Cari Blog Ini
Rasulullah saw bersabda "Ikatlah Ilmu dengan Tulisan"_____ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا Ya Allah … aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang thayyib, dan amal yang diterima"
Unggulan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Diposting oleh
Muh. Reza Jaelani Science Communicator
BAHKAN 3 ATAU 4 TAHUN PUN ITU TIDAK CUKUP
Malahan
Seumur hiduppun tidak akan cukup !!
Assalamualaikum wr.wb
Hallo sahabat hhe, sudah lamanya tidak
berjumpa dengan reza yang katanya so sibuk??. Adakah yang rindu dengan catatan
reza?? Hhe.
Ah seorang reza gak perlu dirindukan karena bukan orang hebat hanya
seorang biasa-biasa yang hanya ingin berbagi. Kenapa harus berbagi karena kata
buku Show Your Work saya sangat suka
buku ini, dikatakan bahwa berbagilah hal-hal sekecil apapun dan tuliskan dan
sebarkan pada orang lain, dunia maya ini dunia yang bebas milik semua orang
jadilah pribadi yang ditemukan katanya bayangkan bila orang-orang yang
memerlukanmu tidak perlu membaca CV-mu yang dibuat-buat, mereka hanya perlu
membaca blog-mu, tunjukan diri kita
ada di dunia dengan menulis tidak hanya bicara, bukankah semua bukti harus
tertulis, jadi menulislah. Rasanya saya harus sangat berterima kasih atas
orang-orang yang selalu mendorong saya menulis walaupun bagi reza menulis itu
harus pas feel-nya ada, karena
tulisan sepanjang apapun harus selalu diselesaikan sekali duduk dengan satu ide
yang mengalir walaupun itu memakan waktu berjam-jam tapi itulah rasanya
menghidupkan ide, seperti menceramahi orang dengan sepanjang selebar apapun
yang diinginkan tanpa perlu ada yang memotong, karna kalau berbicara kadang
kalah dengan lawan bicara yang lebih bawel.
Buku Show your Work. Work = Berkarya
Heumphhh
Ok setelah seperti biasa diawali
monolog atau apanya sahabat saya bingung istilahnya pokoknya begitu deh. Kita
akan masuk ke dalam apa yang hendak seorang reza yang katanya analis ini akan
sampaikan. Siapkan mata dan jangan lelah membaca tulisan yang panjang ini hhe.
Ok kita mulainya.
Judulnya adalah “Bahkan 3 atau 4 Tahun pun itu Tidak Cukup”. Adakah yang penasaran
dengan judul ini???
Ini menyangkut hajat hidup orang analis nih
yang katanya hari ini terminologinya sudah menjadi “Ahli Teknologi Laboratorium Medik”. Yaa katanya ahli teknologi
laboratorium medik.
Heumppph apa sih urgensinya sebuah terminologi???
Saya kadang mempertanyakannya, mungkin bagi orang yang lebih mengerti dan ada diatas
ini pentingnya karena lebih keren dan lebih gampang jika ditranslate ke dalam
bahasa Inggris. Itu sajakah?? Apakah harus senang,hhe sampai sekarang
saya tidak pernah menemukan jawaban atas urgensi terminologi ini, ah tapi
mungkin saya-nya saja yang kurang update, sok atuh kasih tahu saya kenapa
hanya terminologi.???
Gambar ini diambil dari google, bukan editan saya-nya hhe
Sampai lahirlah tulisan ini, apa-apa yang
seorang biasa ini pikirkan setelah hampir 7 bulan (belum seberapanya,
berani-berani menggugat seperti ini,hhe) berada dalam sistem dunianya analis kesehatan
atau yang sekarang harus disebut ahli teknologi laboratorium medik.
Semakin hari semakin saya jalani menjadi
seorang analis di sebuah laboratorium medik dalam tanggung jawab sebagai seorang "satpam mutu" (karena mutu alias kualitas perlu dijaga karena produk jasa
laboratorium yang utama adalah Trush yang
titik tumpunya adalah mutu). Bahwa mungkin pernah saya katakannya
ditulisan-tulisan saya bahwa menjadi seorang analis itu kompleks, perlu banyak
pemahamannya karna ranah bidangnya yang amat luas mulai dari hematologi,
imunologi, urinalisa, histologi, mikrobiologi, ahhh dsb pokoknya, jadi
sebenarnya profesi ini perlu terspesialisasi (harapannya, semoga terwujud)
karena pemahannya harus sangat-sangat komprehensif. Jadi bagi calon-calon analis
ataupun yang sudah menjadi analis jangan pernah berhenti belajar.
Nah itu
sebabnya saya katakan bahwa 3 atau 4 tahun pun tidak akan cukup memahami
semuanya, karena dunia keanalisan adalah dunia yang dinamis yang risetnya terus
berkembang. Kuncinya adalah selalu update tentang riset kesehatan dan buka
seluas-luasnya jejaring sharing dengan siapapun, bagi yang bekerja di
laboratorium gampang, banyak ngobrol saja dengan orang-orang yang biasa
berkunjung ke laboratorium kita entah itu dengan orang aplikasinya,
teknisisnya, marketingnya atau bahkan supervisor alat atau reagen bidang tersebut.
Karena menjadi ahli teknologi laboratorium
medik bukan hanya sekarang terminologinya sudah seperti itu. Ini justru
melahirkan tugas dan tantangan baru bagi kita-kita yang berada dalam sistem ini.
Saya pernah bertanya kepada ketua
Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan (Mungkin sahabat tahu) dalam
sebuah seminar pertengahan bulan lalu. Beliau menyampaikan tentang aspek
validasi hasil pemeriksaan laboratorium, saya berkesempatan bertanya kepada
beliau, kebetulan beliau juga dosen saya waktu kuliah D-III Analis
Kesehatan POLTEKKES Bandung. Saya bertanya “Dari paparan bapak di atas yang
saya tangkap bahwa kewenangan analis itu tidak main-main kan, hampir sebagian
besar keputusan klinis dokter didasarkan dari pemeriksaan laboratorium,
sedangkan faktanya kemampuan validator hasil itu harus sangat-sangat
komprehensif, tapi keadaannya tidak semua analis yang jadi validator mengerti
dengan seluk beluk patofisiologi. Bagaimana upaya bapak sebagai ketua organisasi
dan bapak pun berada dalam sistem pendidikannya kan???” (Ini bukan redaksi asli
yang saya sampaikan, intinya gitu ue hhe, saya lupa gimana kalimat yang saya
ucapkan).
Beliau menjawab bahwa memang perlu meningkatkan kompetensi
seorang analis menjadi validator ini, katanya akan lebih sering diadakan
pelatihan-pelatihan tentang hal-hal yang menyangkut aspek klinis ini, heumppph
harus ditangih nih. Tapi kurang puas dengan jawaban beliau yang tidak menjawab
sebagai seorang yang berada dalam sistem pendidikan analis kesehatan heummph.
Oh
iya saya dapat info dari salah seorang orang yang jago tentang mutu dan riset nih namanya ibu Tety (Kebetulan
dia juga Lulusan Analis Kesehatan Bandung, angkatannya lupa entah angkatan
berapa hhe pokoknya sudah senior) beliau sekarang jadi seorang Konsultan untuk banyak
laboratorium kesehatan (waaaaah hebat kan analis Bandung hhe), katanya hari ini
ke saya “Eh saya ketemu pak entuy kita ngebahas tentang lembaga diklat buat
analis gitu, ntar saya yang jadi ketuanya” (lembaga diklat atau apanyanya kalau
gak salah dengar,hhe) oooh berarti nih lembaga diklat buat analis sudah akan
dirancang nih Alhamdulillah.
Nah inilah sahabat inti yang sangat-sangat
ingin saya sampai kan bahwa menajdi seorang analis itu tidak akan hanya cukup
dengan didikan selama 3 tahun (D-III) atau 4 tahun (D-IV) pendidikan bagi seorang
analis itu seumur hidup hhe. Ilmu di kampus itu kalau
boleh saya persentasekan hanya 20% saja. Serius za???? Serius seribu rius
sahabat, masalah dalam sistem yang sesungguhnya lebih kompleks.
Jadi jangan pernah bangga denga IP atau IPK
yang kita raih, IP atau IPK is not all
everything sahabat, karena itu kan bisa saya adalah subjektivitas (maaaaaf,hhe).
Nah jika kita punya IPK 3 koma sekian sekian justru harus malu. Karena ini pengalaman saya nih pas wawancara kerja pas pewawancara liat transkrip nilai
tertera 3 koma sekian, dia sontak bertanya “ini serius IPK-nya segini..???”,
Sontak saya hanya menjawab dengan balasan senyum, karena dalam hati mah
menjawaab “yaa gatau atuh, itu kan nilainya begitu padahal da aku mah apa biasa
aja hhe” (gitu kalinya hhe).
Kompetensi adalah bentukan dari pengetahuan yang terampil dibalut dengan etika alias sikap
Sooo nilai itu bukan apa-apa kalau kemampuan kompetensi kita
nihil, saya selalu bilang ke orang-orang buat apa belajar menghapal kalau kamu
tidak mengerti???, kita harus lebih bangga diremed (serius) karna belajar terus
jadi kalau diremed tuh maknai positif aja, dari pada yang lulus tapi lulus
karena menghafal tong kosong nyaring bunyinya. Banggalah jadi yang teremed,
tenang sahabat yang diremed, ada temen ko, saya juga pernah diremed ko malah
sering dulu pas SMP, pernah dapet nilai 4 loh hhahha, dulu malu tapi
sekarang gak, karena itu jadi pelajaran berharga hhi.
Segala sesuatu harus
disikapi positif jadi bahan transformasi. Dan hari ini dalam sistem ini saya
makin sadar bahwa kalau kita mau pinter sekalian pinter ulang
tanggung-tanggung, mun mau gak pinter sakalian gak pinter sakalian, jangan jadi
yang sedang-sedang saja, harus jadi nilai ekstrem, karena di dunia nyata itu
memerlukan orang-orang yang bernilai eksterm. Sok liat saja Ilmuwan besar kan
pinternya gak tanggung-tanggung dan luar biasa karyanya, sok sekarang liat
orang kreatif mereka gak pinter sains tapi luar biasa karyanya juga hhe (Maaf
bukan bermaksud mendeskriditkan orang yang kreatif, maaaaaaaaf hhe). Hanya ada dua jenis manusia yaitu yang rajin
dan yang malas, pilih dan masuk ke yang rajinnya.
Bill Gate aja pernah remed, masa kita engga pernah. Hebat dalam satu bidang saja biar gak pusing
Nah kembali ke dunia analis lagi nih. Saya serius
di atas mengtakan bahwa ilmu di kampus itu hanya 20% saja dalam hal ini yang
disampaikan oleh dosennya. Inilah yang saya sebut 3 atau 4 tahun saja itu tidak
akan cukup. Apa yang 20% itu bukan berarti bukan apa-apa tetapi itu adalah
basic-basic dasar yang perlu lebih dieksplorasi lagi nih.
Nah aspek eksplorasi ini yang perlu
dikembangkan nih kan sekarang terminologi analis kesehatan adalah ahli teknologi
laboratorium medik. Ahli loh, ahli teknologi loh, laboratorium medik loh. Nah apa
berarti yang perlu dikembangkan. Kuncinya adalah bagaiman menumbuhkan budaya
atau membiasakan update terhadap issue-issue laboratorium medik nih entah itu
menyangkut patofisiologi, biokimia klinis, riset kesehtan, quality control, bahkan update teknologi analisis laboratorium
kesehatan.
Caranya gampang perbanyaklah membaca,
setelah membaca buat resume semacam catatan disarankan dengan cara menulisnya
karena itu lebih menguatkan ingatan dan jangan pernah terpaku yang namanya
kalimat teks book (mengesalkan kalau ditanya, kamu jawabnya tadi gimana soal
yang ini apa mirip sama yang dosen x bilang. Jawaban saya selalu gak, jawab
sesuai kalimat kamu yang penting intinya dapet, berimpropisasi aja, kita bebas
memilih diksi kata apapun), kalau bisa dishare di dalam bentuk tulisan atau
disharing dalam obrolan, jangan takut membaca yang berbahasa Inggris, karena
menurut saya bahasa Ilmiah itu lebih gampang dipahami dibanding tulisan teks
lepas hhe., Nah jangan lupa buka pemikiran dengan berdiskusi nih pentinggg
sangat-sangat berdiskusi itu, harus sangat suka ketika ada yang bertanya
walaupun pertanyaanya memusingkan, karena itu cara Yang Maha Baik (Allah)
mendidik seorang hamba-Nya.
Belajarlah dengan gaya masing-masing jangan meniru
cara orang hhe. Semaunya diri kita aja, lebih baik sedikit demi sedikit, jadi
teringat kata seseorang yang katanya semangat belajarnya 45 tapi itu
sangat-sangat harus dihargai, atau semangat riset adik-adik tingkat yang luar
biasa dalam menyusun KTI-nya, mereka tidak menyadari bahwa mereka telah berani
melampaui rata-ratanya melalui sebuah riset, mereka belum sadar kalau mereka
hebat, teruskan selalu hebatnya dalam bidang risetnya masing-masing dan nanti
jadilah orang yang hebat dalam passion masing-masing dunia analis bukan hanya
dunia laboratorium saja.
Nah ini juga nih yang harus saya paparkaan
disini. Kenapa sih arah kompetensi ahli teknologi laboratorium medik ini seakan 90% diarahkan hanya perlu
memahami biokimia klinis dan patofisiologinya saja. Menurut saya ada sesuatu
yang dilupakan nih.
Katanya kan terminologinya sudah ahli
teknologi. Nah laboratorium medis adalah konsumen teknologi loh. Kenapa saya
sebut konsumen teknologi??? Karena semua bahan dan peralatan yang digunakan di
laboratorium adalah produk teknologi. Nih ini yang dilupakan orang-orang
kebanyakan bahwa menjadi seorang ahli teknologi laboratorium medik yang
memiliki kemampuan verifikasi dan validasi tidak cukup hanya menerima dengan begitu
saja hasil analisa alat produk teknologi. Alat atau instrument itu bisa salah
ko, itu sebabnya analis harus lebih pandai dari alat, mampu menafsirkan message yang dikeluarkan alat karena
alat itu sangat jujur bahkan lebih jujur dari analis yang suka menebak-nebak
hasil dengan cara-cara magic-nya yang entah dapat wangsit dari mana hhe (Fakta,
sok aja perhatikan dan temukan,hhe).
Nah kemampuan apa yang harus dikembangkan
dan dieksplorasi dari hal ini jawabannya adalah pemahaman tentang quality control alias QC dan urusan QC
bukan masalah memeriksa bahan kontrol itu masuk range apa tidak, bukan masalah yang
penting +/- 2 SD. QC Lebih dari pada itu bahkan harus paham yang namanya QA,
ini tidak akan pernah 100% didapat dalam textbook atau mata kuliah, harus dari
pengalaman yang lama dan pengetahuaan yang mendasar yang dapat didapat dari
membaca dan sharing diskusi tentunyanya hhe. Tugas seorang QC salah satunya
adalah memastikan kondisi alat OK dan Ready melakukan analisa, ini bukan
masalah kontrol masuk atau tidak tapi ada hal-hal lain yang perlu diperhatikan
seperti contohnya hasil kalibrasi instrument menggunakan kalibrator, bukan
sekedar dilihat angkanya tapi harus mampu menganalisa kurva kalibrasi yang
dihasilkan (Ingat gak pelajaran tentang pembuatan kurva standar di mata kuliah
kimia analitik atau instrumentasi???) ini basic nih, kalau kalibrasi kacau
dijamin hasil kontrol kacau dan sudah pasti hasil pemeriksaan sampel juga kacau
hhe, buktikan sendiri. Dan imbasnya pasti hasil laboratorium pasti diragukan
(walaupun nihnya hasil laboratorium itu gak ada yang benar hhe, karena semua
niali analit yang tahu nilai pastinya hanya Allah, serius ini mah. Lab-lab
hanya membuat sebuah konsensus nih nilainya segini salah satunya dengan adanya
kalibrator yang harus tertelusur atau istilah di QC itu Treceabilty. Inget yang pernah belajar??? hhe).
Nah kemapuan lain
dalam mendeteksi message alat itu
adalah melihat rate reaction alias
jalannya reaksi analisa di alat, gimana sih menilai stabilitasnya. Nah kemampuan
ini hanya akan didapat di pelajaran kimia yang membahas kinetika reaksi, sampai
kenapa lahir konsep kriteria sampel itu tidak boleh lisis, tidak boleh lipemik,
tidak bolek ikterik, kenapa stabilitas sampel untuk setiap pemeriksaan
berbeda-beda, atau kenapa sih sampel untuk pemeriksaan Hemostasi kebanyakan
adalah darah sitrat atau plasma sitrat, pernah sekritis itu kah kita sebagi
seorang yang ada di laboratorium??? Heumph kita perlu belajar banyaknya hhe. Dunia
laboratorium adalah dunia analitik dan induknya adalah kimia analitik. Jadi penting
pemahaman tentang aspek-aspek analitik ini.
Jadi jangan heran ko kenapa formasi analis
di CPNS atau di perusahaan apaaaa gitu salah satunya kualifikasi pendidikannya
harus S-1 Kimia hhe, jangan heran. Karena dunia analisis laboratorium medik
adalah dunia analisis juga, yang membuat kita special adalah ya karna specimen dan
sampel pemeriksaanya berasal dari manusia. Padahal pada dasarnya analisis itu
sama. Harus tahu sampelnya apa, bagaimana teknik samplingnya bagaimana
transportasi sampel dan spesimennya, bagaimana cara menganalisanya dengan metode
apa, bagaimana memverifikasi dan memvalidasi hasilnya dan bagaimana menafsirkan
hasilnya begitu ko.
Sooo jangan batasi dunia laboratorium medik ini hanya
seputar biokimia klinis saja atuuuh. Tapi open
our mind bahwa kemajuan teknik analisa kesehatan itu perlu riset dan riset
itu akan ditunjang dengan dunia analitik.
Percaya bahwa riset dunia kesehatan akan
berkembang jika ditunjang kimia. Silahkan buktikan sendiri, mau bidang apapun
riset sainsnya akan selalu butuh kimia. Karena kimia dapat menjawab hal-hal
tidak dapat dijawab yang lain, karena kimia lahir sebagai jembatannya sains
(fakta sejarah, sok aja cari sejarah kimia).
Kemajuan laboratorium medik juga akan
ditunjang dengan kemajuan teknologi instrument analisa dan sumber daya manusianya
nih. Teknologi instrumentasi akan ditunjang dengan makin pesatnya perkembangan
analisa biomarker. Tubuh kita ini MasyaAllah unik diciptakan luar biasa oleh
Allah, kalau ada sesuatu yang abnormal pasti memberikan respon biologi berupa
senyawa biokimia, nah ini yang disebut biomarker. Biomarker kan perlu dideteksi,
pendeteksinya tentu saja memerlukan instrumentasi dan metode dan risetnya harus
ditunjang pengetahuan analitik kan, nah baru setelah bisa dianalisa baru
berkembang ke arah riset biokimia klinisnya, gitu sahabat,hhe.
Nah kemampuan
lain setelah adanya teknologi instrumentasi kesehatan ini adalah memilihnya,
banyak produk instrumentasi dengan berbagi merk kita tinggal milih, tapi jangan
asal memilih dong. Caranya gampang dengan melakukan uji coba pengerjaan analisa atau
istilahnya uji banding. Nanti datanya dianalisis baru deh diputuskan kita pakai
atau tidak. Karena sekali lagi nih masalah analisa laboratorium itu masalah Trust yang menyangkut jaminan mutu nih. Jadi
jika kita dalam suatu sistem, kita harus komit dengan yang namanya
jaminan mutu sahabat, mutu tidak boleh kalah dengan masalah harga, justru mutu
harus jadi motor penggerak pertumbuhan laboratorium. Mutu justru akan
melahirkan efisiensi loh. Ingat kalau segitiga keanalisan itu adalah Analis
selain melaporkan hasil ke pasien juga nanti akan dimintai laporan sama Allah,
heumpph berat nih.
Oh iya dari tadi teknologi alat terusnya,
teknologi mata dan keterampilan tangan juga harus dilatih nih, kemapuan mikroskopis
itu penting untuk konfirmasi sel-sel dan benda-benda mikroskopis nih,
keterampilan pengerjaan manual juga tidak boleh dikesampingkan, walaupun semua
kebanyak automatic tapi ingatnya alat adalah alat.
Nah rasanya cukup deh tulisan yang sangat
panjang lebar ini hhe. Maklumnya bukan reza kalau tulisannya gak sangat-sangat
panjang, karena kalau diobrolin gak akan cukup dan pasti ada yang terlewat,
mendingan saya tulisan saja seperti ini lebih abadi dan mengingatkan yang nulis
sendiri utamanya hhe. Karena seorang yang menulis belumtentu seperti apa yang
ditulisnya.
So sahabat jadilah hebat dalam bidang
masing-masing jadilah berbeda.
Jangan jadi seperti kebanyakannya. Ahli
Teknologi laboratorium medik kebanyakan kan jago phlebotomy (walaupun yang nulis
ini gak jago) tapi selain itu bekali juga dengan kemampuan lainnyaa juganya. Saya kasih info pilihannya
- Pahami statistik satu set dengan quality control serta quality assurance.
- Kalau suka dengan dunia riset, mulai lah pahami bidang di point satu dan baca-baca, sharing dan diskusi tentang analitiknya utamanya pahami kimia. oh iya kalau hendak melakukan riset atau penelitian kecil-kecilan biasakan bekerja dalam tim. Karena tidak akan ada yang hebaat sendiri, pasti hebat itu karna kerja tim ada tugas pokok dan fungsinya masing-masing. Tidak akan ada orang yang hebat dalam segala hal, jadi cukup fokus pada bidang yang diminati dan jadilah warna yang berbeda menjadi nilai ekstrem. Bekerja untuk berkarya dalam team yang solid buatlah kelompok mastermind kalau istilah Jamil Azzaini mah hhe. Waulupun perjuangannya harus sampai nangis-nangis. Bekerjasama lah dengan orang yang mengerti IT. Gunakan Smartphone kita untuk media belajar yang menyenangkan, banyak tuh di playstore yang bisa didownload.
- Basic ketiga mulai lah berkomunikasi dengan baik dengan orang-orang sekitar kita jalin relasi yang baik. Oh iyaa kemampuaan berbahasa asing nih disarakan bisa berbahasa Inggris, kalau mau tahu juga gudangnya riset bioteknologi coba pelajari juga Deutsch (Bahasa Jerman). Jadilah sebawel-bawelnya orang dan kritis yang menanyakan walaupun hanya satu goresan garis karena rasa ingin tahunya. Dalam hal ini banyaklah kepo, tapi bukan kepoin urusan orangnya tapi kepo mencontek resep-resep hebat orang-orang hebat.
- Jadilah orang yang rutin mencatat dan menulis, serta bagikan bukan untuk dihargai tapi menunjukan bahwa kita ada berkontribusi berbagi.
Ok sampai jumpa dalam tulisan-tulisan selanjutnya yang entah
kapan hhe. Pesan saya tetap bahwa proses ini tidak akan cukup 3 atau 4 tahun
saja. Timba pengalaman sebanyak-banyaknya jangan biarkan waktu pembelajaran
berlalu begitu saja. Waktu teramat berharga. Tidak membiasakan menunda. Bagaimana
semuanya ikut tertunda. Gawat hhe.
Dunia sistem analis tidah hanya dunia laboratorium, ada dunia Riset and Development-nya, ada dunia marketing strategic-nya, ada dunia IT-nya, ada dunia promkes-nya, ada dunia analisisnya, ada dunia administrasinya, ada dunia lain-lain deh banyak. Itu sebabnya Sistem analis itu kompleks.
Sangat
berharap bahwa kedepan ada orang-orang di bidang ini yang akan membawa
perubahan bagi sistem yang lebih baik untuk pengembangan profesi ini, apakah
kita juga harus ikut??? Ya tentu harus, caranya? Minimal buktikan kepada diri kita sendiri
dan eksplorasi kemampuan kita. Kita nantikan diri kita yang pulang dari Universitas baik dari dalam maupun luar negeri untuk pengembangan ini. Profesi ini amatlah penting, kasian dokter
kasian pasien yang menunggu hasil analisa kita. Tentunya analisa yang
berkualitas. Menghadapi masyarakat Global yang makin menantang kuncinya ada di
Komunikasi, Riset, dan bekerjasama dalam tim, oh iya menulis alias Scrieben is important juga. Kita hadapi persaingan Global ini dengan bergerak. Oh iya kita adalah orang yang beragama, tentu saja bahwa dalam setiap usaha selalu libatkan Tuhan (Allah) yang menggenggam segala sesuatunya. Jadilah kita kuat karena kekuatan-Nya. Walaupun harus nangis-nangis gak apa-apa ingat ada bonus luar biasa hhe.
Kita pribadi yang unik, jadilah diri kita sendiri. Sebahagia mungkin jadilah diri kita. Lakukan apa yang kita senangi selama itu bermanfaat.
Ok sekian dan Danke Schon, aufwidersehen im folgende Scieben
Wassalamualaikum.
Salam bahagia dalam setiap langkah.
Jakarta, 7 Maret
2015
Muh. Reza Jaelani
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
QA, MLS, Biomedic I Key Expertise : QMS, QC, Statistical Analysis, Immunology
Komentar
Makasih banyak za. Baru baca. He sangat mnginspirasi. Sukses
BalasHapus