Cari Blog Ini
Rasulullah saw bersabda "Ikatlah Ilmu dengan Tulisan"_____ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا Ya Allah … aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang thayyib, dan amal yang diterima"
Unggulan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Label
Diposting oleh
Muh. Reza Jaelani Science Communicator
MIKOSIS SISTEMIK : HISTOPLASMOSIS DESIMINATA
Histoplasmosis merupakan jenis mikosis
profunda yaitu jenis infeksi jamur yang menyerang organ-organ bagian dalam.
Histoplasmosis juga dikenal sebagai Darling’s
Diseas. Penyebab histoplasmosis adalah jamur Histoplasma capsulatum, jamur ini merupakan jamur dimorfik yang
secara alami terdapat di tanah sebagai jamur saprofit.
Spektrum histoplasmosis berkisar dari
asimtomatik atau ringan, yang dapat sembuh sendiri pada individu imunokompeten
sampai infeksi diseminata yang parah pada individu imunokompromais. Pada
infeksi primer akut, 90% pasien tidak menunjukkan gejala (asimtomatik) atau
hanya terlokalisasi di paru dan umumnya
tidak terdeteksi. Jika spora terhirup dalam jumlah banyak dapat terjadi
influenza-like syndrome berupa demam, fatique, batuk-batuk, sakit kepala, dan
nyeri sendi. Histoplasmosis diseminata akut dapat menunjukkan gejala klinis berupa
demam, penurunan berat badan, lemas badan, sesak nafas, kadang disertai
pembesaran kelenjar getah bening dan penyebaran ke organ-organ lain.1,2,4 Lesi
kulit hanya ditemukan pada 5-25% kasus,3 umumnya tidak spesifik, dapat berupa
papul, nodus kecil, plak, lesi mirip moluskum, kemudian dapat berkembang
menjadi ulkus dangkal.
Kondisi infeksi jenis diseminata merupakan tahapan
infeksi yang mencapai tahap sitemik. Dimana infeksi jamur telah menyebar ke
berbagai organ penderita histoplasmosis diseminata merupakan suatu infeksi yang
terjadi sering terjadi pada bayi, anak kecil, namun lebih umum pada penderita
imunospresi, dan imunokompromais. Morbiditas dan mortalitas tinggi pada
penderita jenis ini. Bentuk yang fatal ini jarang terjadi. Kelainan dimulai
dengan infeksi paru akut, demam, batuk, sesak napas dan cepat menjadi progesif
serta menyerang banyak organ. Penderita tampak sakit berat, mual, muntah, sakit
perut dan diare. Ditemukan rhonkhi (suara berat dalam pernafasan), limfadenopati,
hepatosplenomegali, anemia, leukopenia dan trombositopenia. Jika tidak
mendapatkan pengobatan, kelainan akan memburuk dan dapat terjadi kegagalan
pernapasan, perdarahan gastro-intestinal yang tidak dapat dikontrol, koagulasi
intravaskuler diseminata (DIC) dan/atau sepsis, akhimya dapat menimbulkan
kematian. Gambaran radiologis paru terlihat infiltrate interstitial difus atau
bentuk retikulonodular yang dengan cepat menjadi acute respiratory distress syndrome.
Histoplasma capsulatum dapat berkembang
menjadi infeksi sistemik dikarenakan kemampuan dari jamur untuk bersmbunyi dari
sel-sel imun. Histoplasma capsulatum yang mengalami fagositosi oleh makrofag
memiliki kemampuan untuk menginaktivasi kerja enzim protease yang dihasilkan
lisosom makrofag, sehingga histoplasma akan berkembang menjadi sel yeast dengan
bantuan ko faktor berupa ion besi yang mengaktivasi gen morfogenesis jamur
sehingga menjadi bersifat lebih virulen dari stadium hifa. Perkembangan infeksi
ditunjang dengan kondisi imunokompromais.
Kondisi imunokompromais merupakan gangguan
fungsi imunitas selular dan humoral yang sebenarnya dan dapat berlangsung cukup
lama, adalah sebagai akibat pengobatan dengan imunosupresan atau pun akibat
proses penyakit tertentu. Beberapa kondisi yang dapat menimbulkan keadaan immunocompromasi
antara lain ialah :
1. Neutropenia
Neutropenia
didefinisikan apabila jumlah neutrofil absolut <500 sel/uL untuk pasien
dengan tumor atau <1000 sel/ul untuk pasien leukemia. Apabila jumlah
neutrofil menurun secara bermakna dan masa neutropenia cukup lama, maka risiko
terjadinya infeksi oleh bakteri, jamur, virus atau mikroorganisme oportunistik
akan meningkat secara nyata. Khusus pasien yang sebelumnya telah mendapat
kemoterapi atau radioterapi akan lebih peka terhadap infeksi. Kondisi
neutropenia ini mendukung percepatan infeksi jamur-jamur pathogen oportunis
diantaranya adalah Histoplasma capsulatum.
Jamur secara progresif masuk kebagian
paru dan menginvasi bagian tersebut.
2. Kerusakan
pada imunitas selular dan humoral
Iradiasi,
pengunaan sitostatik dan kortikosteroid adalah penyebab gangguan dan perubahan
pada sistem imunitas selular. Sedangkan sistem imunitas humoral yang dalam
keadaan normal akan bereaksi dengan melakukan opsonisasi mengalami gangguan
apabila organ pembentuknya mengalami kerusakan (misalnya splenektomi). Kondisi
kerusakan pada sistem humoral dan seluler akan mempercepat invasi infeksi jamur
yang mengakibatkan penyebaran secara progresif dari jamur Histoplasma capsulatum. Penurunan kemampuan pembentukan antibodi
dan opsonisasi pada gilirannya akan menghambat eliminasi pathogen dari dalam
sitem tubuh, hambatan ini memicu perkemabangan Histoplasma capsulatum secara progresif.
3. Perubahan
pada Sawar Fsik
Gangguan
pada sawar fisik seperti kulit, saluran cerna, saluran kemih, mukosa saluran
napas selama kemoterapi atau pun tindakan invasif akan merupakan tempat
masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh. Hal lain yang dapat merusak sawar
pelindung ialah kateter intravena atau kateter saluran kemih, alat intubasi, tempat
bekas suntikan, aspirasi sumsum-tulang, ektravasasi atau operasi.
4. Status
nutrisi/gizi
Gizi
yang baik penting untuk mempertahankan sistem imunitas selular, karena telah
diketahui bahwa gizi buruk menyebabkan penurunan fungsi limfosit dan
fagositosis seperti halnya kesembuhan sawar kulit dan mukosa. Orang yang
mengalami malnutrisi akan lebih rentang terkena infeksi jamur Histoplasmosis hal ini berkaitan dengan
produksi energi yang menurun serta pembentukan respon imun yang melemah akibat
hambatan dalam pembentukan ATP yang menjadi sumber energi dalam metabolisme
termasuk reaksi imunologi dalam tubuh.
5. Obstruksi
Obstruksi
pada saluran napas akan meningkatkan risiko infeksi oleh bakteri anaerob juga
infeksi jamur, demikian pula obstruksi pada saluran kemih akan meningkatkan
risiko infeksi oleh tertentu. Oleh karena itu keadaan ini harus mendapat
perhatian khusus pada pasien dengan neutropenia atau imunokompromais. Infeksi
jamur seperti Histoplasmosis merukan contoh infeksi jamur yang paling mudah
diidap oleh pendrita imunokompromais. Obstruksi seperti pada saluran nafas akan
mendukung perkembangan jamur menjadi stadium infektif berupa yeast, dimana akan
terjadi tempat perkumpulan sel darah yang rusakdan menjadi sumber nutrisi bagi patogen
di lokasi tersebut.
6. Disfungsi
susunan saraf pusat
Gangguan
susunan saraf pusat yang disebabkan tumor primer otak atau pun oleh metastasis
mengakibatkan gangguan pada mekanisme protektif. Misalnya, hilangnya refleks
muntah, dapat menyebabkan pneumonia aspirasi atau gangguan miksi dapat
menyebabkan timbulnya infeksi saluran kemih. Disfungsi susuna saraf dalam
sistem reflex yang merespon adanya zat asing yang masuk, umumnya terjadi pada
balita yang sistem releksnya belum sepenuhnya bekerja. Dalam kondisi ini
memungkinkan terjadinya kondisi histoplasmosis gastrointestinal yang langka
pada sejumlah penderitanya, akibat kehilangan refleks muntah atau kehilangan
kendali dalam pendarahan gastroinstestinal.
Kelompok pasien risiko tinggi terdapat selain
pada penderita imunokompromais adalah pada pasien kanker dan yang sedang kemoterapi secara langsung
dapat merusak sistem imun dan meningkatkan kejadian infeksi. Pasien pada unit
perawatan intensif; pada umumnya pasien di unit ini berisiko tinggi karena
pemakaian antibiotic spektrum luas dan karena kerusakan pada kulit atau selaput
lendir akibat tindakan anastomosis, trauma, gizi buruk, hipotensi, pengobatan
dengan steroid, dan penggunaan alat invasive pada organ dalam. Di unit
transplantasi sumsum-tulang atau organ; pada saat berlangsungnya transplantasi
dan selama pemulihan, pasien akan mengalami keadaan imunokompromais yang cukup
berat dan lama.
Pasien HIV dan AIDS; keadaan defisiensi imun pada
AIDS menyebabkan sekitar 90% pasiennya setidaknya sekali mengalami infeksi
jamur selama perjalanan penyakitnya yang berkisar dari ringan (pada mukosa)
sampai berat. Umumnya 10 - 20% berakhir
fatal yang umumnya disebabkan candidiasis dan histoplasmosis.
Golongan yang beresiko lain-lainnya adalah
para penyalahgunaan obat terlarang
khususnya melalui suntikan dan dengan cara yang tidak steril meningkatkan
risiko terjadinya infeksi HIV dan jamur.
Diagnosis histoplasmosis ditegakkan
berdasarkan temuan intracellular
yeast-like cells berukuran kecil pada dahak, darah tepi, sumsum tulang, dan
spesimen biopsy gambaran histologi dan pemeriksaan histokimia periodic acid schiff dan grocott methenamic silver. Untuk
identifikasi organisme penyebab sebaiknya dilakukan biakan. Pemeriksaan
penunjang lain berupa tes serologi, tes deteksi antigen, polymerase chain
reaction (PCR) Pemeriksaan lain seperti pemeriksaan rapid detection dari antigen polisakarida pada darah dan urin dan
penggunaan teknik hibridisasi insitu dari biopsi kulit, dan foto toraks.
Diagnosis infeksi jamur, khususnya pada
pasien imunokompromais merupakan hal yang sulit bagi para klinisi. Diagnosis
laboratorium infeksi jamur pada pasien immunokompromais melalui satu atau lebih
pendekatan seperti pemeriksaan mikroskopik seksama terhadap sekret saluran
nafas, isolasi organisme, deteksi antibodi atau antigen jamur, dan pembuktian invasi jamur secara histopatologi.
Pada umumnya pencegahan infeksi jamur cukup
sulit. Usaha yang penting ialah menghindari faktor predisposisi untuk infeksi.
Kebersihan lingkungan yang baik diperlukan untuk menghindari infeksi. Perhatian
khusus perlu diberikan untuk
prosedur invasif, pada keadaan neutropenia.
Pada sebuah contoh kasus diagnosis
Histoplasmosis diseminata dapat ditegakan sebagai berikut :
Pemeriksaan histopatologi dari jaringan biopsy puncture kulit menunjukkan lesi granulomatous nonnecrotizing inflammation
dengan banyak organisme bentuk bulat oval, berdinding tebal sebagian tipis,
terletak di dalam dan di luar sel histiosit, dengan sitoplasma jernih (Gambar
3). Kemudian untuk menegakkan diagnosis lebih spesifik dilakukan pemeriksaan histokimia
berupa pulasan periodic acid schiff dan grocott methenamic silver, dengan hasil
positif sesuai untuk gambaran Histoplasma
capsulatum. Tampak gambaran granulomatous
nonnecrotizing inflammation dengan banyak organisme bentuk bulat oval,
berdinding tebal sebagian tipis, terletak di dalam dan di luar sel histiosit
berwarna basofilik.
Pemeriksaan penunjang hapusan lidah dengan pewarnaan
gram mendapatkan spora dan budding cell serta
pseudohifa. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan anemia (hemoglobin 9.5
gr/dL), eritrosit berkurang menjadi 3.57jt/mm3, hematokrit 28.1%
(menurun), trombositopenia (142 x 103/ mm3), SGOT 124 U/L,
SGPT 46 U/L, protein total 5 g/dL, albumin 2.1 gr/dL,
Na 124 mmol/L, Cl 96.8 mmol/L, CD4:
8 sel/μL,
Biakan darah pada suhu kamar 25-28oC
secara makroskopis menunjukkan koloni warna putih, seperti kapas dengan latar
belakang coklat pucat, tumbuh lambat dalam 7 hari. Secara mikroskopis tampak
hifa panjang, mikrokonidia berbentuk oval di pinggir hifa, dan makrokonidia
besar berbentuk tuberculate. Pada suhu 37oC ditemukan koloni yeast
warna putih-coklat muda secara makroskopis, dan
sel spora berbentuk bulat/oval dengan dinding
tebal secara mikroskopis. pemeriksaan lainnya dalam batas normal. Pemeriksaan
untuk malaria menunjukkan hasil negatif. Pemeriksaan sputum 3x dengan pewarnaan Ziehl
Nielsen untuk basil tahan asam memberikan hasil negatif.
Pada biakan didapatkan jamur dimorfik yang
pada suhu kamar tumbuh koloni berwarna putih seperti kapas, dan secara
mikroskopis didapatkan dua tipe spora. Tipe pertama berupa makrokonidia
berukuran 8 - 15μm, bulat, bentuk tuberculate merupakan ciri khasnya, dan tipe
kedua berupa mikrokonidia yang infeksius,
berbentuk oval, berukuran lebih kecil (2-4
μm). Biakan darah pasien ini pada suhu kamar 25-28oC menunjukkan koloni warna
putih, seperti kapas dengan latar belakang coklat pucat secara makroskopis dan
tumbuh lambat dalam 7 hari. Secara mikroskopis terlihat hifa panjang,
mikrokonidia berbentuk oval di pinggir hifa, dan makrokonidia besar berbentuk
tuberculate. Pada suhu 37oC ditemukan koloni yeast warna
putih-coklat muda selain makroskopis, dan sel spora berbentuk bulat/oval dengan
dinding tebal secara mikroskopis. Hasil biakan sesuai dengan histoplasmosis.
Keinginan kuat untuk membuat suatu regimen
profilaksis untuk menurunkan angka kematian akibat infeksi jamur pada pasien
dengan neutropenia, khususnya pada transplantasi sumsum-tulang, telah timbul
dan mendapat kesepakatan. Hasil yang cukup baik untuk profilaksis aspergilosis
dicapai dengan pemberian amphotericin B (aerosol, intravena, liposomal) dan
itraconazole oral.
Selain itu obat anti-jamur dapat diberikan
secara empiris, khusus untuk pasien dengan neutropenia dan mengalami demam yang
berkepanjangan walaupun telah
diberi antibiotik berspektrum luas. Pada
pasien seperti ini biasanya sulit untuk diketahui apakah mereka juga menderita
infeksi oleh jamur. Dasar penggunaan antijamur secara empiris ialah diagnosis
antemortem untuk penyakit jamur yang menyebar, sulit ditegakkan pada pasien
imunokompromais, menunda pengobatan
anti-jamur, berarti memberi kesempatan untuk penyebaran
penyakit, sehingga apabila pengobatan segera diberikan dapat mengurangi
kejadian infeksi jamur pada pasien imunokompromais, untuk mengidentifikasi pasien yang mempunyai
risiko tinggi terhadap jamur invasif. Pasien dengan neutropenia yang mengalami
demam menetap walaupun telah mendapat antibiotic
selama 4-7 hari, cenderung menderita infeksi oleh jamur.
Pengobatan anti-jamur secara empiris
diharapkan dapat memberikan dua keuntungan yaitu menekan tumbuh lampau jamur
yang timbul bersama dengan penggunaan antibiotik berspektrum luas dan
pengobatan dini infeksi jamur yang subklinis dan terlokalisir.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Label:
Immunologi
Mikosis
Respon imunitas
QA, MLS, Biomedic I Key Expertise : QMS, QC, Statistical Analysis, Immunology
Komentar
Posting Komentar