Cari Blog Ini
Rasulullah saw bersabda "Ikatlah Ilmu dengan Tulisan"_____ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا Ya Allah … aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang thayyib, dan amal yang diterima"
Unggulan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Diposting oleh
Muh. Reza Jaelani Science Communicator
MENGGUGAT PERSEPSI KITA
Sebuah Kenyataan yang Benar-Benar Harus Digugat
Ditulis karena Kepedulian dan Menjawab Pertanyaan yang
Selalu Mengelitik
Assalamualaikum
sahabat, salam sejahtera untuk semua. Senyum dan senyumnya selalu dijaga,
semangat tetap dipertahahankan, tidak melempem mengejar cita-cita walapun banyak
rintangan menghadang. Setuju? Harus setuju,he
Ok mari kita mulai
tulisan saya ini, eumph judulnya “Menggugat
Persepsi Kita”. Sahabat bertanya dan penasaran gak? Kenapa sih saya memilih
judul ini? Apa yang sebenarnya hendak seorang Reza tulisannya kali ini?.
Ok tulisan ini akan
membahas hal yang basic nih tapi
kadang kebanyakan orang menyepelekan atau lalai bahkan tidak memperdulikan sama
sekali dan akhirnya tidak mengerti konsep dasar ini.
Apa itu? Simple
deh, bagi saya yang seorang analis dan sahabat semua mayoritas pembaca, atau
yang pekerjaannya berhubungan dengan larutan atau bahan pemeriksaan yang
berwujud cairan pasti mengenal yang namanya “Pengenceran” atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah ”dilution”.
Lah lantas apa yang
hendak seorang Reza ini sampaikan sampai judulnya harus “Menggugat Persepsi Kita”?.
Saya ceritakan
dulunya, alur tulisannya jadi alur mundur flashback
ke satu masa perkuliah saya (doakan semoga cepat kuliah lagi, amiiin).
Berteori dulu nih,
me-refresh ingat saya utamanya.
Teknik pengenceran
atau dilution ini dipraktekan secara
luas dalam bidang-bidang analisis untuk bahan-bahan yang berwujud cairan. Pengenceran
digunakan untuk membuat presisi dan akurasi analisa analit menjadi lebih tinggi
dan terkontrol dikarena keterbatasan metode, reagen, alat dan komponen analisa
lainnya hal tersebut berhubungan dengan limit deteksi , linearitas pemeriksaan,
interferensi matriks, spesifisitas-sensitivitas, dsb (cari saja, lupa lagi saya
juga,he).
Dasar-dasar dari
konsep pengenceran ini berasal dari ilmu kimia nih, jadi bersahabatlah dengan
si kimia ini, karena aplikasinya yang luas dan sakti mandra guna untuk menganalisa
suatu permasalahan secara analitis.
Konsep dasar
pengenceran dalam kimia dapat dirumuskan dalam suatu persamaan super. Saya
sebut super karena rumus ini multi guna dapat diotak-atik walaupun sederhana.
Ini dia
persamaannya :
C1 V1 = C2 V2
Ket :
C1 : Konsentrasi analit sebelum
diencerkan
V1 : Volume awal analit yang dienceran
C2 : Konsentrasi analit setelah
diencerkan
V2 : Volume akhir analit setelah
ditambahkan larutan pengencer atau pelarut.
Konsentrasi analit
dapat dinyatakan dalam berbagai satuan, seperti molaritas, normalitas,
osmolalitas, mg/dL, ppm, % , b/v, b/b,dsb.
Dan volume analit
juga dapat dinyatakan dalam berbagai satuan sesuai dengan satuan konsentrasi
yang digunakan, seperti dalam liter, mL, dL, μL, dsb.
Nah itu sebabnya
rumus ini saya katakan super karena bisa mengakomodir berbagai satuan sesuai
kebutuhan bidang yang menggunakan. Hebat kan? saya penasaran siapa penemu rumus
ini, sampai sekarang pun saya belum tahu siapa nih pencipta rumus ini.
Nah ok sekarang
tentang konsep pengenceran nih.
Pengenceran atau dilution pada dasarnya menjadikan analit yang wujudnya cair menjadi lebih
encer karena penambahan sejumlah pelarut, dengan jumlah analit yang tetap tetapi
konsentrasinya menjadi lebih kecil. Bingung gak memahaminya? Kayanya iya.hehe
Gini deh analoginya
sahabat. Baca dan resapi baik-baik
supaya paham.
“Dalam
suatu ruang kelas berukuran 10x10 m2 terdapat seorang mahasiswa,
sebut saja dia “A” yang kita analogikan sebagai analit, nah kemudian datang 19
orang mahasiswa lain masuk ke dalam kelas tersebut (Sepakati 19 orang ini
analogi dari pelarutnya). Nah sebelum kedatangan 19 orang tadi populasi A di
kelas adalah 1 orang per ruang kelas kan? (populasi analogi dari konsentrasi),
ketika datang 19 orang secara bersamaan maka populasi A menjadi 1/20 orang
dalam satu kelas. Jumlah A tetapkan 1 ?, tetapi menjadi bagian dari 20 orang
tadi sehingga kalau tadinya seorang dosen yang ke ruang kelas ini hanya mencari
A dapat langsung menemukan A, ketika populasi orang bertambah maka sang dosen
harus mencari dulu memperhatikan kiri kanan bahkan bertanya kepada yang lain
ketika mencari A (analog suatu proses analisis).” Nah gitu analoginya
sahabat, tapi saya kira masih rumit juganya. Yasudah pelajari otodidak aja,
berguru ke yang lebih paham,hehehe gampangkan??? Hehe.
Nah terus apa
esensi sebenarnya dari tulisan ini?
Gini nih sahabat,
kan sudah saya sebutkan diatas kalau konsep dan praktek pengenceran ini
digunakan dalam banyak bidang. Saya fokus ke bidang medisnya khusunya di laboratorium
klinik.
Konsep dan praktek
pengenceran ini digunakan dalam banyak analisa seperti serologi, imunologi,
imunohematologi, hematologi, kimia klinik, mikrobiologi dsb yang berhubungan
dengan analisa bahan cairan tubuh, entah itu dilakukan ke bahan pemeriksaannya,
reagennya, standarnya, bahan kontrolnya, dsb.
Ini nih salah satu
point yang kita harus kritisi.
Memang benar
praktek pengenceran sering dipraktekan tetapi pemahaman mengenai konsep
dasarnya masih sangat kurang pada “kebanyakan
yang mempraktekannya”. Padahal
mengencerkan itu tak sekedar mengencerkan asal memipet sampel kemudian
ditambahkan pelarut. So gak sesimpel itu loh, terkandung konsep bagaimana
caranya memipet yang baik dan benar, bagaimana cara pencampuran analit dan
pelarut yang baik dan benar, serta bagaimana menyatakan dan memahami berapa
kali dan banyak suatu analit harus diencerkan hingga dikehendaki konsentrasi
yang masuk interval range analisa kita. Lebih jauh bisa menverifikasi melakukan
problem solving atas pengerjaan yang
dilakukan jika terjadi problem dalam analisa, maupun sebagai bentuk penjaminan
mutu apa yang kita kerjakan.
Sehingga konsep dan
praktek itu harus match dipahami
bukan hanya asal mengamalkan yang tertera di kit insert atau intruksi kerja yang tertera.
Nah pahamkan
sekarang maksud saya?...... kenapa kita harusnya paham dan mengerti bukan hanya
jadi pengamal yang mengekor pendahulu. Itu salah satu yang harus kita gugat,
berani mengoreksi dan autokoreksi.
Nah kayanya nih
terlalu banyak ini itunya nih tulisan? Esensinya apa ya sahabat,hehe
Satu hal lagi nih
yang harus kita gugat. Ini fakta dan nyata saya temui, dan dari dulu saya
selalu ingin membantah pernyataan ini.
Pernyataannya
begini nih “Pengenceran di Kimia itu
berbeda dengan pengenceran di Serologi, Imunologi, Mikrobilogi”.
Pernyataan ini
benar-benar menggelitik hati, kan konsep-konsep dasar pengenceran itu awalnya
dari kimia? Nah kenapa sekarang dipersepsikan bahwa pengenceran kimia itu
berbeda dengan pengenceran di dalam analisa klinik?????. That is one of the biggest question for me. Why why and why?. Dulu belum terpikir kenapa, ya pada akhirnya
kesalahan terbesarnya adalah mengakui persepsi itu. Tapi sahabat, saya katakan
tidak untuk persepsi itu. Saya menggugat persepsi itu, karena sekarang saya
tahu dimana akar masalah yang mengharuskan kita menggugat persepsi “Pengenceran di Kimia itu berbeda dengan
pengenceran di Serologi, Imunologi, Mikrobilogi”. Sehingga ya tertulislah tulisan ini tersaji
dihadapan sahabat sekarang, jujur saya merasakan semangat menulis ini, rasanya
ingin menggulikan persepsi ini melawan apapun, ya begitulah penasaran ini
terjawab untuk pertanyaan yang sekian lama ada. Karena inilah Reza, yang kadang
tidak percaya kerjaan orang kalau tidak membuktikannya sendiri atau setidaknya
mengamati proses menghasilkan suatu hasil analisa itu.
Nah mari saya ajak
kenapa kita bisa menggugat persepsi yang salah ini.
Maafnya tulisan ini
begitu teoritis, ya karena begini adanya,hehe
Nih saya ceritakan
serinci mungkin nih fakta-fakta dan kajian yang saya temui dan cari.
Rada ilmiahnya
bahasanya.
Setelah saya cari
akar masalahnya mengenai persepsi “Pengenceran
di Kimia itu berbeda dengan pengenceran di Serologi, Imunologi, Mikrobilogi”.
Saya menemukan suatu akar titik temu yang simple
tapi krusial sekali. Ini masalah penggunaan tanda atau symbol dalam pengenceran
yang dilakukan baik di Kimia maupun di bidang lain
Pernah lihat dan
melakukan teknik pengenceran bertingkat ini.? Atau disebut pengenceran tabung.
Perhatikan
baik-baik skema pengenceran diatas.!
Tertera angka-angka
1/2o , 1/40 , 1/80 , 1/160, dst.
Kebanyakan orang
akan menyebutkan sebagai besarnya pengenceran, dan tanda “ / ” diganti menjadi “ : ”
menjadi dituliskan 1 : 20 , 1 : 40 , 1 : 80 , 1 : 160 ,dst.
Nah disini saya
mulai menemukan akar permasalahan yang terjadi selama ini. Ternyata selama ini
kita salah tafsir dalam penggunaan symbol ini.
Penggunaan 1/2o , 1/40 , 1/80 , 1/160, dst. Saya
jelaskannya, ini bukan lah besarnya pengenceran yang dilakukan, tetapi
merupakan rasio akhir konsentrasi yang diperoleh setelah pengenceran, dalam
istilah klinik disebut dengan titer (satuan rasio konsentrasi yang konsentrasi
sebenarnya tidak diketahui atau besarnya nilai jika dituliskan sehingga tidak
praktis dalam penulisan).
Jadi jika kita
menemui angka 1/20 dalam pengenceran itu
artinya adalah konsentrasi larutan atau analit setelah diencerkan 20x menjadi 1/20 x konsentrasi semula, dengan perbandingan penambahan volume larutan dan analit
sebanyak 1 : 19 .
Jadi ini masalah
persepsi “1 : 20”, orang kimia akan menganggap itu adalah pengenceran v/v
sedangkan orang klinis menganggap pengenceran akhir.
Orang kimia akan
mengartikan “1:20” berarti 1 bagian analit + 20 bagian pengencer
Sedangkan seorang
klinisi di lab akan mengartikan 1 bagian analit + 19 bagian pengencer yang
akhirnya berkonsentrasi 1/20.
Nah persepsi itulah
yang ingin saya paparkan ke sahabat semua, khusunya yang analis. Intinya ada
kesalahan persepsi diantara kita dan bukan hanya kita tapi juga penggunaan “:” juga disajikan dalam berbagai kit insert reagen
beberapa merk ternama (cari saja, pasti ada).
Jadi kalau ada yang
memperdebatkan lagi bahwa pengenceran kimia dan di aplikasi klinis itu berbeda,
tolong luruskannya, kalau perlu silahkan sodorkan tulisan saya ini atau mungkin
perlu juga mari kita diskusi deh, membedah lebih jauh tentang hal ini.
Kenapa perlu
diluruskan?? Ya karena ini penting.
Karena kalau
pengerjaan pengenceran salah akan menjadi masalah, misalnya saja dalam
pemeriksaan serologi, jika sampel diencerkan terlalu encer akan menyebabkan Hock Effect (Pro Zone atau Post Zone Effect), hasil analisa menjadi positif
palsu atau negatif palsu. Jika hasil demikian ini berhubungan dengan mutu
pemeriksaan yang menjadi tidak dapat dipertanggung jawabkan. Akar masalahnya
sepele padahal, tetapi efeknya begitu besar. Bayangkan yang harusnya
didiagnosis menderita A malah ditafsirkan tidak ada apa-apa, akibatnya
pengobatan pasien terhambat dan taruhannya pasti nyawa atau setidaknya
penurunan kualitas hidup.
Nah itulah intinya,
penting memperhatikan hal-hal kecil seperti ini. Karena pekerjaan seorang
analis menyangkut kualitas hidup seorang pasien bahkan nyawanya. Harus
pahamnya, jangan asal mengerjakan.
So analis itu tidak
main-main kompetensinya, tidak boleh sembarangan pengetahuannya. Profesi analis
memang kompleks, merupakan ilmu terapan yang menggabungkan banyak disiplin ilmu
khusunya prinsip-prinsip kimia analitik, konsep biokimia klinis, dan quality control yang didasari
statistika. Jadi kedepan berharap bahwa terlahir analis-analis mahal. Analis
mahal itu ya analis yang berpikiran analitik, berkomitmen terhadap mutu, dan
mengerti apa yang dia kerjakan dan dia hasilkan dari pekerjaanya. Juga analis
yang dapat berkomunikasi dengan baik denga sekitarnya (penting juga nih skill
komunikasi dan juga leadershif)
Ok sudah terlalu panjang tulisan ini. Tulisan yang
sebulan lebih saya persiapkan.
Semoga bermanfaat.
Saya analis dan berusaha menjadi analis. Begitupun
sahabat. Analis memang harus kritis, tapi tidak hanya melempar wacana, tapi
bergeraklah. Lakukan sesuatu.
Bekerjalah dengan hati, eksplorlasi diri kita dan sekitar
kita. Selalu bertanya dan bertanya, karena menghidupkan pikiran itu ya
demikian, perbanyak intake informasi
dengan membaca, sharing diskusi, belajar dari siapapun, kalau perlu jadilah
pendengar yang baik, atau lebih gampang lagi buka playstore cari aplikasi buat belajar dan tersedia banyak,
gampangkan, tidak melulu download
game saja hehe. Dzikir di HP androidnya jangan hanya BBM-an, bales WA, main
games, dsb. Tapi ubah dzikir tangannya dengan mengulik sesuatu yang menarik dan
bermanfaat.
Jadilah bermanfaat. Bekerja dengan hati adalah merasa
bertanggungjawab, amanah, dan professional dalam mengerjakan sesuatu.
Kita Analis (dalam makna luas, analis kesehatan, analis
kimia, dan analis-analis lainnya)
Salam dari tanah
Rantau
Jakarta, November-Desember
2014
Muh Reza Jaelani
Seorang analis yang
masih belajar, memikul amanah.
Sampai bertemu dalam
tulisan selanjutnya.
Jadilah Analis
Tangguh, tidak hanya bekerja ala kadarnya mengikuti jejak orang, tapi show our quality kritisi segala yang
ada, karena tidak ada yang sempurna, semua perlu terus dieksplorasi diperbaiki,
kan katanya ingin disebut Medical
Laboratory Technologist, bukan hanya
disebut “Analis Kesehatan”, maka kembangkan SKILL RnD-nya dong, MLT wajib paham
prinsip-prinsip analitik karena instrument dan bahan yang dikerjakankan semua
berdasar prinsip analitik. (InsyaAllah nanti mengenai sebutan MLT dibahas dalam
tulisan tersendiri).hehe
Ok salam perjuangan.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
QA, MLS, Biomedic I Key Expertise : QMS, QC, Statistical Analysis, Immunology
Komentar
sae ja tp labgkubg sae mun dosen2 ge di tag akunna hahaha
BalasHapusTerimakasih. sangat bermanfaat postingannya. ditunggu tulisan2 lainnya, khususnya yang berhubungan dengan temuan masalah-masalah di labklin. :)
BalasHapus