Cari Blog Ini
Rasulullah saw bersabda "Ikatlah Ilmu dengan Tulisan"_____ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا Ya Allah … aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang thayyib, dan amal yang diterima"
Unggulan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Diposting oleh
Muh. Reza Jaelani Science Communicator
HARUS “MELEK” QC
Apa kabar sahabat semua
khususnya yang ATLM
Semoga sahabat ATLM
selalu semangat belajar. Karena kan harus selalu update terhadap ilmu dan wawasan yang baru jangan aplikasi android
aja yang diupgrade hhe.
Ok mari kita ke
inti tulisan yang akan saya sampaikan.
Sebelumnya saya
ingin sampaikan sebuah kutipan ayat Al-Quran nih surat Al-Isra ayat 35
terjemahannya begini :
“Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu
menakar dan menimbanglah dengan
timbangan yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”
QS. Al-Isra 35.
Tergelitik gak
dengan ayat ini??
Ada kata kerja
menimbang-menakar dan kata benda timbangan.
Kalau orang
analitik pasti mengenal 3 hal tersebut dong.
Menimbang adalah
kegiatan pengukuran atau dalam bahasa Inggris itu measurement. Kegiatan menentukan besaran massa sebuah materi kan.
Sedangkan menakar
adalah kegiatan menentukan takaran atau ukuran kadar kandungan, atau gampannya
kandungan alias konsentrasi dalam ranah kajian ilmu larutan.
Sedangkan timbangan
adalah alat ukurnya atau salah satu jenis alat ukur.
Lalu apa
hubungannya ayat diatas dengan Harus melek QC seperti judul tulisan
ini nih?
Sahabat, apapun yang
berhubungan dengan masalah analitik pasti mengenal konsep jaminan mutu. Jaminan
mutu merupakan bentuk responsibititas kita terhadap layanan jasa tuh.
Layanan jasa dalam
konsep perdangangan kan harus ada kejujuran, keadilan, dan ketepatan
Nah refleksi dari
ayat di atas tuh bahwa kita diperintahkan menyempurnakan takaran dan timbangan
kita.
ATLM dalam bekerja
di laboratorium memangnya menakar dan menimbangnnya???
Iyalah, misal nih memeriksa
kolesterol atau glukosa darah atau analit lainnya kan pake fotometernya atau
spektrofotometer mau yang manual atau autoanalyzer itu kan alat ukur loh. Ada prinsip
pengukurannya berdasarkan Hukum Lambert Beer (masing ingat??? hhe)
Namanya mengukur
yah harus tepat lah, ada kan konsep dan praktek kalibrasi ada konsep dan
kewajiban merunning bahan kontrol??
Nah itu merupakan
bagian dari menyempurnakan proses analitik kita, memantau kinerja pengukuran
kita sahabat.
Kalau gak dilakukan
gimana?
Bahaya lah, selain
melanggar peraturan PERMENKES, CLSI, IFCC, WHO, dsb. Mungkin juga dianggap
melalaikan ayat Al-Quran di atas juga kalinya. Bahaya-bahaya
Ini masalah jaminan
mutu, masalah pelayanan kejujuran loh.
Alloh memerintahkan
loh. Jadi penting melek tentang analitik itu tentang QC yang saya bahas disini.
Ok saya bahas lebih
jauh nih tentang QC, cerita aja sih ini mah, lebih jauhnya belajarnya, kalau
kita mau sharing, ayo kontak saja saya hhe (biar saya belajar terus hhe)
Nah kan salah satu
dari konsep jaminan mutu kan pelaksanaan Pemantapan Mutu Internal atau dalam
bahasa Inggrisnya sih Internal Quality
Control alias IQC.
Proses IQC
merupakan proses penting nih. Dia adalah salah satu tulang punggung jaminan
mutu. Jaminan mutu itu penting nih, laboratorium klinik itu kan memeriksa
sampel dari manusia kan, tujuannya apa? Ya untuk memantau, dan mendiagnosis
kondisi kesehatan manusia lah, lebih dini juga hasil laboratorium bisa bersifat
prediktif terhadap kemungkinan suatu kelainan dalam tubuh manusia alias
penyakit.
Memang bukan
sesuatu yang murah sih jaminan mutu itu, akan tetapi akan lebih mahal lagi jika
tidak dilaksanakan. Bayangkan jika terjadi suatu masalah di analitik kita,
sangat sulit ditelusuri dan itu melanggar hukum. Tidak melaksanakan IQC sama
artinya mengundang masalah datang. Jika terjadi kesalahan biayanya bisa berkali
lipat dan merugikan.
Ini penting karena
itu tadi ini berhubungan dengan kesehatan manusia nih makannya diatur secara regulasi baik dalam ketentuan
PERMENKES dan secara internasional seperti CLSI, IFCC, termasuk oleh WHO. Pun Ayat
Al-Quran diatas.
Nah sahabat ATLM,
dari kesadaran itu lah saya ingin berbagi tentang IQC ini nih. Buat awal nih
tentang konsep “Melek QC”
Kenapa sih begitu ini??
Begini nih. Fakta
yang benar-benar miris nih banyak ATLM yang ditemui di pelatihan-pelatihan dan
para calon ATLM di institusi pendidikan sendiri belum memahami bahkan menjiwai
QC ini nih. Termasuk saya mungkin, makannya belajar hayu sahabat hhe
Mata kuliah QC
memang sudah tercantum di kurikulum dan di jalankan. Akan tetapi output yang dihasilkan dirasa belum
semestinya nih.
Masa ada yang tidak
bisa membedakan apa itu bahan kontrol, apa itu kalibrator, apa itu standar. Ah
saya yakin sahabat ATLM yang baca ini pasti paham lah hhe. Pahamkan-paham? Hhe.
Padahal kalibrator
itu bagian terpenting dari proses pengukuran loh. Kalibrator salah, waah kacau
semua. Bahaya kalau bahan kontrol malah dijadikan kalibrator, dan sebaliknya
bahan kontrol jadi kalibrator. Atau ada prakter gak kalibrasi sama sekali.
Apa dasar
pengukuran yang kacau begitu?? Bahaya gawat ini.
Sedikit sharingnya
sahabat hhe
Bedanya kalibrator,
bahan kontrol, dan standar (dikutip dari workshop pelatihan QC internal)
1.
Kalibrator
“Kalibrator adalah
sample yang digunakan untuk mengatur kembali nilai standar kurva berdasarkan
pada reagen, lampu, dll.
Konsentrasi
Substansinya sudah diketahui ketika dirunning dengan kit atau instrument
nilainya selalu konstan. Dioptimalkan untuk test atau kit yang spesifik.”
Memusingkan tidak
bahasanya??? Hhe. Ini nih salah satu problem kenapa konsep QC banyak gak jalan.
Problematikanya itu ya dimasalah bahasa komunikasi yang kadang tidak adil nih.
Kenapa gak adil?.
Iyalah menganggap
semua orang sama, inilah salah satu tembok besarnya.
Ok kita sederhanakan
saja nih.
Kalibrator itu
fungsinya adalah untuk menetapkan yang namanya faktor. Nah faktor itu gunanya
sebagai nilai acuan jika kita memeriksa sampel.
Contohnya gini
Kalibrator Merk X
dalam kit insertnya tercantum konsentrasi analit kolesterol total = 100 mg/dL.
Nah pasti kalibrator ini kita kerjakankan nih, di alat pasti diorder sebagai
kalibrator. Ke alat kita seolah-olah bicara gini “hei alat, tolong nih periksa
kalibrator untuk parameter kolesterol total, nilainya 100 mg/dL , nanti tolong
hitungnya faktornya berapa”.
Nah yang dibaca
alat itu apa???. Nih sahabat ATLM. Semua alat yang berbasis kinetika reaksi
kimia yang menghasilkan warna akan mendasarkan pembacaan pada yang namanya
absorban (ABS). Nah ketika kita minta tolong ke alat baca kalibrator kolesterol
100 mg/dL, baik alat yang automatis maupun yang manual akan membaca
absorbansi warnanya nih.
Tahukan apa itu
absorban?? Tahu lahnya hhe, tolong bedakan juga kalau menemukan Cut Off (CO),
indeks, ratio, RUL, dsb. Itu macem-macem tergantung metode pengukurannya. Kita mah
di spektro dulu fokus ke absorbannya hhe.
Sesuai dengan hukum
Lambert-Beer, jika ABS ≈ [C] .
Artinya absorban setara dengan konsentrasi atau kadar analit.
Pertanyaanya kapan
didapatkan faktor nih????
Di definisi diatas
disebutkan nih kalau yang namanya kalibrator itu gunanya untuk mengatur kembali
nilai standar kurva.
Masih ingat dengan
pelajaran kurva standar???? Masih ingat dengan slope dan intercept. Hhe ingat
lah pasti ingat kan.
Nah pada saat alat
membaca kalibrator X dengan parameter kolesterol total, dia juga membutukan yang
namanya blanko. Blanko itu ya matriks pelarutnya, biasanya sih aquabidest, tapi
sebenernya blanko itu macam-macam, ah nanti saja dibahasnya nanti puyeng lagi hhe.
Kembali ke kurva
standar nanti kan dibaca nih absorban blanko sama absorban si kalibrator tadi.
Dapat kan nilai absorbannya masing-masing. Nanti diplotkan lah ke sumbu X
dengan nilai analit (konsentrasi blako dan kalibrator tadi) terhadap sumbu Y
dengan nilai absorban-nya, nah ini kan nanti membentuk persamaan garis lurus
alias regresi linear atau bentuk persamaan umunya gini nih
y = bx + a atau ada juga yang menulis y = mx + c.
Dan perlu tahu tapi
da pasti tahu sahabat juga, kalau jenis kurva kalibrasi tuh macam-macam, ada
yang namanya one point calibration, two point calibration, dan multiple point calibration.
waaah makin rumit
juga nih penjelasan singkatnya hhe. Tapi ya beginilah sebenernya dalamnya. Itu
sebabnya kenapa ATLM belajar Kimia Analitik, belajar Instrumentasi, supaya
ngerti hal begini, supaya lahan kerja kita gak diserobot orang dong (walaupun
laboratorium bukan satu-satunya lahan ATLM). Dan menginformasikan juga nih, ada
wacana di kurikulum ATLM nanti katanya mata kuliah rumpun Kimia mau dihilangkan.
Ini harus ditolak
dong. Katanya ATLM ko gak belajar kimia, kan aneh.
Nah kembali-kembali
nih. Dari persamaan regersi linear terebut nanti ada persamaan matematis
lainnya nih untuk mendapatkan nilai F alias faktor. Saya gak bahan disini ya
masalah persamaan matematis penetuan nilai F ini, panjang hhe.
Nah andaikan
dapatkan persamaan y = bx + a, itu tidak serta merta kita bilang OK loh. Harus
dikaji nih gimana persamaan ini, linear sampai berapa, ini penting dalam
analisa, linearitas analisa berhubungan dengan hasil, berhubungan dengan
keputusan klinis menetukan nilai sampel apakah patologis apakah normal dalam
rentang medical decision (stop ah,
ntar gak adil juga nih bahasanya hhe).
Nah intinya setelah
dapat F nanti begini aplikasinya
Misal nih hasil Abs
Kolesterol 100 mg/dL = 0.250 ABS. Nah dapat F = 15.3 setara 100 mg/dL. Nah
nanti secara automatis alat akan mengkalkulasikan jika ada sampel dengan ABS x
akan otomatis dikonversi ke dalam satuan konsentrasi dengan mengalikannya
dengan F, nanti muncul deh nilai konsentrasi sampelnya berapa yang dihasilkan.
Nah karena
pentingnya kalibrasi, makannya jangan asal-asalan kalibrasi. Kalibrasi salah,
semua akan salah. BAHAYA !!! ukuran takaran timbangan kita kacau kalau salah.
2.
Standar
Lanjut nih ke
standar. Sahabat ATLM. Kalau kalibrator itu isinya bermacam-macam analitnya dan
matriksnya, biasanya “human serum base”
(matriksnya berasal dari serum manusia) . Nah berbeda dengan standar nih kalau
standar itu hanya berisi dari satu jenis analit yang spesifik. Bukan bertujuan
untuk mengatur kembali nilai kurva standar. Tetapi bertujuan untuk kepentingan
akurasi satu nilai nih. Dan matriksnya biasanya bukan lah “human serum base”.
Kepentingan akurasi
??? maksudnya gini sahabat. Kalau kita pakai fotometer yang manual nih
pengerjaanya. Pastikan sebelum running sampel biasanya running standar, supaya
kita dapat pengali untuk rumus ini nih :
Nah sekilah persis
seperti proses kalibrasi kan, tapi standar berbeda dengan kalibrator.
Dan derajat
kalibrator lebih tinggi dibanding standar. Karena standar tidak dihitung
berdasarkan persamaan regresi linear. Dan kadang kala tidak aada batasan nilai
ABS pada standar. Berbeda dengan kalibrator ada kriteria keterimaanya seperti
recoverynya maksimal ± 5% dan ada batasan ABS sehingga dapat terkontrol niali F
yang diperbolehkannya. Jadi kalibrator lebih menjamin yang namanya akurasi dan
presisi pemeriksaan.
3.
Bahan Kontrol
Nah sekarang bahan
kontrol nih. Bahan kontrol adalah sampel yang bereaksi sama dengan sampe
pasien, tersusun dari banyak analit. Memiliki nilai keterimaan dalam bentuk
range. Digunakan untuk menilai kinerja analisa nih. Makannya proses pemeriksaan
bahan kontrol dinamakan proses IQC.
Secara umum bahan
kontrol itu ada 2 jenis nih,
·
Unassayed control
atau in house control
Artinya kontrol
yang dibuat secara mandiri untuk intra laboratorum. Tetapi kontrol ini tidak
disaraankan karena dianggap proses quality pembuatannya belum terstandar.
·
Assayed Control
Terbagi menjadi 2
bagian nih
a) Manufacture Control
Artinya bahan
kontrol yang diproduksi oleh manufaktur alat dan reagen yang digunakan. Missal
kita menggunakan alat dan reagen dari produsen X, maka produsen X membuat bahan
kontrol X juga.
b) 3rd
party Control
Kontrol yang
diproduksi pihak ketiga. Kita memalai alat X dan Reagen X tetapi menggunakan
kontrol dari manufaktur lainnya yang secara independen.
Mungkin
sahabat bertanya, kenapa harus melakukan IQC memeriksa bahan kontrol?.
Sahabat
ATLM, ini bukan sekedar memenuhi regulasi ISO 15189, ketentuan PERMENKES, atau
kenetuan IFCC dan CLSI saja.
Sudah
disebutkan di awal tulisan ini. Kalau yang namanya jaminan mutu itu penting,
karena yang kita analisa menyangkut manusia nih. So “quality is more important”. Dengan melakukan IQC kemudian kita
melakukan ploting ke grafik Levey Jening atau grafik Younden, atau kita
menghitung CV, TE, Sigma, SDI, VIS, dsb. Kita dapat menilai kinerja analitik
kita.
Aturan
statistik yang paling terkenal untuk QC laboratorium tentu saja semua tahu kan.
Yaitu Westgard.
Aturan
Westgard bukan sekedar aturan nih. Perlu pemahaman dalam menerapkannya. Perlu
design QC yang pas untuk setiap laboratoriumnya.
Desain
QC secara umum meliputi establist mean, penetapan SD dan CV, serta bias. Perlu
ada pertimbangan yang mendetail tentang penerapan nilai-nilai tersebut, karena
akan dipakai untuk analisa kinerja analitik.
Analisa
kinerja analitik berupa IQC merupakan “early
warning system”, sebagai alarm untuk mendeteksi permasalahan analitik.
Jika
ditemui masalah dari hasil evaluasi IQC harian maka diperlukan langkah koreksi
nih. Dengan IQC kita dapat menjamin sebagian besar proses analitik. Dapat
mengontrol kapan kita harus melakukan preventive maintenance, maintenance,
kalibrasi, mengganti spearpart alat,dsb. Pokoknya tekendali deh. Dan tentunya
dengan running kontrol pasti lebih Pede me-realease
hasil pasien nih.
Ok ini tentang IQC
nih, bahwa melakukan IQC itu bukan sekedar melaksanakannya secara rutin harian,
bukan hanya “menilai ah ini hasil
kontrolnya masuk range, alat ok”. Waaah itu paradigma yang salah tuh.
Melakukan IQC bukan
hanya sekedar itu. Kalau hanya melakukan mah, orang yang ditraining seminggu
juga bisa kali,hhe
Kita kan ATLM harus
lebih jauh dari itu dong. Pelaksanaan IQC harus memiliki apa yang namanya
pehaman yang komprehensif tentang statistika, ilmu instrumentasi, ilmu
analitik, dan utamanya itu ilmu problem
solving. Gimana cara? Ya belajar dong.
Wow seakan harus
hebat, pinter, cerdasnya kalau mehamai QC hhe.
Gak ko sahabat ATLM
tenang. Ini kan namanya proses aktualisasi diri, bosen dong hidup biasa aja
gitu-gitu aja (menyindir diri sendiri hhe)
Untuk bisa memahami
QC secara Komprehensip hanya diperlukan kesungguhan niat dan komitmen akan
jaminan mutu itu sendiri, seiring dengan belajar, pengalaman, dan latihan problem solving serta diskusi semuanya
akan berjalan lancar dengan sendirinya atau saya sering menyebutnya “Pinterna Masagi” artinya seiring waktu
jadi serba bisa serba tahu pemecahan dari permasalahan.
Ok harus siapnya
dengan menjadi yang paham QC. Saya juga komit nih, harus belajar. Dan cara
belajar agar paham adalah dibagikan, berbagi, disharing ke orang lain.
Karena belajar bukan untuk diri sendiri saja tapi harus bermanfaat.
Belajar bukan dari buku saja, dari kehidupan dan pengalaman juga bisa kan, dari obrolan dan orang bertanya pun hhe.
Ini
lahan yang prosfeknya bagus nih, jadilah ATLM yang unik dan dicari dengan
kemampuan QC. Lebih jauh tingkatkan dengan pehamanan QA, dan TQM ya sahabat
ATLM.
Kuncinya adalah
sering membaca, mendengar, berlatih, berdiskusi, sharing, dan problem solving,
perbanyak the power of sharing,
perbanyak relasi, dan berkontribusi untuk ATLM yang lebih baik. Dunia ATLM
tidak laboratorium klinik melulu ko. Ayo tingkatkan kompetensi, yang masih
D-III sekolah lagi ah ayo. S-1, S-2 bahkan S-3 hhe.
Dunia ATLM
merupakan ranah sains aplikasi bukan ranah sains murni. Itu sebabnya perlu upgrade,
perlu update terus tentang dunia laboratoriumnya, pun termasuk aspek legal
hukumnya nih, seperti STR dan SIP yang sedang digaungkan sehubungan dengan
keluarnya UU. No. 36 Tahun 2104 tentang tenaga kesehatan.
Belajarnya,
Sharingnya, ikut seminarnya.
Jangan cuman ikut seminar
buat dapet SKP buat perpanjang STR aja dong, jangan ada seminar cuman jual SKP
aja dong. Jualan tuh ilmu, dibagi-bagi disebarnya hhe.
Jadi teringan
seorang teman dari pelosok Indonesia timur, kata dia “saya rajin ikut seminar
pas di Jakarta ini biar nanti pulang dapat banyak pengalaman yang bisa
dibagikan, soalnya disana jarang sekali ada seminar. Setahun sekali pun untung
ada”
Wow semangatnya, dan
ada mirisnya “ternyata sebaran ilmu itu belum merata sampai pelosok Nusantara”.
Ini salah satu tugas.
Salah satunya
adalah menulis di media online seperti ini.
Ok fix. Salam semangat.
Expertlah dalam passion masing-masingnya :)
ATLM harus lebih
baik, untuk Indonesia yang lebih baik. Bukan hanya ATLM sih, tapi semua dari
kita nya.
Siap menghadapi MEA,
udah mulai nih. Jangan sampai kalah.
Bergerak ayo,
Indonesia bisa. Ayo tingkatkan kompetensi melalu membaca, sharing diskusi,
termasuk ayo Lanjutkan Pendidikan yang lebih baik lagi.
Buat yang mau belajar statistik ini saya kasih salah satu referensi web yang baik. klik
Salam semangat dari Ibu Kota.
Sampai berjumpa di
tulisan berikutnya.
Kunjungi saya juga disini klik
Jakarta, Desember
2015
Muh. Reza Jaelani
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
QA, MLS, Biomedic I Key Expertise : QMS, QC, Statistical Analysis, Immunology
Komentar
artikel yang menarik, terutama penggunaan ayat sucinya yg 'wow' ternyata ada ya pembahasan tentang kalibrasi hehe. btw Saya mau tanya mas, lulusan instrumentasi dan elektronika. kalo saya ingin mengupgrade diri dan memiliki sertifikasi sebagai kalibrator, saya ambil pelatihan dimana ya? terimakasih
BalasHapusSebelumnya saya ucapkan terima kasih atas komentarnya, Alhamdulillah sebagai muslim kita memiliki guide yang lengkap dalam Al-Quran dan Hadist dalam pelbagai hal kehidupan kita.
HapusSaya bukan lulusan intrumentasi/elektronik, saya lulusan analis kesehatan dan Biomedik mas/mba, alhamudillah tahu karena bekerja sebagai QMS di salah satu labklinik swasta. Untuk pelatihan2 saya sarankan cari info ke oragnisasi profesi atau kalau mas di Jakata follow kelompok ini http://labmaniaindonesia.id suka ada pelatihan gratis. Wassalamualaikum
atau mungkin bahas tentang tahapan2 untuk jadi kalibrator profesional dan pelatihan atau sertifikasi apa aja yg harus diambil
BalasHapusBAhas tentang sigma,sec,koe
BalasHapus