Cari Blog Ini
Rasulullah saw bersabda "Ikatlah Ilmu dengan Tulisan"_____ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا Ya Allah … aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang thayyib, dan amal yang diterima"
Unggulan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Diposting oleh
Muh. Reza Jaelani Science Communicator
PAKET REVOLUSI MENTAL DAN PUBLIC TRANSPORTATION
Assalamualaikum wr.,wb., sahabat jumpa lagi melalui tulisan
nih. Sudah lama tak berjumpa dan menulis menyapa sahabat.
Ok tulisan saya kali ini dilatar belakangi oleh hot issue di negeri kita nih, apalagi
kalau bukan kenaikan harga BBM. Yang menurut sebagian orang sangat mendadak,
kurang tepat waktunya, dan begitu juga solusi jangka pendeknya. Oh iya
lupa-lupa kita gak boleh menyebutnya kenaikan harga BBM, kan pak Presiden
bilangnya “pengalihan subsidi dari sector
konsumtif ke sektor produktif”, ok fix
pak Jokowi ini kebijakan pemerintahan bapak yang kata sebagian besar pengamat
itu sangat berani dan kebijakan menaikan harga BBM ynag resistensi penolakannya
paling rendah dan solusinya hebat loh dengan me-launcing 3 kartu sakti sekaligus sebagai jaminan sosial. Yang aduh
ramai sekali diperbincangkan.
Kebijakan kabinet kerja dan segala seluk-beluknya memang
selalu mengundang kritikan-kritikan di masyarakat, seakan semua orang sekarang
mendadak kritis loh. Ini faktanya loh mulai dari mahasiswa sampai ibu-ibu di
pasar atau angkutan umum ramai-ramai membicarakan pak Presiden kita ini plus
kebijakannya, mulai dari suara kritis, sumbang, sampai mencela sekaligus. Haaaaaa
yasudah lah ini realita kita di Indonesia kita, saya sebagai orang Indonesia
berdiri sebagai supporter pak Jokowi walapun tidak memilih beliau tapi hari ini
realitanya saya adalah supporter pak Jokowi, ya tentunya supporter yang kritis (meminjam
istilah bang EG = Efendi Gazali).
Ok lah clear-nya
masalahnya kenapa BBM kita mahal,hehehe nah sekarang ke programnya nih dari
pengalihan subsidi BBM dari sektor konsumtif ke sektor produktif. Saya gak akan
membahas 3 kartu sakti itu, da sudah jelas itu perlu pembenahan dan regulasi
yang jelas agar tidak bertabrakan dengan program lain.
Nih yang jadi sorotan saya dan bayangan saya itu tentang
Indonesia 5-10 bahkan 30 s.d 50 tahun kedepan nih. Jika benar pengalihan
subsidi BBM ini kan salah satunya ke pembangunan infrastruktur kan salah
seperti pembangunan public transportation
(angkutan umum lah istilahnya), teringat juga penyataan Gubernur DKI Jakarta
pak Ahok yang menyatakan bahwa “Kita
hanya akan menyubsidi orang yang mau naik bus” dan mega proyek public transportation di DKI Jakarta, oh iya satu lagi nih yang
progressnya gak kalah dari Jakarta yaitu di Bandung (salam buat pak wali,
konsep tematiknya luar biasa mewarnai Bandung) dengan rencana pembangunan
monorel ds blah saya gak hafal satu persatu nih. Dan tentunya program-program
pembangunan kabinet kerja yang akan banyak membangun infrastruktur. Ya semoga
pembangunan public transportation benar-benar
jadi skala prioritas.
Nah pertanyaannya kenapa sih public transportation yang harus dibangun.?, sahabat ini bukan
masalah kalau kita naik public transportation
yang kita harap nyaman saja dan disubsidi pemerintah saja. Lebih jauh
seperti yang saya katakan tentang Indonesia dalam bayangan saya 30 s.d 50 tahun
mendatang nih.
Mari kita merefleksikan diri ke Negara-negara yang public transportation sangat nyaman,
rapih, teratur, dan tertib orangnya. Saya selalu mengacu ke negara-negara Eropa
yang menurut saya paling the best deh public
transportation-nya atau ke yang paling dekat tetangga kita Singapura, atau Negara
yang saya sebut berciri muslim tapi bukan Islam yaitu Jepang, bahkan Korea
Selatan, dan Tiongkok (China dan Hongkong). Pernah memperhatikan gak betapa
rapihnya public transportation
mereka??? Betapa murah dan disubsidi full bahkan jor-joran sama pemerintahnya,
sebaliknya kendaraanm pribadi dikenakan pajak yang tinggi dan BBM-nya pun
selangit. Bukan masalah karena minyak mereka impor saja loh, Negara-negara yang
saya sebutkan Negara-negara kaya loh jadi berapapun harga minyak kayanya kebeli
deh, orang setiap saat harga minyak di Negara-negara tersebut itu bisa berubah
mengikuti perkembangan harga pasar, jadi mereka sudah gak aneh kalau harga
minyak naik tiba-tiba dan biasa saja kalaupun harga minyak turun. Mereka kaya
karena mereka cerdas melek IPTEK dan BERKARAKTER
nih sahabat. Nih point pentingnya yang saya bold tuh “BERKARAKTER”
Nah terus apa nih hubunganya berkarakter dengan public transportation ? (rasanya terlalu
berbelitnya tulisan ini,hehe).
Berkarakter itulah point pentingnya, karakter itu kan
dibangun dari kebiasaaanya? Nah kebiasaan diatih melalui pembiasaan-kan? Nah pembiasaan
itu berarti diulang-ulang setiap hari bahkan setiap saat-kan.?. so jangan sepelekan hal-hal kecil yang biasa
dan sering kita lakukan, karena itu akan jadi kebiasaan dan karakter kita.
Terus apa-apa atuh, hayooo berbelit melulu.??????
Ok ini bayangan saya tentang Indonesia 30 s.d 50 tahun
kedepan bahkan lebih. Dengan dibangunnya public
transportation saya berpikir apakah ini salah satu paket Revolusi mentalnya
pak Jokowi-JK.????
Mari kita menganalisis nih, di dalam public transportation terkandung banyak filosofi nilai pembentukan
karakter loh. Nih kalau yang pernah naik Bus Kota yang seperti Busway sama bus
Damri suka ada kan tempat duduk prioritas atau istilahnya “Priority Seating” iya gitu? hehe lupa. Nah kalau kita maknai
dalam-dalam nih sebenarnya kita di public
transportation dilatih untuk peka terhadap sesama kita nih, terhadap orang
tua, yang kurang sempurna, ibu haml, atau orang yang lemah loh, atau kalaupun
bukan di tempat duduk prioritas, pas ada kita enak duduk ada orang yang lebih “membutuhkan
duduk” apa salahnya kita mempersilahkan beliau-beliau duduk, kita berdiri,
bukankah kebaikan akan dibalas denga kebaikan???.
Nah kalau kita dilatih peka seperti itu kan bagus nih,
bayangkan setiap hati orang-orang kita menjadi peka, mebantu berbagi tanpa
pamri, walaupun kita bayar sama tapi yang berbagi dan melatih dirinya peka akan
dapat nilai plus dari public transportation
ini nih. Manusia itu beradab bukan hanya karena kita berakal tapi juga memiliki
hati yang peka tulus tidak egois mementingkan kenyamanan diri sendiri, itukan
yang diajarkan agama bahwa benahi niat dalam hati selalu qolbun salim
sahabat-sahabat semua (utamanya yang nulis). Itu baru satu nilai tuh yang
sederhana tapi kalau dibiasakan kan jadi karakter yang melekat.
Nah nilai lain nih yang dapat kita petik dari public transportation ini tentang
disiplin waktu. Salah satu kunci kemajuan suatu Negara atau dalam skup kecilnya
diri sendiri deh, adalah menghargai waktu berdisiplin dengan waktu, tepat waktu
tidak banyak berleha-leha.
Nah dengan menggunakan public
transportation yang turunnya teratur di halte atau stasiun, jadwal
keberangkatan dan kedatangannya tepat waktu pada jam-jam tertentu, di dalamnya
nyaman. Kalau kita maknai nih, sistem public
transportation yang seperti ini melatih kita untuk berdisiplin dengan waktu,
apalagi bagi yang tempat kerjanya jauh dari rumah harus berdisiplin banget
dengan waktunya telat 5 menit saja udah deh resiko bakalan telat 30 menit lebih
(fakta di kota besar). Nah kalau kita dibiasakan seperti ini, awalnya pasti
waaaah serba pontang-panting harus bangun jam segini berangkat jam segini,
ngejar deadline waktu. Tapi lama-lama pasti terbiasa dengan ritme seperti itu jadi panda-pandai mengatur
waktu. Lihat saja Negara maju kan yang berdisiplin dengan waktu perhatikan
orang-orang Jepang tuh, mereka merubah wajah mereka dari tradisionil menjadi modern
berkarakter lokal dengan restorasi Meijinya yang salah satunya menekannkan
pendisiplinan pada waktu. Nah bagaimana dengan Indonesia??? Belum dan sangat
jauh, Negara kita gak maju-maju karena salah satunya kita belum dididik seperti
itu, angkutan umum jalan berhenti seenaknya, kita turun naik seenaknya,ah
gimana mau maju. Kadang malu loh, katanya kita negeri mayoritas muslim tapi
dimana value Islamnya, tidak
ditemukan (mengutip pendapat seorang Ilmuwan Mesir). Padahal kita yang muslin
sudah diingatkan bahwa jangan berleha-leha, kita dididik melalui shalat 5
waktu, tapi masih banyak yang ingkar dan menunda-nunda hanya karena urusan
pekerjaan atau apalah, bahkan tertunda hanya karena ngobrol dengan manusia,
loooooh ko??? Kenapa “ngobrol” sama Rabb semesta Alam malah
ditunda-tunda,heumphhh. Jadi maknai setiap hal disekitar kitanya melatih diri
melalui pembiasaan. Bayangkan (bahkan wujudkan) setiap orang bisa on-time
bahkan bisa datang lebih awal, tuuuh kan enak setiap progrees cepat dibahas
cepat dikerjakan, kuncinya yaaaa berdisiplinlah dengan waktu kita. Sedetik yang
lalu pun masa lalu tak akan kembali apalagi setahun yang lalu, supaya gak
menyesal nanti hayoo-hayoo berdisiplin dengan waktu.
Terus nih kalau kita memiliki dan menggunakan public transportation yang nyaman, ramah dan bersahabat seperti di Negara
maju, mungkin gak aka nada lagi nih pak supir yang ugal-ugalan kejar setoran
dan kadar aduuuh miris deh sampai berkata kotor dan berkelahi hanya karena
berebut penumpang saja. Padahal kan rezeki itu sudah diatur dan kita tinggal
menjemputnya ko melalui doa dan ikhtiar, jadi soooo hentikan juga kegalauan “aduh
BBM naik, ini itu naik”. Da gininya sahabat nih yang saya kutip “bahwa rezeki
itu bukan masalah seberapa besar income
yang masuk ke dompet terus dibelanjakan untuk kebutuhan, da sebesar apapun
kalau boros mah tetep aja gak cukup semurah apapun harga itu. Rezeki yang cukup
adalah rezeki yang berkah, tentang berapa banyak yang kita gunakan untuk
kebutuhan, dibelanjakan untuk berbagi dengn orang lain agar sama-sama
tersenyum, bahkan melatih cerdas menggunakannya. Dan rezeki itu bukan hanya
uang melainkan bisa berupa sehat, ilmu, bahka orang disekitar kita”. Nah itulah
mungkin hikmah dibalik pengalihan subsidi BBM ke sektor produktif (Pemikiran
yang nulis, semoga benar deh, amin-amin).
Kalau kita terus membakar uang melalui subsidi BBM emang
benar juga uang itu entah kemana, BBM yang murah menyebabkan jumlah kendaraan
pribadi terus saja meningkat. Lantas siapa yang jadi kaya? Ya tentunya produsen
kendaraan itulah (Jepang, Amerika, Eropa, dsb). Kalau kita terus menggunakan
kendaraan pribadi, kebanyakan jadi cenderung seenaknya kan? Mau berangkat jam
berapapun terserah da bisa ngebut, mau kemanapun kaki melangkah hayu da
gampang, dan cenderung menjadi kurang peka, bahkan banyak menabrak aturan
bermain curang dengan aparat (tau kan,hehe. Itulaoh nego dipinggir jalan,
padahal itu bibir korupsi,heumph, koruptor aja dicaci, ko diri kita begininya.he)
Pernah gak menawari orang lain “hayu ikut saya sampai kedepan…” euhmp jarangnya
(eh tapi gak semua begitu lah, ini tapi kebanyakana saja). Nah kalau dengan public transportation rasanya gak akan ada
lagi hal-hal semacam ini (Semoga terwujud amiin).
Itulah bayangan saya sahabat tentang pengalihan subsidi BBM
ke sektor produktif untuk pembangunan public
transportation kita. Public transportation
yang nyaman, bersahabat, tertib-teratur, disubsidi pemerintah, melatih kita
berdisiplin-peka dan mengikis benih-benih yang tidak benar. Menjadi manusia
berkarkter dan maju dengan landasan hati yang beragama tentunya.
Ok fix tulisan ini, menjawab kenapa saya diam hanya sekali
berkoar saat BBM naik. Ini bukan sekedar 3 kartu sakti, ini tentang Indonesia
kita, mari kita maknai saja, dorong program-program hebat itu benar-benar
terwujud. Kritisi dan lawan jika ada yang perlu dikoreksi dibenahi, jangan dengan
hal-hal anarkis, berdemo memblokir jalan, itu tidak cerdas dan terkesan reaktif.
Berpikirlah cerdas mencipkan solusi terbaik, membuat karya melalui pemikiran
yang dlandasi hati, apapun passion kita
lakukan sebaik mungkin, berbuatlah yang bermanfaat.
Saya tidak dalam posisi mendukung ataupun menolak pengalihan
ini, tetapi hanya nrimo melihat dari perspektif yang berbeda.
Jakarta, 23 November 2014
Muh. Reza Jaelani
Supporter Konstruktif-Korektif
Jokowi-JK
Ditulis di ruang pertapaanku, dalam shubuh menjelang
matahari menyingsing.
Salam untuk semua, berbahagialah dengan melapangkan hati dan
pikiran kita
Wassalamualaikum
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
QA, MLS, Biomedic I Key Expertise : QMS, QC, Statistical Analysis, Immunology
Komentar
Posting Komentar