Langsung ke konten utama

Unggulan

BEBERAPA CATATAN UNTUK TES WIDAL

MENGGUGAT PERSEPSI KITA

Sebuah Kenyataan yang Benar-Benar Harus Digugat
Ditulis karena Kepedulian dan Menjawab Pertanyaan yang Selalu Mengelitik

Assalamualaikum sahabat, salam sejahtera untuk semua. Senyum dan senyumnya selalu dijaga, semangat tetap dipertahahankan, tidak melempem mengejar cita-cita walapun banyak rintangan menghadang. Setuju? Harus setuju,he
Ok mari kita mulai tulisan saya ini, eumph judulnya “Menggugat Persepsi Kita”. Sahabat bertanya dan penasaran gak? Kenapa sih saya memilih judul ini? Apa yang sebenarnya hendak seorang Reza tulisannya kali ini?.
Ok tulisan ini akan membahas hal yang basic nih tapi kadang kebanyakan orang menyepelekan atau lalai bahkan tidak memperdulikan sama sekali dan akhirnya tidak mengerti konsep dasar ini.
Apa itu? Simple deh, bagi saya yang seorang analis dan sahabat semua mayoritas pembaca, atau yang pekerjaannya berhubungan dengan larutan atau bahan pemeriksaan yang berwujud cairan pasti mengenal yang namanya “Pengenceran” atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah ”dilution”.
Lah lantas apa yang hendak seorang Reza ini sampaikan sampai judulnya harus “Menggugat Persepsi Kita”?.
Saya ceritakan dulunya, alur tulisannya jadi alur mundur flashback ke satu masa perkuliah saya (doakan semoga cepat kuliah lagi, amiiin).
Berteori dulu nih, me-refresh ingat saya utamanya.
Teknik pengenceran atau dilution ini dipraktekan secara luas dalam bidang-bidang analisis untuk bahan-bahan yang berwujud cairan. Pengenceran digunakan untuk membuat presisi dan akurasi analisa analit menjadi lebih tinggi dan terkontrol dikarena keterbatasan metode, reagen, alat dan komponen analisa lainnya hal tersebut berhubungan dengan limit deteksi , linearitas pemeriksaan, interferensi matriks, spesifisitas-sensitivitas, dsb (cari saja, lupa lagi saya juga,he).
Dasar-dasar dari konsep pengenceran ini berasal dari ilmu kimia nih, jadi bersahabatlah dengan si kimia ini, karena aplikasinya yang luas dan sakti mandra guna untuk menganalisa suatu permasalahan secara analitis.
Konsep dasar pengenceran dalam kimia dapat dirumuskan dalam suatu persamaan super. Saya sebut super karena rumus ini multi guna dapat diotak-atik walaupun sederhana.
Ini dia persamaannya :
C1 V1 = C2 V2
Ket        :
C1           : Konsentrasi analit sebelum diencerkan
V1           : Volume awal analit yang dienceran
C2           : Konsentrasi analit setelah diencerkan
V2           : Volume akhir analit setelah ditambahkan larutan pengencer atau pelarut.

Konsentrasi analit dapat dinyatakan dalam berbagai satuan, seperti molaritas, normalitas, osmolalitas, mg/dL, ppm, % , b/v, b/b,dsb.
Dan volume analit juga dapat dinyatakan dalam berbagai satuan sesuai dengan satuan konsentrasi yang digunakan, seperti dalam liter, mL, dL, μL, dsb.
Nah itu sebabnya rumus ini saya katakan super karena bisa mengakomodir berbagai satuan sesuai kebutuhan bidang yang menggunakan. Hebat kan? saya penasaran siapa penemu rumus ini, sampai sekarang pun saya belum tahu siapa nih pencipta rumus ini.
Nah ok sekarang tentang konsep pengenceran nih.
Pengenceran atau dilution pada dasarnya menjadikan analit yang wujudnya cair menjadi lebih encer karena penambahan sejumlah pelarut, dengan  jumlah analit yang tetap tetapi konsentrasinya menjadi lebih kecil. Bingung gak  memahaminya? Kayanya iya.hehe
Gini deh analoginya sahabat. Baca dan resapi  baik-baik supaya paham.
Dalam suatu ruang kelas berukuran 10x10 m2 terdapat seorang mahasiswa, sebut saja dia “A” yang kita analogikan sebagai analit, nah kemudian datang 19 orang mahasiswa lain masuk ke dalam kelas tersebut (Sepakati 19 orang ini analogi dari pelarutnya). Nah sebelum kedatangan 19 orang tadi populasi A di kelas adalah 1 orang per ruang kelas kan? (populasi analogi dari konsentrasi), ketika datang 19 orang secara bersamaan maka populasi A menjadi 1/20 orang dalam satu kelas. Jumlah A tetapkan 1 ?, tetapi menjadi bagian dari 20 orang tadi sehingga kalau tadinya seorang dosen yang ke ruang kelas ini hanya mencari A dapat langsung menemukan A, ketika populasi orang bertambah maka sang dosen harus mencari dulu memperhatikan kiri kanan bahkan bertanya kepada yang lain ketika mencari A (analog suatu proses analisis).” Nah gitu analoginya sahabat, tapi saya kira masih rumit juganya. Yasudah pelajari otodidak aja, berguru ke yang lebih paham,hehehe gampangkan??? Hehe.

Nah terus apa esensi sebenarnya dari tulisan ini?
Gini nih sahabat, kan sudah saya sebutkan diatas kalau konsep dan praktek pengenceran ini digunakan dalam banyak bidang. Saya fokus ke bidang medisnya khusunya di laboratorium klinik.
Konsep dan praktek pengenceran ini digunakan dalam banyak analisa seperti serologi, imunologi, imunohematologi, hematologi, kimia klinik, mikrobiologi dsb yang berhubungan dengan analisa bahan cairan tubuh, entah itu dilakukan ke bahan pemeriksaannya, reagennya, standarnya, bahan kontrolnya, dsb.
Ini nih salah satu point yang kita harus kritisi.
Memang benar praktek pengenceran sering dipraktekan tetapi pemahaman mengenai konsep dasarnya masih sangat kurang pada “kebanyakan yang mempraktekannya”. Padahal mengencerkan itu tak sekedar mengencerkan asal memipet sampel kemudian ditambahkan pelarut. So gak sesimpel itu loh, terkandung konsep bagaimana caranya memipet yang baik dan benar, bagaimana cara pencampuran analit dan pelarut yang baik dan benar, serta bagaimana menyatakan dan memahami berapa kali dan banyak suatu analit harus diencerkan hingga dikehendaki konsentrasi yang masuk interval range analisa kita. Lebih jauh bisa menverifikasi melakukan problem solving atas pengerjaan yang dilakukan jika terjadi problem dalam analisa, maupun sebagai bentuk penjaminan mutu apa yang kita kerjakan.
Sehingga konsep dan praktek itu harus match dipahami bukan hanya asal mengamalkan yang tertera di kit insert atau intruksi kerja yang tertera.
Nah pahamkan sekarang maksud saya?...... kenapa kita harusnya paham dan mengerti bukan hanya jadi pengamal yang mengekor pendahulu. Itu salah satu yang harus kita gugat, berani mengoreksi dan autokoreksi.
Nah kayanya nih terlalu banyak ini itunya nih tulisan? Esensinya apa ya sahabat,hehe
Satu hal lagi nih yang harus kita gugat. Ini fakta dan nyata saya temui, dan dari dulu saya selalu ingin membantah pernyataan ini.
Pernyataannya begini nih “Pengenceran di Kimia itu berbeda dengan pengenceran di Serologi, Imunologi, Mikrobilogi”.
Pernyataan ini benar-benar menggelitik hati, kan konsep-konsep dasar pengenceran itu awalnya dari kimia? Nah kenapa sekarang dipersepsikan bahwa pengenceran kimia itu berbeda dengan pengenceran di dalam analisa klinik?????. That is one of the biggest question for me. Why why and why?. Dulu belum terpikir kenapa, ya pada akhirnya kesalahan terbesarnya adalah mengakui persepsi itu. Tapi sahabat, saya katakan tidak untuk persepsi itu. Saya menggugat persepsi itu, karena sekarang saya tahu dimana akar masalah yang mengharuskan kita menggugat persepsi “Pengenceran di Kimia itu berbeda dengan pengenceran di Serologi, Imunologi, Mikrobilogi”.  Sehingga ya tertulislah tulisan ini tersaji dihadapan sahabat sekarang, jujur saya merasakan semangat menulis ini, rasanya ingin menggulikan persepsi ini melawan apapun, ya begitulah penasaran ini terjawab untuk pertanyaan yang sekian lama ada. Karena inilah Reza, yang kadang tidak percaya kerjaan orang kalau tidak membuktikannya sendiri atau setidaknya mengamati proses menghasilkan suatu hasil analisa itu.
Nah mari saya ajak kenapa kita bisa menggugat persepsi yang salah ini.
Maafnya tulisan ini begitu teoritis, ya karena begini adanya,hehe
Nih saya ceritakan serinci mungkin nih fakta-fakta dan kajian yang saya temui dan cari.
Rada ilmiahnya bahasanya.
Setelah saya cari akar masalahnya mengenai persepsi “Pengenceran di Kimia itu berbeda dengan pengenceran di Serologi, Imunologi, Mikrobilogi”. Saya menemukan suatu akar titik temu yang simple tapi krusial sekali. Ini masalah penggunaan tanda atau symbol dalam pengenceran yang dilakukan baik di Kimia maupun di bidang lain
Pernah lihat dan melakukan teknik pengenceran bertingkat ini.? Atau disebut pengenceran tabung.
 
Perhatikan baik-baik skema pengenceran diatas.!
Tertera angka-angka 1/2o , 1/40 , 1/80 , 1/160, dst.
Kebanyakan orang akan menyebutkan sebagai besarnya pengenceran, dan tanda “ / ” diganti menjadi “ : ” menjadi dituliskan 1 : 20 , 1 : 40 , 1 : 80 , 1 : 160 ,dst.
Nah disini saya mulai menemukan akar permasalahan yang terjadi selama ini. Ternyata selama ini kita salah tafsir dalam penggunaan symbol ini.
Penggunaan  1/2o , 1/40 , 1/80 , 1/160, dst. Saya jelaskannya, ini bukan lah besarnya pengenceran yang dilakukan, tetapi merupakan rasio akhir konsentrasi yang diperoleh setelah pengenceran, dalam istilah klinik disebut dengan titer (satuan rasio konsentrasi yang konsentrasi sebenarnya tidak diketahui atau besarnya nilai jika dituliskan sehingga tidak praktis dalam penulisan).
Jadi jika kita menemui angka 1/20  dalam pengenceran itu artinya adalah konsentrasi larutan atau analit setelah diencerkan 20x menjadi 1/20 x konsentrasi semula, dengan perbandingan penambahan volume larutan dan analit sebanyak 1 : 19 .
Jadi ini masalah persepsi “1 : 20”, orang kimia akan menganggap itu adalah pengenceran v/v sedangkan orang klinis menganggap pengenceran akhir.
Orang kimia akan mengartikan “1:20” berarti 1 bagian analit + 20 bagian pengencer
Sedangkan seorang klinisi di lab akan mengartikan 1 bagian analit + 19 bagian pengencer yang akhirnya berkonsentrasi 1/20.
Nah persepsi itulah yang ingin saya paparkan ke sahabat semua, khusunya yang analis. Intinya ada kesalahan persepsi diantara kita dan bukan hanya kita tapi juga penggunaan “:” juga disajikan dalam berbagai kit insert reagen beberapa merk ternama (cari saja, pasti ada).
Jadi kalau ada yang memperdebatkan lagi bahwa pengenceran kimia dan di aplikasi klinis itu berbeda, tolong luruskannya, kalau perlu silahkan sodorkan tulisan saya ini atau mungkin perlu juga mari kita diskusi deh, membedah lebih jauh tentang hal ini.
Kenapa perlu diluruskan?? Ya karena ini penting.
Karena kalau pengerjaan pengenceran salah akan menjadi masalah, misalnya saja dalam pemeriksaan serologi, jika sampel diencerkan terlalu encer akan menyebabkan Hock Effect (Pro Zone atau Post Zone Effect), hasil analisa menjadi positif palsu atau negatif palsu. Jika hasil demikian ini berhubungan dengan mutu pemeriksaan yang menjadi tidak dapat dipertanggung jawabkan. Akar masalahnya sepele padahal, tetapi efeknya begitu besar. Bayangkan yang harusnya didiagnosis menderita A malah ditafsirkan tidak ada apa-apa, akibatnya pengobatan pasien terhambat dan taruhannya pasti nyawa atau setidaknya penurunan kualitas hidup.
Nah itulah intinya, penting memperhatikan hal-hal kecil seperti ini. Karena pekerjaan seorang analis menyangkut kualitas hidup seorang pasien bahkan nyawanya. Harus pahamnya, jangan asal mengerjakan.
So analis itu tidak main-main kompetensinya, tidak boleh sembarangan pengetahuannya. Profesi analis memang kompleks, merupakan ilmu terapan yang menggabungkan banyak disiplin ilmu khusunya prinsip-prinsip kimia analitik, konsep biokimia klinis, dan quality control yang didasari statistika. Jadi kedepan berharap bahwa terlahir analis-analis mahal. Analis mahal itu ya analis yang berpikiran analitik, berkomitmen terhadap mutu, dan mengerti apa yang dia kerjakan dan dia hasilkan dari pekerjaanya. Juga analis yang dapat berkomunikasi dengan baik denga sekitarnya (penting juga nih skill komunikasi dan juga leadershif)
Ok sudah terlalu panjang tulisan ini. Tulisan yang sebulan lebih saya persiapkan.
Semoga bermanfaat.
Saya analis dan berusaha menjadi analis. Begitupun sahabat. Analis memang harus kritis, tapi tidak hanya melempar wacana, tapi bergeraklah. Lakukan sesuatu.
Bekerjalah dengan hati, eksplorlasi diri kita dan sekitar kita. Selalu bertanya dan bertanya, karena menghidupkan pikiran itu ya demikian, perbanyak intake informasi dengan membaca, sharing diskusi, belajar dari siapapun, kalau perlu jadilah pendengar yang baik, atau lebih gampang lagi buka playstore cari aplikasi buat belajar dan tersedia banyak, gampangkan, tidak melulu download game saja hehe. Dzikir di HP androidnya jangan hanya BBM-an, bales WA, main games, dsb. Tapi ubah dzikir tangannya dengan mengulik sesuatu yang menarik dan bermanfaat.
Jadilah bermanfaat. Bekerja dengan hati adalah merasa bertanggungjawab, amanah, dan professional dalam mengerjakan sesuatu.
Kita Analis (dalam makna luas, analis kesehatan, analis kimia, dan analis-analis lainnya)


Salam dari tanah Rantau
Jakarta, November-Desember 2014

Muh Reza Jaelani
Seorang analis yang masih belajar, memikul amanah.

Sampai bertemu dalam tulisan selanjutnya.
Jadilah Analis Tangguh, tidak hanya bekerja ala kadarnya mengikuti jejak orang, tapi show our quality kritisi segala yang ada, karena tidak ada yang sempurna, semua perlu terus dieksplorasi diperbaiki, kan katanya ingin disebut Medical Laboratory Technologist, bukan  hanya disebut “Analis Kesehatan”, maka kembangkan SKILL RnD-nya dong, MLT wajib paham prinsip-prinsip analitik karena instrument dan bahan yang dikerjakankan semua berdasar prinsip analitik. (InsyaAllah nanti mengenai sebutan MLT dibahas dalam tulisan tersendiri).hehe

Ok salam perjuangan.

Komentar

  1. sae ja tp labgkubg sae mun dosen2 ge di tag akunna hahaha

    BalasHapus
  2. Terimakasih. sangat bermanfaat postingannya. ditunggu tulisan2 lainnya, khususnya yang berhubungan dengan temuan masalah-masalah di labklin. :)

    BalasHapus

Posting Komentar