Langsung ke konten utama

Unggulan

BEBERAPA CATATAN UNTUK TES WIDAL

HARUS “MELEK” QC



Apa kabar sahabat semua khususnya yang ATLM
Semoga sahabat ATLM selalu semangat belajar. Karena kan harus selalu update terhadap ilmu dan wawasan yang baru jangan aplikasi android aja yang diupgrade hhe.

Ok mari kita ke inti tulisan yang akan saya sampaikan.

Sebelumnya saya ingin sampaikan sebuah kutipan ayat Al-Quran nih surat Al-Isra ayat 35 terjemahannya begini :

Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar dan  menimbanglah dengan timbangan yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” QS. Al-Isra 35.

Tergelitik gak dengan ayat ini??


Ada kata kerja menimbang-menakar dan kata benda timbangan.
Kalau orang analitik pasti mengenal 3 hal tersebut dong.
Menimbang adalah kegiatan pengukuran atau dalam bahasa Inggris itu measurement. Kegiatan menentukan besaran massa sebuah materi kan.
Sedangkan menakar adalah kegiatan menentukan takaran atau ukuran kadar kandungan, atau gampannya kandungan alias konsentrasi dalam ranah kajian ilmu larutan.
Sedangkan timbangan adalah alat ukurnya atau salah satu jenis alat ukur.

Lalu apa hubungannya ayat diatas dengan Harus melek QC seperti judul tulisan ini nih?

Sahabat, apapun yang berhubungan dengan masalah analitik pasti mengenal konsep jaminan mutu. Jaminan mutu merupakan bentuk responsibititas kita terhadap layanan jasa tuh.
Layanan jasa dalam konsep perdangangan kan harus ada kejujuran, keadilan, dan ketepatan
Nah refleksi dari ayat di atas tuh bahwa kita diperintahkan menyempurnakan takaran dan timbangan kita.

ATLM dalam bekerja di laboratorium memangnya menakar dan menimbangnnya???
Iyalah, misal nih memeriksa kolesterol atau glukosa darah atau analit lainnya kan pake fotometernya atau spektrofotometer mau yang manual atau autoanalyzer itu kan alat ukur loh. Ada prinsip pengukurannya berdasarkan Hukum Lambert Beer (masing ingat??? hhe)


Namanya mengukur yah harus tepat lah, ada kan konsep dan praktek kalibrasi ada konsep dan kewajiban merunning bahan kontrol??

Nah itu merupakan bagian dari menyempurnakan proses analitik kita, memantau kinerja pengukuran kita sahabat.
Kalau gak dilakukan gimana?
Bahaya lah, selain melanggar peraturan PERMENKES, CLSI, IFCC, WHO, dsb. Mungkin juga dianggap melalaikan ayat Al-Quran di atas juga kalinya. Bahaya-bahaya

Ini masalah jaminan mutu, masalah pelayanan kejujuran loh.
Alloh memerintahkan loh. Jadi penting melek tentang analitik itu tentang QC yang saya bahas disini.


Ok saya bahas lebih jauh nih tentang QC, cerita aja sih ini mah, lebih jauhnya belajarnya, kalau kita mau sharing, ayo kontak saja saya hhe (biar saya belajar terus hhe)

Nah kan salah satu dari konsep jaminan mutu kan pelaksanaan Pemantapan Mutu Internal atau dalam bahasa Inggrisnya sih Internal Quality Control alias IQC.
Proses IQC merupakan proses penting nih. Dia adalah salah satu tulang punggung jaminan mutu. Jaminan mutu itu penting nih, laboratorium klinik itu kan memeriksa sampel dari manusia kan, tujuannya apa? Ya untuk memantau, dan mendiagnosis kondisi kesehatan manusia lah, lebih dini juga hasil laboratorium bisa bersifat prediktif terhadap kemungkinan suatu kelainan dalam tubuh manusia alias penyakit.
Memang bukan sesuatu yang murah sih jaminan mutu itu, akan tetapi akan lebih mahal lagi jika tidak dilaksanakan. Bayangkan jika terjadi suatu masalah di analitik kita, sangat sulit ditelusuri dan itu melanggar hukum. Tidak melaksanakan IQC sama artinya mengundang masalah datang. Jika terjadi kesalahan biayanya bisa berkali lipat dan merugikan.
  

Ini penting karena itu tadi ini berhubungan dengan kesehatan manusia nih makannya  diatur secara regulasi baik dalam ketentuan PERMENKES dan secara internasional seperti CLSI, IFCC, termasuk oleh WHO. Pun Ayat Al-Quran diatas.

Nah sahabat ATLM, dari kesadaran itu lah saya ingin berbagi tentang IQC ini nih. Buat awal nih tentang konsep “Melek QC

Kenapa sih  begitu ini??
Begini nih. Fakta yang benar-benar miris nih banyak ATLM yang ditemui di pelatihan-pelatihan dan para calon ATLM di institusi pendidikan sendiri belum memahami bahkan menjiwai QC ini nih. Termasuk saya mungkin, makannya belajar hayu sahabat hhe

Mata kuliah QC memang sudah tercantum di kurikulum dan di jalankan. Akan tetapi output yang dihasilkan dirasa belum semestinya nih.
Masa ada yang tidak bisa membedakan apa itu bahan kontrol, apa itu kalibrator, apa itu standar. Ah saya yakin sahabat ATLM yang baca ini pasti paham lah hhe. Pahamkan-paham? Hhe.
Padahal kalibrator itu bagian terpenting dari proses pengukuran loh. Kalibrator salah, waah kacau semua. Bahaya kalau bahan kontrol malah dijadikan kalibrator, dan sebaliknya bahan kontrol jadi kalibrator. Atau ada prakter gak kalibrasi sama sekali.
Apa dasar pengukuran yang kacau begitu?? Bahaya gawat ini.

Sedikit sharingnya sahabat hhe
Bedanya kalibrator, bahan kontrol, dan standar (dikutip dari workshop pelatihan QC internal)
1.       Kalibrator
“Kalibrator adalah sample yang digunakan untuk mengatur kembali nilai standar kurva berdasarkan pada reagen, lampu, dll.
Konsentrasi Substansinya sudah diketahui ketika dirunning dengan kit atau instrument nilainya selalu konstan. Dioptimalkan untuk test atau kit yang spesifik.”
Memusingkan tidak bahasanya??? Hhe. Ini nih salah satu problem kenapa konsep QC banyak gak jalan. Problematikanya itu ya dimasalah bahasa komunikasi yang kadang tidak adil nih. Kenapa gak adil?.
Iyalah menganggap semua orang sama, inilah salah satu tembok besarnya.
Ok kita sederhanakan saja nih.
Kalibrator itu fungsinya adalah untuk menetapkan yang namanya faktor. Nah faktor itu gunanya sebagai nilai acuan jika kita memeriksa sampel.
Contohnya gini
Kalibrator Merk X dalam kit insertnya tercantum konsentrasi analit kolesterol total = 100 mg/dL. Nah pasti kalibrator ini kita kerjakankan nih, di alat pasti diorder sebagai kalibrator. Ke alat kita seolah-olah bicara gini “hei alat, tolong nih periksa kalibrator untuk parameter kolesterol total, nilainya 100 mg/dL , nanti tolong hitungnya faktornya berapa”.
Nah yang dibaca alat itu apa???. Nih sahabat ATLM. Semua alat yang berbasis kinetika reaksi kimia yang menghasilkan warna akan mendasarkan pembacaan pada yang namanya absorban (ABS). Nah ketika kita minta tolong ke alat baca kalibrator kolesterol 100 mg/dL, baik alat yang automatis maupun yang manual akan membaca absorbansi warnanya nih.
Tahukan apa itu absorban?? Tahu lahnya hhe, tolong bedakan juga kalau menemukan Cut Off (CO), indeks, ratio, RUL, dsb. Itu macem-macem tergantung metode pengukurannya. Kita mah di spektro dulu fokus ke absorbannya hhe.

Sesuai dengan hukum Lambert-Beer, jika ABS ≈ [C] . Artinya absorban setara dengan konsentrasi atau kadar analit.
Pertanyaanya kapan didapatkan faktor nih????
Di definisi diatas disebutkan nih kalau yang namanya kalibrator itu gunanya untuk mengatur kembali nilai standar kurva.
Masih ingat dengan pelajaran kurva standar???? Masih ingat dengan slope dan intercept. Hhe ingat lah pasti ingat kan.
Nah pada saat alat membaca kalibrator X dengan parameter kolesterol total, dia juga membutukan yang namanya blanko. Blanko itu ya matriks pelarutnya, biasanya sih aquabidest, tapi sebenernya blanko itu macam-macam, ah nanti saja dibahasnya nanti puyeng lagi hhe.
Kembali ke kurva standar nanti kan dibaca nih absorban blanko sama absorban si kalibrator tadi. Dapat kan nilai absorbannya masing-masing. Nanti diplotkan lah ke sumbu X dengan nilai analit (konsentrasi blako dan kalibrator tadi) terhadap sumbu Y dengan nilai absorban-nya, nah ini kan nanti membentuk persamaan garis lurus alias regresi linear atau bentuk persamaan umunya gini nih
y = bx + a atau ada juga yang menulis y = mx + c.

Dan perlu tahu tapi da pasti tahu sahabat juga, kalau jenis kurva kalibrasi tuh macam-macam, ada yang namanya one point calibration, two point calibration, dan multiple point calibration.
waaah makin rumit juga nih penjelasan singkatnya hhe. Tapi ya beginilah sebenernya dalamnya. Itu sebabnya kenapa ATLM belajar Kimia Analitik, belajar Instrumentasi, supaya ngerti hal begini, supaya lahan kerja kita gak diserobot orang dong (walaupun laboratorium bukan satu-satunya lahan ATLM). Dan menginformasikan juga nih, ada wacana di kurikulum ATLM nanti katanya mata kuliah rumpun Kimia mau dihilangkan.
Ini harus ditolak dong. Katanya ATLM ko gak belajar kimia, kan aneh.
Nah kembali-kembali nih. Dari persamaan regersi linear terebut nanti ada persamaan matematis lainnya nih untuk mendapatkan nilai F alias faktor. Saya gak bahan disini ya masalah persamaan matematis penetuan nilai F ini, panjang hhe.
Nah andaikan dapatkan persamaan y = bx + a, itu tidak serta merta kita bilang OK loh. Harus dikaji nih gimana persamaan ini, linear sampai berapa, ini penting dalam analisa, linearitas analisa berhubungan dengan hasil, berhubungan dengan keputusan klinis menetukan nilai sampel apakah patologis apakah normal dalam rentang medical decision (stop ah, ntar gak adil juga nih bahasanya hhe).
Nah intinya setelah dapat F nanti begini aplikasinya
Misal nih hasil Abs Kolesterol 100 mg/dL = 0.250 ABS. Nah dapat F = 15.3 setara 100 mg/dL. Nah nanti secara automatis alat akan mengkalkulasikan jika ada sampel dengan ABS x akan otomatis dikonversi ke dalam satuan konsentrasi dengan mengalikannya dengan F, nanti muncul deh nilai konsentrasi sampelnya berapa yang dihasilkan.
Nah karena pentingnya kalibrasi, makannya jangan asal-asalan kalibrasi. Kalibrasi salah, semua akan salah. BAHAYA !!! ukuran takaran timbangan kita kacau kalau salah.

2.       Standar
Lanjut nih ke standar. Sahabat ATLM. Kalau kalibrator itu isinya bermacam-macam analitnya dan matriksnya, biasanya “human serum base” (matriksnya berasal dari serum manusia) . Nah berbeda dengan standar nih kalau standar itu hanya berisi dari satu jenis analit yang spesifik. Bukan bertujuan untuk mengatur kembali nilai kurva standar. Tetapi bertujuan untuk kepentingan akurasi satu nilai nih. Dan matriksnya biasanya bukan lah “human serum base”.
Kepentingan akurasi ??? maksudnya gini sahabat. Kalau kita pakai fotometer yang manual nih pengerjaanya. Pastikan sebelum running sampel biasanya running standar, supaya kita dapat pengali untuk rumus ini nih :
[Sampel] = (Abs Sampel : Abs Standar ) x [Standar]
Nah sekilah persis seperti proses kalibrasi kan, tapi standar berbeda dengan kalibrator.
Dan derajat kalibrator lebih tinggi dibanding standar. Karena standar tidak dihitung berdasarkan persamaan regresi linear. Dan kadang kala tidak aada batasan nilai ABS pada standar. Berbeda dengan kalibrator ada kriteria keterimaanya seperti recoverynya maksimal ± 5% dan ada batasan ABS sehingga dapat terkontrol niali F yang diperbolehkannya. Jadi kalibrator lebih menjamin yang namanya akurasi dan presisi pemeriksaan.

3.      Bahan Kontrol
Nah sekarang bahan kontrol nih. Bahan kontrol adalah sampel yang bereaksi sama dengan sampe pasien, tersusun dari banyak analit. Memiliki nilai keterimaan dalam bentuk range. Digunakan untuk menilai kinerja analisa nih. Makannya proses pemeriksaan bahan kontrol dinamakan proses IQC.
Secara umum bahan kontrol itu ada 2 jenis nih,
·         Unassayed control atau in house control
Artinya kontrol yang dibuat secara mandiri untuk intra laboratorum. Tetapi kontrol ini tidak disaraankan karena dianggap proses quality pembuatannya belum terstandar.
·         Assayed Control
Terbagi menjadi 2 bagian nih
a)     Manufacture Control
Artinya bahan kontrol yang diproduksi oleh manufaktur alat dan reagen yang digunakan. Missal kita menggunakan alat dan reagen dari produsen X, maka produsen X membuat bahan kontrol X juga.
b)     3rd party Control
Kontrol yang diproduksi pihak ketiga. Kita memalai alat X dan Reagen X tetapi menggunakan kontrol dari manufaktur lainnya yang secara independen.
Mungkin sahabat bertanya, kenapa harus melakukan IQC memeriksa bahan kontrol?.
Sahabat ATLM, ini bukan sekedar memenuhi regulasi ISO 15189, ketentuan PERMENKES, atau kenetuan IFCC dan CLSI saja.
Sudah disebutkan di awal tulisan ini. Kalau yang namanya jaminan mutu itu penting, karena yang kita analisa menyangkut manusia nih. So “quality is more important”. Dengan melakukan IQC kemudian kita melakukan ploting ke grafik Levey Jening atau grafik Younden, atau kita menghitung CV, TE, Sigma, SDI, VIS, dsb. Kita dapat menilai kinerja analitik kita.
Aturan statistik yang paling terkenal untuk QC laboratorium tentu saja semua tahu kan. Yaitu Westgard.


Aturan Westgard bukan sekedar aturan nih. Perlu pemahaman dalam menerapkannya. Perlu design QC yang pas untuk setiap laboratoriumnya.
Desain QC secara umum meliputi establist mean, penetapan SD dan CV, serta bias. Perlu ada pertimbangan yang mendetail tentang penerapan nilai-nilai tersebut, karena akan dipakai untuk analisa kinerja analitik.
Analisa kinerja analitik berupa IQC merupakan “early warning system”, sebagai alarm untuk mendeteksi permasalahan analitik.


Jika ditemui masalah dari hasil evaluasi IQC harian maka diperlukan langkah koreksi nih. Dengan IQC kita dapat menjamin sebagian besar proses analitik. Dapat mengontrol kapan kita harus melakukan preventive maintenance, maintenance, kalibrasi, mengganti spearpart alat,dsb. Pokoknya tekendali deh. Dan tentunya dengan running kontrol pasti lebih Pede me-realease hasil pasien nih.
 
Ok ini tentang IQC nih, bahwa melakukan IQC itu bukan sekedar melaksanakannya secara rutin harian, bukan hanya “menilai ah ini hasil kontrolnya masuk range, alat ok”. Waaah itu paradigma yang salah tuh.

Melakukan IQC bukan hanya sekedar itu. Kalau hanya melakukan mah, orang yang ditraining seminggu juga bisa kali,hhe
Kita kan ATLM harus lebih jauh dari itu dong. Pelaksanaan IQC harus memiliki apa yang namanya pehaman yang komprehensif tentang statistika, ilmu instrumentasi, ilmu analitik, dan utamanya itu ilmu problem solving. Gimana cara? Ya belajar dong.

Wow seakan harus hebat, pinter, cerdasnya kalau mehamai QC hhe.
Gak ko sahabat ATLM tenang. Ini kan namanya proses aktualisasi diri, bosen dong hidup biasa aja gitu-gitu aja (menyindir diri sendiri hhe)

Untuk bisa memahami QC secara Komprehensip hanya diperlukan kesungguhan niat dan komitmen akan jaminan mutu itu sendiri, seiring dengan belajar, pengalaman, dan latihan problem solving serta diskusi semuanya akan berjalan lancar dengan sendirinya atau saya sering menyebutnya “Pinterna Masagi” artinya seiring waktu jadi serba bisa serba tahu pemecahan dari permasalahan. 

Ok harus siapnya dengan menjadi yang paham QC. Saya juga komit nih, harus belajar. Dan cara belajar agar paham adalah dibagikan, berbagi, disharing ke orang lain.
Karena belajar bukan untuk diri sendiri saja tapi harus bermanfaat.
Belajar bukan dari buku saja, dari kehidupan dan pengalaman juga bisa kan, dari obrolan dan orang bertanya pun hhe.

Ini lahan yang prosfeknya bagus nih, jadilah ATLM yang unik dan dicari dengan kemampuan QC. Lebih jauh tingkatkan dengan pehamanan QA, dan TQM ya sahabat ATLM.

Kuncinya adalah sering membaca, mendengar, berlatih, berdiskusi, sharing, dan problem solving, perbanyak the power of sharing, perbanyak relasi, dan berkontribusi untuk ATLM yang lebih baik. Dunia ATLM tidak laboratorium klinik melulu ko. Ayo tingkatkan kompetensi, yang masih D-III sekolah lagi ah ayo. S-1, S-2 bahkan S-3 hhe.

Dunia ATLM merupakan ranah sains aplikasi bukan ranah sains murni. Itu sebabnya perlu upgrade, perlu update terus tentang dunia laboratoriumnya, pun termasuk aspek legal hukumnya nih, seperti STR dan SIP yang sedang digaungkan sehubungan dengan keluarnya UU. No. 36 Tahun 2104 tentang tenaga kesehatan.
Belajarnya, Sharingnya, ikut seminarnya.
Jangan cuman ikut seminar buat dapet SKP buat perpanjang STR aja dong, jangan ada seminar cuman jual SKP aja dong. Jualan tuh ilmu, dibagi-bagi disebarnya hhe.
Jadi teringan seorang teman dari pelosok Indonesia timur, kata dia “saya rajin ikut seminar pas di Jakarta ini biar nanti pulang dapat banyak pengalaman yang bisa dibagikan, soalnya disana jarang sekali ada seminar. Setahun sekali pun untung ada”
Wow semangatnya, dan ada mirisnya “ternyata sebaran ilmu itu belum merata sampai pelosok Nusantara”. Ini salah satu tugas.
Salah satunya adalah menulis di media online seperti ini.
Ok fix. Salam semangat.

Expertlah dalam passion masing-masingnya :)

ATLM harus lebih baik, untuk Indonesia yang lebih baik. Bukan hanya ATLM sih, tapi semua dari kita nya.
Siap menghadapi MEA, udah mulai nih. Jangan sampai kalah.

Bergerak ayo, Indonesia bisa. Ayo tingkatkan kompetensi melalu membaca, sharing diskusi, termasuk ayo Lanjutkan Pendidikan yang lebih baik lagi.
Buat yang mau belajar statistik ini saya kasih salah satu referensi web yang baik. klik

               
Salam semangat dari Ibu Kota.


Sampai berjumpa di tulisan berikutnya.
Kunjungi saya juga disini klik

Jakarta, Desember 2015

Muh. Reza Jaelani



Komentar

  1. artikel yang menarik, terutama penggunaan ayat sucinya yg 'wow' ternyata ada ya pembahasan tentang kalibrasi hehe. btw Saya mau tanya mas, lulusan instrumentasi dan elektronika. kalo saya ingin mengupgrade diri dan memiliki sertifikasi sebagai kalibrator, saya ambil pelatihan dimana ya? terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih atas komentarnya, Alhamdulillah sebagai muslim kita memiliki guide yang lengkap dalam Al-Quran dan Hadist dalam pelbagai hal kehidupan kita.
      Saya bukan lulusan intrumentasi/elektronik, saya lulusan analis kesehatan dan Biomedik mas/mba, alhamudillah tahu karena bekerja sebagai QMS di salah satu labklinik swasta. Untuk pelatihan2 saya sarankan cari info ke oragnisasi profesi atau kalau mas di Jakata follow kelompok ini http://labmaniaindonesia.id suka ada pelatihan gratis. Wassalamualaikum

      Hapus
  2. atau mungkin bahas tentang tahapan2 untuk jadi kalibrator profesional dan pelatihan atau sertifikasi apa aja yg harus diambil

    BalasHapus

Posting Komentar