Langsung ke konten utama

Unggulan

BEBERAPA CATATAN UNTUK TES WIDAL

BAHKAN 3 ATAU 4 TAHUN PUN ITU TIDAK CUKUP

Malahan Seumur hiduppun tidak akan cukup !!

Assalamualaikum wr.wb
Hallo sahabat hhe, sudah lamanya tidak berjumpa dengan reza yang katanya so sibuk??. Adakah yang rindu dengan catatan reza?? Hhe. 
Ah seorang reza gak perlu dirindukan karena bukan orang hebat hanya seorang biasa-biasa yang hanya ingin berbagi. Kenapa harus berbagi karena kata buku Show Your Work saya sangat suka buku ini, dikatakan bahwa berbagilah hal-hal sekecil apapun dan tuliskan dan sebarkan pada orang lain, dunia maya ini dunia yang bebas milik semua orang jadilah pribadi yang ditemukan katanya bayangkan bila orang-orang yang memerlukanmu tidak perlu membaca CV-mu yang dibuat-buat, mereka hanya perlu membaca blog-mu, tunjukan diri kita ada di dunia dengan menulis tidak hanya bicara, bukankah semua bukti harus tertulis, jadi menulislah. Rasanya saya harus sangat berterima kasih atas orang-orang yang selalu mendorong saya menulis walaupun bagi reza menulis itu harus pas feel-nya ada, karena tulisan sepanjang apapun harus selalu diselesaikan sekali duduk dengan satu ide yang mengalir walaupun itu memakan waktu berjam-jam tapi itulah rasanya menghidupkan ide, seperti menceramahi orang dengan sepanjang selebar apapun yang diinginkan tanpa perlu ada yang memotong, karna kalau berbicara kadang kalah dengan lawan bicara yang lebih bawel.
Buku Show your Work. Work = Berkarya

Heumphhh 
Ok setelah seperti biasa diawali monolog atau apanya sahabat saya bingung istilahnya pokoknya begitu deh. Kita akan masuk ke dalam apa yang hendak seorang reza yang katanya analis ini akan sampaikan. Siapkan mata dan jangan lelah membaca tulisan yang panjang ini hhe.

Ok kita mulainya.
Judulnya adalah “Bahkan 3 atau 4 Tahun pun itu Tidak Cukup”. Adakah yang penasaran dengan judul ini??? 

Ini menyangkut hajat hidup orang analis nih yang katanya hari ini terminologinya sudah menjadi “Ahli Teknologi Laboratorium Medik”. Yaa katanya ahli teknologi laboratorium medik.
Heumppph apa sih urgensinya sebuah terminologi??? Saya kadang mempertanyakannya, mungkin bagi orang yang lebih mengerti dan ada diatas ini pentingnya karena lebih keren dan lebih gampang jika ditranslate ke dalam bahasa Inggris. Itu sajakah?? Apakah harus senang,hhe sampai sekarang saya tidak pernah menemukan jawaban atas urgensi terminologi ini, ah tapi mungkin saya-nya saja yang kurang update, sok atuh kasih tahu saya kenapa hanya terminologi.???
Gambar ini diambil dari google, bukan editan saya-nya hhe

Sampai lahirlah tulisan ini, apa-apa yang seorang biasa ini pikirkan setelah hampir 7 bulan (belum seberapanya, berani-berani menggugat seperti ini,hhe)  berada dalam sistem dunianya analis kesehatan atau yang sekarang harus disebut ahli teknologi laboratorium medik.
Semakin hari semakin saya jalani menjadi seorang analis di sebuah laboratorium medik dalam tanggung jawab sebagai seorang "satpam mutu" (karena mutu alias kualitas perlu dijaga karena produk jasa laboratorium yang utama adalah Trush yang titik tumpunya adalah mutu). Bahwa mungkin pernah saya katakannya ditulisan-tulisan saya bahwa menjadi seorang analis itu kompleks, perlu banyak pemahamannya karna ranah bidangnya yang amat luas mulai dari hematologi, imunologi, urinalisa, histologi, mikrobiologi, ahhh dsb pokoknya, jadi sebenarnya profesi ini perlu terspesialisasi (harapannya, semoga terwujud) karena pemahannya harus sangat-sangat komprehensif. Jadi bagi calon-calon analis ataupun yang sudah menjadi analis jangan pernah berhenti belajar.
Nah itu sebabnya saya katakan bahwa 3 atau 4 tahun pun tidak akan cukup memahami semuanya, karena dunia keanalisan adalah dunia yang dinamis yang risetnya terus berkembang. Kuncinya adalah selalu update tentang riset kesehatan dan buka seluas-luasnya jejaring sharing dengan siapapun, bagi yang bekerja di laboratorium gampang, banyak ngobrol saja dengan orang-orang yang biasa berkunjung ke laboratorium kita entah itu dengan orang aplikasinya, teknisisnya, marketingnya atau bahkan supervisor alat atau reagen bidang tersebut.
Karena menjadi ahli teknologi laboratorium medik bukan hanya sekarang terminologinya sudah seperti itu. Ini justru melahirkan tugas dan tantangan baru bagi kita-kita yang berada dalam sistem ini.

Saya pernah bertanya kepada ketua Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan (Mungkin sahabat tahu) dalam sebuah seminar pertengahan bulan lalu. Beliau menyampaikan tentang aspek validasi hasil pemeriksaan laboratorium, saya berkesempatan bertanya kepada beliau, kebetulan beliau juga dosen saya waktu kuliah D-III Analis Kesehatan POLTEKKES Bandung. Saya bertanya “Dari paparan bapak di atas yang saya tangkap bahwa kewenangan analis itu tidak main-main kan, hampir sebagian besar keputusan klinis dokter didasarkan dari pemeriksaan laboratorium, sedangkan faktanya kemampuan validator hasil itu harus sangat-sangat komprehensif, tapi keadaannya tidak semua analis yang jadi validator mengerti dengan seluk beluk patofisiologi. Bagaimana upaya bapak sebagai ketua organisasi dan bapak pun berada dalam sistem pendidikannya kan???” (Ini bukan redaksi asli yang saya sampaikan, intinya gitu ue hhe, saya lupa gimana kalimat yang saya ucapkan). 
Beliau menjawab bahwa memang perlu meningkatkan kompetensi seorang analis menjadi validator ini, katanya akan lebih sering diadakan pelatihan-pelatihan tentang hal-hal yang menyangkut aspek klinis ini, heumppph harus ditangih nih. Tapi kurang puas dengan jawaban beliau yang tidak menjawab sebagai seorang yang berada dalam sistem pendidikan analis kesehatan heummph. 
Oh iya saya dapat info  dari salah seorang orang yang jago tentang mutu dan riset nih namanya ibu Tety (Kebetulan dia juga Lulusan Analis Kesehatan Bandung, angkatannya lupa entah angkatan berapa hhe pokoknya sudah senior) beliau sekarang jadi seorang Konsultan untuk banyak laboratorium kesehatan (waaaaah hebat kan analis Bandung hhe), katanya hari ini ke saya “Eh saya ketemu pak entuy kita ngebahas tentang lembaga diklat buat analis gitu, ntar saya yang jadi ketuanya” (lembaga diklat atau apanyanya kalau gak salah dengar,hhe) oooh berarti nih lembaga diklat buat analis sudah akan dirancang nih Alhamdulillah.

Nah inilah sahabat inti yang sangat-sangat ingin saya sampai kan bahwa menajdi seorang analis itu tidak akan hanya cukup dengan didikan selama 3 tahun (D-III) atau 4 tahun (D-IV) pendidikan bagi seorang analis itu seumur hidup hhe. Ilmu di kampus itu kalau boleh saya persentasekan hanya 20% saja. Serius za???? Serius seribu rius sahabat, masalah dalam sistem yang sesungguhnya lebih kompleks.
Jadi jangan pernah bangga denga IP atau IPK yang kita raih, IP atau IPK is not all everything sahabat, karena itu kan bisa saya adalah subjektivitas (maaaaaf,hhe). 
Nah jika kita punya IPK 3 koma sekian sekian justru harus malu. Karena ini pengalaman saya nih pas wawancara kerja pas pewawancara liat transkrip nilai tertera 3 koma sekian, dia sontak bertanya “ini serius IPK-nya segini..???”, Sontak saya hanya menjawab dengan balasan senyum, karena dalam hati mah menjawaab “yaa gatau atuh, itu kan nilainya begitu padahal da aku mah apa biasa aja hhe” (gitu kalinya hhe). 
Kompetensi adalah bentukan dari pengetahuan yang terampil dibalut dengan etika alias sikap

Sooo nilai itu bukan apa-apa kalau kemampuan kompetensi kita nihil, saya selalu bilang ke orang-orang buat apa belajar menghapal kalau kamu tidak mengerti???, kita harus lebih bangga diremed (serius) karna belajar terus jadi kalau diremed tuh maknai positif aja, dari pada yang lulus tapi lulus karena menghafal tong kosong nyaring bunyinya. Banggalah jadi yang teremed, tenang sahabat yang diremed, ada temen ko, saya juga pernah diremed ko malah sering dulu pas SMP, pernah dapet nilai 4 loh hhahha, dulu malu tapi sekarang gak, karena itu jadi pelajaran berharga hhi. 
Segala sesuatu harus disikapi positif jadi bahan transformasi. Dan hari ini dalam sistem ini saya makin sadar bahwa kalau kita mau pinter sekalian pinter ulang tanggung-tanggung, mun mau gak pinter sakalian gak pinter sakalian, jangan jadi yang sedang-sedang saja, harus jadi nilai ekstrem, karena di dunia nyata itu memerlukan orang-orang yang bernilai eksterm. Sok liat saja Ilmuwan besar kan pinternya gak tanggung-tanggung dan luar biasa karyanya, sok sekarang liat orang kreatif mereka gak pinter sains tapi luar biasa karyanya juga hhe (Maaf bukan bermaksud mendeskriditkan orang yang kreatif, maaaaaaaaf hhe).  Hanya ada dua jenis manusia yaitu yang rajin dan yang malas, pilih dan masuk ke yang rajinnya.
Bill Gate aja pernah remed, masa kita engga pernah. Hebat dalam satu bidang saja biar gak pusing

Nah kembali ke dunia analis lagi nih. Saya serius di atas mengtakan bahwa ilmu di kampus itu hanya 20% saja dalam hal ini yang disampaikan oleh dosennya. Inilah yang saya sebut 3 atau 4 tahun saja itu tidak akan cukup. Apa yang 20% itu bukan berarti bukan apa-apa tetapi itu adalah basic-basic dasar yang perlu lebih dieksplorasi lagi nih.
Nah aspek eksplorasi ini yang perlu dikembangkan nih kan sekarang terminologi analis kesehatan adalah ahli teknologi laboratorium medik. Ahli loh, ahli teknologi loh, laboratorium medik loh. Nah apa berarti yang perlu dikembangkan. Kuncinya adalah bagaiman menumbuhkan budaya atau membiasakan update terhadap issue-issue laboratorium medik nih entah itu menyangkut patofisiologi, biokimia klinis, riset kesehtan, quality control, bahkan update teknologi analisis laboratorium kesehatan.

Caranya gampang perbanyaklah membaca, setelah membaca buat resume semacam catatan disarankan dengan cara menulisnya karena itu lebih menguatkan ingatan dan jangan pernah terpaku yang namanya kalimat teks book (mengesalkan kalau ditanya, kamu jawabnya tadi gimana soal yang ini apa mirip sama yang dosen x bilang. Jawaban saya selalu gak, jawab sesuai kalimat kamu yang penting intinya dapet, berimpropisasi aja, kita bebas memilih diksi kata apapun), kalau bisa dishare di dalam bentuk tulisan atau disharing dalam obrolan, jangan takut membaca yang berbahasa Inggris, karena menurut saya bahasa Ilmiah itu lebih gampang dipahami dibanding tulisan teks lepas hhe., Nah jangan lupa buka pemikiran dengan berdiskusi nih pentinggg sangat-sangat berdiskusi itu, harus sangat suka ketika ada yang bertanya walaupun pertanyaanya memusingkan, karena itu cara Yang Maha Baik (Allah) mendidik seorang hamba-Nya. 
Belajarlah dengan gaya masing-masing jangan meniru cara orang hhe. Semaunya diri kita aja, lebih baik sedikit demi sedikit, jadi teringat kata seseorang yang katanya semangat belajarnya 45 tapi itu sangat-sangat harus dihargai, atau semangat riset adik-adik tingkat yang luar biasa dalam menyusun KTI-nya, mereka tidak menyadari bahwa mereka telah berani melampaui rata-ratanya melalui sebuah riset, mereka belum sadar kalau mereka hebat, teruskan selalu hebatnya dalam bidang risetnya masing-masing dan nanti jadilah orang yang hebat dalam passion masing-masing dunia analis bukan hanya dunia laboratorium saja.


Nah ini juga nih yang harus saya paparkaan disini. Kenapa sih arah kompetensi ahli teknologi laboratorium  medik ini seakan 90% diarahkan hanya perlu memahami biokimia klinis dan patofisiologinya saja. Menurut saya ada sesuatu yang dilupakan nih.
Katanya kan terminologinya sudah ahli teknologi. Nah laboratorium medis adalah konsumen teknologi loh. Kenapa saya sebut konsumen teknologi??? Karena semua bahan dan peralatan yang digunakan di laboratorium adalah produk teknologi. Nih ini yang dilupakan orang-orang kebanyakan bahwa menjadi seorang ahli teknologi laboratorium medik yang memiliki kemampuan verifikasi dan validasi tidak cukup hanya menerima dengan begitu saja hasil analisa alat produk teknologi. Alat atau instrument itu bisa salah ko, itu sebabnya analis harus lebih pandai dari alat, mampu menafsirkan message yang dikeluarkan alat karena alat itu sangat jujur bahkan lebih jujur dari analis yang suka menebak-nebak hasil dengan cara-cara magic-nya yang entah dapat wangsit dari mana hhe (Fakta, sok aja perhatikan dan temukan,hhe).


Nah kemampuan apa yang harus dikembangkan dan dieksplorasi dari hal ini jawabannya adalah pemahaman tentang quality control alias QC dan urusan QC bukan masalah memeriksa bahan kontrol itu masuk range apa tidak, bukan masalah yang penting +/- 2 SD. QC Lebih dari pada itu bahkan harus paham yang namanya QA, ini tidak akan pernah 100% didapat dalam textbook atau mata kuliah, harus dari pengalaman yang lama dan pengetahuaan yang mendasar yang dapat didapat dari membaca dan sharing diskusi tentunyanya hhe. Tugas seorang QC salah satunya adalah memastikan kondisi alat OK dan Ready melakukan analisa, ini bukan masalah kontrol masuk atau tidak tapi ada hal-hal lain yang perlu diperhatikan seperti contohnya hasil kalibrasi instrument menggunakan kalibrator, bukan sekedar dilihat angkanya tapi harus mampu menganalisa kurva kalibrasi yang dihasilkan (Ingat gak pelajaran tentang pembuatan kurva standar di mata kuliah kimia analitik atau instrumentasi???) ini basic nih, kalau kalibrasi kacau dijamin hasil kontrol kacau dan sudah pasti hasil pemeriksaan sampel juga kacau hhe, buktikan sendiri. Dan imbasnya pasti hasil laboratorium pasti diragukan (walaupun nihnya hasil laboratorium itu gak ada yang benar hhe, karena semua niali analit yang tahu nilai pastinya hanya Allah, serius ini mah. Lab-lab hanya membuat sebuah konsensus nih nilainya segini salah satunya dengan adanya kalibrator yang harus tertelusur atau istilah di QC itu Treceabilty. Inget yang pernah belajar??? hhe). 

Nah kemapuan lain dalam mendeteksi message alat itu adalah melihat rate reaction alias jalannya reaksi analisa di alat, gimana sih menilai stabilitasnya. Nah kemampuan ini hanya akan didapat di pelajaran kimia yang membahas kinetika reaksi, sampai kenapa lahir konsep kriteria sampel itu tidak boleh lisis, tidak boleh lipemik, tidak bolek ikterik, kenapa stabilitas sampel untuk setiap pemeriksaan berbeda-beda, atau kenapa sih sampel untuk pemeriksaan Hemostasi kebanyakan adalah darah sitrat atau plasma sitrat, pernah sekritis itu kah kita sebagi seorang yang ada di laboratorium??? Heumph kita perlu belajar banyaknya hhe. Dunia laboratorium adalah dunia analitik dan induknya adalah kimia analitik. Jadi penting pemahaman tentang aspek-aspek analitik ini.
Jadi jangan heran ko kenapa formasi analis di CPNS atau di perusahaan apaaaa gitu salah satunya kualifikasi pendidikannya harus S-1 Kimia hhe, jangan heran. Karena dunia analisis laboratorium medik adalah dunia analisis juga, yang membuat kita special adalah ya karna specimen dan sampel pemeriksaanya berasal dari manusia. Padahal pada dasarnya analisis itu sama. Harus tahu sampelnya apa, bagaimana teknik samplingnya bagaimana transportasi sampel dan spesimennya, bagaimana cara menganalisanya dengan metode apa, bagaimana memverifikasi dan memvalidasi hasilnya dan bagaimana menafsirkan hasilnya begitu ko. 
Sooo jangan batasi dunia laboratorium medik ini hanya seputar biokimia klinis saja atuuuh. Tapi open our mind bahwa kemajuan teknik analisa kesehatan itu perlu riset dan riset itu akan ditunjang dengan dunia analitik.


Percaya bahwa riset dunia kesehatan akan berkembang jika ditunjang kimia. Silahkan buktikan sendiri, mau bidang apapun riset sainsnya  akan selalu butuh kimia. Karena kimia dapat menjawab hal-hal tidak dapat dijawab yang lain, karena kimia lahir sebagai jembatannya sains (fakta sejarah, sok aja cari sejarah kimia).
Kemajuan laboratorium medik juga akan ditunjang dengan kemajuan teknologi instrument analisa dan sumber daya manusianya nih. Teknologi instrumentasi akan ditunjang dengan makin pesatnya perkembangan analisa biomarker. Tubuh kita ini MasyaAllah unik diciptakan luar biasa oleh Allah, kalau ada sesuatu yang abnormal pasti memberikan respon biologi berupa senyawa biokimia, nah ini yang disebut biomarker. Biomarker kan perlu dideteksi, pendeteksinya tentu saja memerlukan instrumentasi dan metode dan risetnya harus ditunjang pengetahuan analitik kan, nah baru setelah bisa dianalisa baru berkembang ke arah riset biokimia klinisnya, gitu sahabat,hhe. 

Nah kemampuan lain setelah adanya teknologi instrumentasi kesehatan ini adalah memilihnya, banyak produk instrumentasi dengan berbagi merk kita tinggal milih, tapi jangan asal memilih dong. Caranya gampang dengan melakukan uji coba pengerjaan analisa atau istilahnya uji banding. Nanti datanya dianalisis baru deh diputuskan kita pakai atau tidak. Karena sekali lagi nih masalah analisa laboratorium itu masalah Trust yang menyangkut jaminan mutu nih. Jadi jika kita dalam suatu sistem, kita harus  komit dengan yang namanya jaminan mutu sahabat, mutu tidak boleh kalah dengan masalah harga, justru mutu harus jadi motor penggerak pertumbuhan laboratorium. Mutu justru akan melahirkan efisiensi loh. Ingat kalau segitiga keanalisan itu adalah Analis selain melaporkan hasil ke pasien juga nanti akan dimintai laporan sama Allah, heumpph berat nih.

Oh iya dari tadi teknologi alat terusnya, teknologi mata dan keterampilan tangan juga harus dilatih nih, kemapuan mikroskopis itu penting untuk konfirmasi sel-sel dan benda-benda mikroskopis nih, keterampilan pengerjaan manual juga tidak boleh dikesampingkan, walaupun semua kebanyak automatic tapi ingatnya alat adalah alat.
Nah rasanya cukup deh tulisan yang sangat panjang lebar ini hhe. Maklumnya bukan reza kalau tulisannya gak sangat-sangat panjang, karena kalau diobrolin gak akan cukup dan pasti ada yang terlewat, mendingan saya tulisan saja seperti ini lebih abadi dan mengingatkan yang nulis sendiri utamanya hhe. Karena seorang yang menulis belumtentu seperti apa yang ditulisnya.
So sahabat jadilah hebat dalam bidang masing-masing jadilah berbeda.
Jangan jadi seperti kebanyakannya. Ahli Teknologi laboratorium medik kebanyakan kan jago phlebotomy (walaupun yang nulis ini gak jago) tapi selain itu bekali juga dengan kemampuan lainnyaa juganya. Saya kasih info pilihannya
  1. Pahami statistik satu set dengan quality control serta quality assurance.
  2. Kalau suka dengan dunia riset, mulai lah pahami bidang di point satu dan baca-baca, sharing dan diskusi tentang analitiknya utamanya pahami kimia. oh iya kalau hendak melakukan riset atau penelitian kecil-kecilan biasakan bekerja dalam tim. Karena tidak akan ada yang hebaat sendiri, pasti hebat itu karna kerja tim ada tugas pokok dan fungsinya masing-masing. Tidak akan ada orang yang hebat dalam segala hal, jadi cukup fokus pada bidang yang diminati dan jadilah warna yang berbeda menjadi nilai ekstrem. Bekerja untuk berkarya dalam team yang solid buatlah kelompok mastermind kalau istilah Jamil Azzaini mah hhe. Waulupun perjuangannya harus sampai nangis-nangis. Bekerjasama lah dengan orang yang mengerti IT. Gunakan Smartphone kita untuk media belajar yang menyenangkan, banyak tuh di playstore yang bisa didownload.
  3. Basic ketiga mulai lah berkomunikasi dengan baik dengan orang-orang sekitar kita jalin relasi yang baik. Oh iyaa kemampuaan berbahasa asing nih disarakan bisa berbahasa Inggris, kalau mau tahu juga gudangnya riset bioteknologi coba pelajari juga Deutsch (Bahasa Jerman). Jadilah sebawel-bawelnya orang dan kritis yang menanyakan walaupun hanya satu goresan garis karena rasa ingin tahunya. Dalam hal ini banyaklah kepo, tapi bukan kepoin urusan orangnya tapi kepo mencontek resep-resep hebat orang-orang hebat.
  4. Jadilah orang yang rutin mencatat dan menulis, serta bagikan bukan untuk dihargai tapi menunjukan bahwa kita ada berkontribusi berbagi.



Ok sampai jumpa  dalam tulisan-tulisan selanjutnya yang entah kapan hhe. Pesan saya tetap bahwa proses ini tidak akan cukup 3 atau 4 tahun saja. Timba pengalaman sebanyak-banyaknya jangan biarkan waktu pembelajaran berlalu begitu saja. Waktu teramat berharga. Tidak membiasakan menunda. Bagaimana semuanya ikut tertunda. Gawat hhe.
Dunia sistem analis tidah hanya dunia laboratorium, ada dunia Riset and Development-nya, ada dunia marketing strategic-nya, ada dunia IT-nya, ada dunia promkes-nya, ada dunia analisisnya, ada dunia administrasinya, ada dunia lain-lain deh banyak. Itu sebabnya Sistem analis itu kompleks.
Sangat berharap bahwa kedepan ada orang-orang di bidang ini yang akan membawa perubahan bagi sistem yang lebih baik untuk pengembangan profesi ini, apakah kita juga harus ikut??? Ya tentu harus, caranya? Minimal buktikan kepada diri kita sendiri dan eksplorasi kemampuan kita. Kita nantikan diri kita yang pulang dari Universitas baik dari dalam maupun luar negeri untuk pengembangan ini. Profesi ini amatlah penting, kasian dokter kasian pasien yang menunggu hasil analisa kita. Tentunya analisa yang berkualitas. Menghadapi masyarakat Global yang makin menantang kuncinya ada di Komunikasi, Riset, dan bekerjasama dalam tim, oh iya menulis alias Scrieben is important juga. Kita hadapi persaingan Global ini dengan bergerak. Oh iya kita adalah orang yang beragama, tentu saja bahwa dalam setiap usaha selalu libatkan Tuhan (Allah) yang menggenggam segala sesuatunya. Jadilah kita kuat karena kekuatan-Nya. Walaupun harus nangis-nangis gak apa-apa ingat ada bonus luar biasa hhe.

Kita pribadi yang unik, jadilah diri kita sendiri. Sebahagia mungkin jadilah diri kita. Lakukan apa yang kita senangi selama itu bermanfaat.

Ok sekian dan Danke Schon, aufwidersehen im folgende Scieben

Wassalamualaikum.
Salam bahagia dalam setiap langkah.

Jakarta, 7 Maret 2015


Muh. Reza Jaelani

Komentar

Posting Komentar