBM ynag resistensi penolakannya paling rendah dan solusinya hebat loh dengan me-launcing 3 kartu sakti sekaligus sebagai jaminan sosial. Yang aduh ramai sekali diperbincangkan.
Kebijakan kabinet kerja dan segala seluk-beluknya memang selalu mengundang kritikan-kritikan di masyarakat, seakan semua orang sekarang mendadak kritis loh. Ini faktanya loh mulai dari mahasiswa sampai ibu-ibu di pasar atau angkutan umum ramai-ramai membicarakan pak Presiden kita ini plus kebijakannya, mulai dari suara kritis, sumbang, sampai mencela sekaligus. Haaaaaa yasudah lah ini realita kita di Indonesia kita, saya sebagai orang Indonesia berdiri sebagai supporter pak Jokowi walapun tidak memilih beliau tapi hari ini realitanya saya adalah supporter pak Jokowi, ya tentunya supporter yang kritis (meminjam istilah bang EG = Efendi Gazali).            
Nah setelah bercuap-cuap seperti biasanya sebelum ke inti masalah,hehe mari kita mulai ke inti masalah ini. Sebenarnya ini terlintas begitu saja nih, kalau terus membicarakan kenapa harga BBM kita naik mah gak akan memberi solusi apa-apa, da masalahnya sudah jelas karena  minyak kita dibeli dengan harga yang ditetapkan di New York di Nymex, setengah dari jumlah konsumsi BBM kita impor dengan mata rantai perdagangan yang banyak mafianya, produksi minyak kita sebagian besar dikuasai perusahaan asing (kalau gak salah 47% minyak kita di produksi Chevron , hanya 16% yang diproduksi Pertamina, ini data 5 tahun lalu sih, tapi yaaa pasti belum banyak berubah), dan sistem kita nih yang “go to liberalization” khususnya Undang-Undang MinerBa kita dan aturan turunannya. Ayo nih ditantang nih pak Jokowi dengan KIH-nya yang pro wong cilik bisa gak membenahi ini, oh iya KMP juga kan mayoritas di DPR nih dorong dong pemerintah supaya benar-benar bekerja untuk kepentingan kita orang Indonesia.
Ok lah clear-nya masalahnya kenapa BBM kita mahal,hehehe nah sekarang ke programnya nih dari pengalihan subsidi BBM dari sektor konsumtif ke sektor produktif. Saya gak akan membahas 3 kartu sakti itu, da sudah jelas itu perlu pembenahan dan regulasi yang jelas agar tidak bertabrakan dengan program lain.
Nih yang jadi sorotan saya dan bayangan saya itu tentang Indonesia 5-10 bahkan 30 s.d 50 tahun kedepan nih. Jika benar pengalihan subsidi BBM ini kan salah satunya ke pembangunan infrastruktur kan salah seperti pembangunan public transportation (angkutan umum lah istilahnya), teringat juga penyataan Gubernur DKI Jakarta pak Ahok yang menyatakan bahwa “Kita hanya akan menyubsidi orang yang mau naik bus” dan mega proyek public transportation  di DKI Jakarta, oh iya satu lagi nih yang progressnya gak kalah dari Jakarta yaitu di Bandung (salam buat pak wali, konsep tematiknya luar biasa mewarnai Bandung) dengan rencana pembangunan monorel ds blah saya gak hafal satu persatu nih. Dan tentunya program-program pembangunan kabinet kerja yang akan banyak membangun infrastruktur. Ya semoga pembangunan public transportation benar-benar jadi skala prioritas.
Nah pertanyaannya kenapa sih public transportation yang harus dibangun.?, sahabat ini bukan masalah kalau kita naik public transportation yang kita harap nyaman saja dan disubsidi pemerintah saja. Lebih jauh seperti yang saya katakan tentang Indonesia dalam bayangan saya 30 s.d 50 tahun mendatang nih.   
Mari kita merefleksikan diri ke Negara-negara yang public transportation sangat nyaman, rapih, teratur, dan tertib orangnya. Saya selalu mengacu ke negara-negara Eropa yang menurut saya paling the best deh public transportation-nya atau ke yang paling dekat tetangga kita Singapura, atau Negara yang saya sebut berciri muslim tapi bukan Islam yaitu Jepang, bahkan Korea Selatan, dan Tiongkok (China dan Hongkong). Pernah memperhatikan gak betapa rapihnya public transportation mereka??? Betapa murah dan disubsidi full bahkan jor-joran sama pemerintahnya, sebaliknya kendaraanm pribadi dikenakan pajak yang tinggi dan BBM-nya pun selangit. Bukan masalah karena minyak mereka impor saja loh, Negara-negara yang saya sebutkan Negara-negara kaya loh jadi berapapun harga minyak kayanya kebeli deh, orang setiap saat harga minyak di Negara-negara tersebut itu bisa berubah mengikuti perkembangan harga pasar, jadi mereka sudah gak aneh kalau harga minyak naik tiba-tiba dan biasa saja kalaupun harga minyak turun. Mereka kaya karena mereka cerdas melek IPTEK dan BERKARAKTER nih sahabat. Nih point pentingnya yang saya bold tuh “BERKARAKTER
Nah terus apa nih hubunganya berkarakter dengan public transportation ? (rasanya terlalu berbelitnya tulisan ini,hehe).
Berkarakter itulah point pentingnya, karakter itu kan dibangun dari kebiasaaanya? Nah kebiasaan diatih melalui pembiasaan-kan? Nah pembiasaan itu berarti diulang-ulang setiap hari bahkan setiap saat-kan.?.  so jangan sepelekan hal-hal kecil yang biasa dan sering kita lakukan, karena itu akan jadi kebiasaan dan karakter kita.
Terus apa-apa atuh, hayooo berbelit melulu.??????
Ok ini bayangan saya tentang Indonesia 30 s.d 50 tahun kedepan bahkan lebih. Dengan dibangunnya public transportation saya berpikir apakah ini salah satu paket Revolusi mentalnya pak Jokowi-JK.????
Mari kita menganalisis nih, di dalam public transportation terkandung banyak filosofi nilai pembentukan karakter loh. Nih kalau yang pernah naik Bus Kota yang seperti Busway sama bus Damri suka ada kan tempat duduk prioritas atau istilahnya “Priority Seating” iya gitu? hehe lupa. Nah kalau kita maknai dalam-dalam nih sebenarnya kita di public transportation dilatih untuk peka terhadap sesama kita nih, terhadap orang tua, yang kurang sempurna, ibu haml, atau orang yang lemah loh, atau kalaupun bukan di tempat duduk prioritas, pas ada kita enak duduk ada orang yang lebih “membutuhkan duduk” apa salahnya kita mempersilahkan beliau-beliau duduk, kita berdiri, bukankah kebaikan akan dibalas denga kebaikan???.
Nah kalau kita dilatih peka seperti itu kan bagus nih, bayangkan setiap hati orang-orang kita menjadi peka, mebantu berbagi tanpa pamri, walaupun kita bayar sama tapi yang berbagi dan melatih dirinya peka akan dapat nilai plus dari public transportation ini nih. Manusia itu beradab bukan hanya karena kita berakal tapi juga memiliki hati yang peka tulus tidak egois mementingkan kenyamanan diri sendiri, itukan yang diajarkan agama bahwa benahi niat dalam hati selalu qolbun salim sahabat-sahabat semua (utamanya yang nulis). Itu baru satu nilai tuh yang sederhana tapi kalau dibiasakan kan jadi karakter yang melekat.
Nah nilai lain nih yang dapat kita petik dari public transportation ini tentang disiplin waktu. Salah satu kunci kemajuan suatu Negara atau dalam skup kecilnya diri sendiri deh, adalah menghargai waktu berdisiplin dengan waktu, tepat waktu tidak banyak berleha-leha.
Nah dengan menggunakan public transportation yang turunnya teratur di halte atau stasiun, jadwal keberangkatan dan kedatangannya tepat waktu pada jam-jam tertentu, di dalamnya nyaman. Kalau kita maknai nih, sistem public transportation yang seperti ini melatih kita untuk berdisiplin dengan waktu, apalagi bagi yang tempat kerjanya jauh dari rumah harus berdisiplin banget dengan waktunya telat 5 menit saja udah deh resiko bakalan telat 30 menit lebih (fakta di kota besar). Nah kalau kita dibiasakan seperti ini, awalnya pasti waaaah serba pontang-panting harus bangun jam segini berangkat jam segini, ngejar deadline waktu. Tapi lama-lama pasti terbiasa dengan  ritme seperti itu jadi panda-pandai mengatur waktu. Lihat saja Negara maju kan yang berdisiplin dengan waktu perhatikan orang-orang Jepang tuh, mereka merubah wajah mereka dari tradisionil menjadi modern berkarakter lokal dengan restorasi Meijinya yang salah satunya menekannkan pendisiplinan pada waktu. Nah bagaimana dengan Indonesia??? Belum dan sangat jauh, Negara kita gak maju-maju karena salah satunya kita belum dididik seperti itu, angkutan umum jalan berhenti seenaknya, kita turun naik seenaknya,ah gimana mau maju. Kadang malu loh, katanya kita negeri mayoritas muslim tapi dimana value Islamnya, tidak ditemukan (mengutip pendapat seorang Ilmuwan Mesir). Padahal kita yang muslin sudah diingatkan bahwa jangan berleha-leha, kita dididik melalui shalat 5 waktu, tapi masih banyak yang ingkar dan menunda-nunda hanya karena urusan pekerjaan atau apalah, bahkan tertunda hanya karena ngobrol dengan manusia, loooooh ko??? Kenapa “ngobrol” sama Rabb semesta Alam malah ditunda-tunda,heumphhh. Jadi maknai setiap hal disekitar kitanya melatih diri melalui pembiasaan. Bayangkan (bahkan wujudkan) setiap orang bisa on-time bahkan bisa datang lebih awal, tuuuh kan enak setiap progrees cepat dibahas cepat dikerjakan, kuncinya yaaaa berdisiplinlah dengan waktu kita. Sedetik yang lalu pun masa lalu tak akan kembali apalagi setahun yang lalu, supaya gak menyesal nanti hayoo-hayoo berdisiplin dengan waktu.
Terus nih kalau kita memiliki dan menggunakan public transportation  yang nyaman, ramah dan bersahabat seperti di Negara maju, mungkin gak aka nada lagi nih pak supir yang ugal-ugalan kejar setoran dan kadar aduuuh miris deh sampai berkata kotor dan berkelahi hanya karena berebut penumpang saja. Padahal kan rezeki itu sudah diatur dan kita tinggal menjemputnya ko melalui doa dan ikhtiar, jadi soooo hentikan juga kegalauan “aduh BBM naik, ini itu naik”. Da gininya sahabat nih yang saya kutip “bahwa rezeki itu bukan masalah seberapa besar income yang masuk ke dompet terus dibelanjakan untuk kebutuhan, da sebesar apapun kalau boros mah tetep aja gak cukup semurah apapun harga itu. Rezeki yang cukup adalah rezeki yang berkah, tentang berapa banyak yang kita gunakan untuk kebutuhan, dibelanjakan untuk berbagi dengn orang lain agar sama-sama tersenyum, bahkan melatih cerdas menggunakannya. Dan rezeki itu bukan hanya uang melainkan bisa berupa sehat, ilmu, bahka orang disekitar kita”. Nah itulah mungkin hikmah dibalik pengalihan subsidi BBM ke sektor produktif (Pemikiran yang nulis, semoga benar deh, amin-amin).
Kalau kita terus membakar uang melalui subsidi BBM emang benar juga uang itu entah kemana, BBM yang murah menyebabkan jumlah kendaraan pribadi terus saja meningkat. Lantas siapa yang jadi kaya? Ya tentunya produsen kendaraan itulah (Jepang, Amerika, Eropa, dsb). Kalau kita terus menggunakan kendaraan pribadi, kebanyakan jadi cenderung seenaknya kan? Mau berangkat jam berapapun terserah da bisa ngebut, mau kemanapun kaki melangkah hayu da gampang, dan cenderung menjadi kurang peka, bahkan banyak menabrak aturan bermain curang dengan aparat (tau kan,hehe. Itulaoh nego dipinggir jalan, padahal itu bibir korupsi,heumph, koruptor aja dicaci, ko diri kita begininya.he) Pernah gak menawari orang lain “hayu ikut saya sampai kedepan…” euhmp jarangnya (eh tapi gak semua begitu lah, ini tapi kebanyakana saja). Nah kalau dengan public transportation rasanya gak akan ada lagi hal-hal semacam ini (Semoga terwujud amiin).
Itulah bayangan saya sahabat tentang pengalihan subsidi BBM ke sektor produktif untuk pembangunan public transportation kita. Public transportation yang nyaman, bersahabat, tertib-teratur, disubsidi pemerintah, melatih kita berdisiplin-peka dan mengikis benih-benih yang tidak benar. Menjadi manusia berkarkter dan maju dengan landasan hati yang beragama tentunya.
Ok fix tulisan ini, menjawab kenapa saya diam hanya sekali berkoar saat BBM naik. Ini bukan sekedar 3 kartu sakti, ini tentang Indonesia kita, mari kita maknai saja, dorong program-program hebat itu benar-benar terwujud. Kritisi dan lawan jika ada yang perlu dikoreksi dibenahi, jangan dengan hal-hal anarkis, berdemo memblokir jalan, itu tidak cerdas dan terkesan reaktif. Berpikirlah cerdas mencipkan solusi terbaik, membuat karya melalui pemikiran yang dlandasi hati, apapun passion kita lakukan sebaik mungkin, berbuatlah yang bermanfaat.
Saya tidak dalam posisi mendukung ataupun menolak pengalihan ini, tetapi hanya nrimo melihat dari perspektif yang berbeda.


Jakarta, 23 November 2014

Muh. Reza Jaelani
Supporter Konstruktif-Korektif Jokowi-JK
Ditulis di ruang pertapaanku, dalam shubuh menjelang matahari menyingsing.
Salam untuk semua, berbahagialah dengan melapangkan hati dan pikiran kita

Wassalamualaikum

Komentar