Langsung ke konten utama

Unggulan

BEBERAPA CATATAN UNTUK TES WIDAL

INTERFERENSI OBAT DALAM ANALISA

Falsely Low Recovery in Trinder Test Reaction

Salam sahabat,
Berikut saya ingin menyampaikan sebauah info nih. Saya kutip berdasarkan surat salah satu produsen reagen kimia ternama nih. Mengenai interferensi obat dalam test-test pemeriksaan yang berdasarkan Reaksi Trinder.

Sebelumnya saya jelaskan dulunya tentang reaksi Trinder .
Reaksi Trinder pertama kali diperkenalkan oleh seorang biokimiawan dari Royal Infirmary Sunderland Inggris nih. Reaksi ini berbasikan reaksi kolorimetri antara hidrogen peroksida (H2O2), phenol derivative, dan katalisasi aminoantipyrine dengan adanya enzim peroksidase.
Seperti kita tahu nih sahabat, kebanyakan analisa-analisa di laboratorium yang memakai basis pemeriksaan spektrofotometri pasti mendasarkan pada pembentukan warna nih alias color (American English) atau colour (Brithis English) atau ditranslate ke dalam bahasa Indonesi sebagai kolorimeter.


Analisa-analisa metode standar yang memakai kinetika reaksi Trinder ini diantaranya adalah pemeriksaan kreatinin, asam urat, kolesterol, LDL, HDL, trigliserida, Glukosa metode GOD-PAP, dan laktat. Pokoknya ciri dalam reaksinya adanya komponen ini nih
1.       Hidrogen peroksida (H2O2)
2.       Phenol derivative
3.      Katalisasi aminoantipyrine dengan adanya enzim peroksidase

Nah dalam praktek pre-analitik nih seorang pasien harus digalikan tentang konsumsi intake yang masuk nih, seperti kapan iya terakhir makan, dan apa,serta yang krusial tuh tentang obat-obatan yang dikonsumsi.
Sengaja saya bolt yang obat nih, karena ini berpengaruh nih. Salah satunya dalam reaksi yang berbasis trinder ini.

Berdasarkan hasil penelitian terbaru nih, ada 2 jenis obat yang dapat mempengaruhi kinetika reaksi Trinder, yaitu :
1.       Asetominofen alias parasetamol dan Metamizol (Novamisulfom, Dipiron)
Golongan obat ini merupakan dua obat pereda nyeri yang paling sering digunakan.
Untuk kedua obat ini, kadar dalam plasma yang relevan dan dapat menyebabkan interfernsi hasil dapat terlihat secara langsung setelah pemberian obat melalui intravena, saat pemberian melalui intravena, atau sebagai akibat gangguan metabolic obat.

2.       N-asetilsistein (NAC)
Golongan yang kedua ini nih digunakan sebagai obat mukolitik dan antidote dalam kasus intoksivikasi (keracunan) asetominofen. Dapat juga menginterfernsis hasil nih

Nah interfernsi obat-obatan diatas sahabat menyebabkan hasil menjadi rendah palsu nih. Keadaan rendah palsu ini terjadi jika sampling darah tanpa tenngang waktu yang cukup dari konsumsi obat-obatan diatas. Disarankan jika pasien hendak melakukan pemeriksaan harus diatas 12 jam pasca konsumsi obat tersebut. Atau jika terpaksa dilakukan sampling sebelum 12 jam, harus memberi catatan pada hasil pemeriksaan, atau disarankan melakukan pemeriksaan ulang.

Nah itu pentinggnya menggali informasi, karena banyak hal yang dapat mempengaruhi kinetika reaksi nih.


So kembangkan skil komunikasi kitanya dalam hal ini. Kerjaan kita nih sahabat ATLM, gak hanya duduk manis mengerjakan sampel saja kan, perlu ada skill-skill lain yang dikembangkan.
Komunikasi juga penting hhe.

Salam
12 Juli 2015

Muh. Reza Jaelani



Komentar