Cari Blog Ini
Rasulullah saw bersabda "Ikatlah Ilmu dengan Tulisan"_____ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا Ya Allah … aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang thayyib, dan amal yang diterima"
Unggulan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Diposting oleh
Muh. Reza Jaelani Science Communicator
CELL DEATH
NECROSIS APOPTOSIS AUTOPHAGY
“….kemudian, Kami
menjadikannya makhluk yang berbentuk, Maha suci Alloh, pencipta yang paling
baik, kemudian setelah itu kamu pasti mati”
QS. Al-Mu’minun ayat 11-12
Dalam
kondisi normal sel harus selalu mempertahankan beragam kesetimbangan jumlah dan
jenisnya agar tetap hidup sebagai jaringan normal. Beragam faktor luar seperti
stres lingkungan yang ditandai dengan adanya radikal bebas seperti ROS, serta
rangsangan kerusakan sel (injury) seperti kondisi hipoksia (kekurangan suplai
oksigen ke jaringan) dapat memicu kerusakkan sel.
Dalam
menghadapi kondisi tersebut sel secara umum dilengkapi seperangkat “alat” untuk
beradaptasi, seperti untuk menghadapi keberadaan radikal bebas ROS, sel
dilengkapi dengan antioksidan “alami” dalam sel seperti GSH dsb, namun dalam
kondisi tertentu jika keseimbangan ini tidak tercapai maka akan berakibat pada
kerusakan sel.
Jika
kerusakan dalam tahap yang dapat teratasi (tidak menyebabkan perubahan
keseimbangan seluler) maka kerusakan akan segera diperbaiki (Reversible Injury
> kerusakan yang dapat diperbaiki), sedangkan jika tidak dapat diperbaiki
(Irreversible Injury) maka sel umumnya mengalami kematian mendadak atau mati
secara perlahan (terprogram).
Kematian
sel merupakan proses yang penting dalam menjaga keseimbangan jumlah dan fungsi
sel. Penyebab kematian sel dapat terjadi sebab fisiologis (kondisi normal, yang
dikendalikan), atau sebab patologis (adanya kelainan pada sel). Kematian sel
proses dibagi menjadi 3 jenis yaitu nekrosis, apoptosis, dan autophagy.
Nekrosis
Nekrosis
secara sederhana dapat dikatakan kematian sel secara mendadak, sel menjadi
rusak kemudian lisis mengalami kematian. Sebabnya karena pengaruh luar. Contoh
nekrosis sel adalah iskemia pada sel-sel otot jantung yang diilustrasikan pada gambar di bawah ini.
Sumbatan
pada pembuh kororner menyebabkan terhambatnya aliran darah sehingga suplai
oksigen ke jaringan otot jantung berkurang yang memipcu kondisi hipoksia.
Kekurangn oksigen menyebabkan proses metabolisme terhambat (glikolisis aerob
menurun) yang dtandai dengan penurunan ATP, penurunan ATP pada akibatnya akan
menurunkan kerja pompa-pompa penurkaran ion dalam organel dan membran sel.
Dampaknya keseimbangan ion menjadi terganggu. Dampak dari kekurangn oksigen
dapat ditanggulangi dengan jalur glikolisis anaerob akan tetapi produk
sampingannya berupa laktat menyebabkan peningkatan konsentrasi ion hydrogen
sehingga pH menjadi turun (asam), kondisi ini tidak dapat ditanggulangi karena
kerja pompa ion yang menurun sehingga keseimbangan ion tidak dapat dicapai.
Selain itu kerja mitokondria yang menurun menyebabkan sejumlah radikal (ROS)
meningkat Ketidak seimbangan ini pada
akihnya akan menstimulasi sejumlah
keabonrmalasn sel seperti membran organel yang lisis, penghancuran nukleus yang
berujung pada kematian sel. Selain hipoksia sebab lain seperti radiasi, racun,
endotoksin-eksotoksin juga dapat menyebabkan nekrosis sel.
Proses Nekrosis Jaringan dengan Pewarnaan HE |
Perhatikan gambar di atas. Pada nekrosis, jika diamati pada preparat histokimia sel akan nampak membesar (menggelembung) berubah bentuk dari sel normal. Membaran nukleus sel akan mengalami lisis yang diikuti penguraian nucleus (kariolisis), sitoplasma akan tampak terpecah-pecah, membran sel lisis yang menyebabkan bocornya isi sel keluar sel, seperti enzim dll. Contoh kerusakan sel hati ditandai dengan naiknya enzim-enzim hati (ALT-AST). Nekrosis sel hamper selalu berhubungan dengan proses inflamasi (peradangan) dan sebabnya lebih banyak dikarenakan sebab krusakan sel yang patologis.
Apoptosis
Apoptosis
secara sederhana dikatakan sebagai “bunuh diri sel” karena kematiannya
direncanakan oleh sel sendiri, setahap demi setahap melalui jalur persinyalan
seluler secara terkontrol. Sebab fisiologi Tujuannya mengontrol jumlah sel
seperti membentuk struktur tertentu beragam organ pada proses embryogenesis.
Perhatikan gambar di bawah ini
pembenrtukan
struktur kaki pada janin. Awalnya berupa
struktur yang menyatu kemudian dengan program apoptosis yang aktif akan
tercipta lekukan-lekukan seperti struktur kaki manusia normal. Begitupun dengan
struktur tangan. Mekanisme ini terus terpelihara sampai kapanpun sehingga kaki dan tangan kita tetap pada
strukturnya membentuk jari-jari tidak berselaput seperti bebek, tidak berjari
seperti sapi. Contoh lain adalah pembentukan struktur jalur pembuluh darah
jantung dan paru-paru, awalnya bersatu kemudian terjadi penghapuskan beberapa
struktut membentuk jaringan pembulu darah kearah otak, jantung dan paru-paru.
Sebab
lain dalam kondisi patologis disebabkan oleh kerusakan DNA, sel terinfeksi
virus, adanya kesalahan jensi protein yang terakumulasi, agar tidak menjadi
masalah akhirnya sel memilih untuk “bunuh diri”. Pada penderita kanker
mekanisme apoptosis ini tidak bekerja sehingga sel-sel abnormal terus tumbuh
menjadi tumor ganas dan menyebar.
Apoptosis
pada pengamatan preparat jaringan atau pengamatan secara live menggunakan
mikroskop konfocal dapat terlihat sel mengalami pengkerutan, yang paling khas
pada nucleus benang-benang kromatin akan terfragmentasi menjadi ukuran-ukuran
yang kecil sehingga kerapatan nucleus berkurang. Sitoplasma sel tetap utuh
namun lama kelaman di dalamnya akan terbentuk apoptosis bodies
(gelembung-gelembung kecil) yang mengandung isi sitoplasma yang akan
dikeluarkan. Penyebab apoptosis umunya sebab fisiologis untuk mengatur jumlah
dan fungsi sel agar terbentuk struktur dan fungsi sel yang tetap normal. Sebab
patologis sperti adanya kerusakan DNA menyebabkan sel “sadar diri” untuk
mengaktifkan program bunuh diri ini.
Apoptosis
melibatkan banyak jalur persinyalan dan beragam jenis protein. Stimulasi dapat
berupa penurunan sejumlah protein yang mempertahankan survival sel dari luar
seperti factor pertumbuhan. Secara fisiologis reseptor-reseptor pada sel
merupakan lengan untuk menerima informasi apakah sel harus tetap hidup atau
harus mati terprogram. Ada beberapa perandari sel leuksosit seperti sel NK yang
menginduksi proses apoptosis terutama pada sel-sel abnormal seperti kanker dan
yang terinfeksi vitus.selain itu sejumlah protein inhibitor dan banyak golongan
obat dapat berinteraksi dengan reseptor apoptosis sehingga menginduksi sel mati
terprogram secara sukarela (apoptosis).
Sel
normal pun menpunyai kesadaran diri jika blueprint
yang dia miliki (DNA) ada yang rusak dan
tidak dapat diperbaiki maka program apoptosis akan teraktifkan, Apoptosis
merupakan persinyalan yang kompleks melibatkan banyak sinyal transduksi seperti
respeproe ligan Fas dan TNF (Tumor Nekrosis Factor dari sel NK), atau
terhentinya factor-faktor pertumbuhan yang mengaktifkan jalur persinyalan BCL2
yang memberi sinyal kepada mitokondria melepas factor-faktor pro-apoptosis
seperti sitokrom c. Keberadaannya lebih lanjut akan memicu sejumlah jalur
caspase (reaksi berantai) yang menyebabkan nucleus terfargmentasi dan terbentuk
apoptosis bodies dan secara bertahap sel mengkerut dan apoptosise badies
dilepas dan apada akhinya akan difagosistosis oleh kelompok makrofag.
Jalur
persinyalan apoptosis :
- Eksternal melalui reseptor sel yang
mengikat ligan contoh reseptor TNF mengikat sitokin TNF
- Internal melalui mitokondria akibat stress
seluler
- Inflamasi dan Infeksi : Pada kondisi
peradangan sel dirangsang untuk mengalami kematian agar diganti dengan yang
baru. Pada infeksi virus sel oleh TNF dirangsang untuk mati terprogram agar
agen infeksi dapat terjamah oleh komponen imun seluler dan humoral (virus tidak
bersembunyi dalam sel).
- Jalur yang dirangsang oleh Sel T
sitotoksik, sel yang terindikasi “sakit” akan dikenali oleh sel T sitotoksik
(pembunuh). Sel T mengrimkan perforin
(“pembolong” membran sel) yang memngaktifkan apoptosis.
- Retikulum endplasma dpat juga menjadi
pemicu apoptosis melalui jalur persinyalan kalsium. Peningkatan ion kalsium
dalam sitoplasma akan menstimulasi protein-proyein pro apoptosis.
- Kerusakan DNA semisal radiasi UV dan pada kemoterapi, DNA yang rusak akan mengaktifkan protein p53 yang akan mengstop[ siklus el, dan mengaktifkan protein pro-apoptosis.
Jenis Protein Caspase
Protein
pro-apoptosis : Caspases merupakan enzim proteolitik (poenghancur protein) yang
mengendalikan proses kematian sel.
Autophagy
Autophagi,
sederhananya sel memakan dirinya sendiri, bagian dirinya sendiri. Berbeda
dengan apoptosis, autophagy terjadi pada sel-sel yang masih aktif, dan
tujuannya adalah memperbagiki bagian-bagian sel yang rusak (reassebling)
merakit ulang bagian-bagian sel yang rusak. Proses ini terjadi secara
intraseluler.
Proses autofagi terjadi di
dalam sitoplasma sel yang melibatkan lisosom. Proses ini terjadi umumnya untuk
memperbaiki komponen seluler seperti organel yang rusak. Secara terprogram
organel yang rusak akan didegradasi (dihancurkan) oleh lisosos. Struktur khas
yang dapat termatai ialah terbentuknya autophagosom pada sitoplasma sel.
Prosesnya dapat terjadi
- Chaperonemediated autophagy > organel yang rusak, mendekati lisosom kemudian melebur dengan lisosom. Di dalam lisosom ornel didegradasi dengan bantuan sejumlah enzim lisozim
- Microautophagy > terjadi proses invaginasi atau pembungkusan organel dengan membran lisosom kemudian membentuk autophagosome dan terjadi autophagy.
- Makroautophagy > organel yang rusak akan disishkan dari bagian sel lain kemudian dibungkus dengan memnbran lipid dengan bantuan sejumlah factor inisiasi. Setelah terbungku kemudian akan bergabung dengan lisosom membentuk autofagosom yang matang, barunya terjadi autofagosom.
- Pada sel kanker kemmampuan ini menyebabkan
sel kanker lebih survive karena agen-agen penghambat pertumbuhan sel kanker
dapat dihancurkan melalui proses ini
- Pada penyakit neurodegenerative (penuaan
saraf) terjadi kelaianan pada proses autophagy seperti pada penyakit Alzheimer
terbentuk banyak autophagosom yang mempercepat penurunan fun gsi sel saraf.
- Pada kondisi infeksi yang disertai dengan
bakteri pada intraseluler, proses autophagy membantu mengeliminasi
pathogen-patogen tersebut. Kemampuan ini terutama ada pada sel kelompok
makrofag.
Mekanisme autophagy ini
menarik padasejumlah studi dinyatakan bahwa aktivitasnya akan meningkan pada
kondisi orang-orang yang membatasi asupan kalori seperti kondisi puasa. Pada
keadaan ini aktivitas perbaikan organel-organel yang terindikasi rusak
meningkat, sehingga pasca reaksi ini memeprbaiki kualitas hidup seperti mencegah
kanker, meningkatkan perbaikan sel dan kesehatan sel.
Selain dari ketiga
mekanisme di atas masih terdapat mekanisme kematian sel lainnya seperti Necroptosis,
Pyroptosis, Anoikis, Netosis dan Entosis, yang dipicu beragam sebab dan
mekanisme yang berlainan.
Semoga
Bermanfaat
Muhammad
Reza Jaelani
Referensi
Subowo.
2015. Biologi Sel 7th . Jakarta : Sagung Seto.
Albert
et.al. 2014. Essensial Cel Biology 4th. Garland Science. Tersedia
ebook (Kontak)
Kalp,
Gerald. 2012. Cell and Molecular Biology : Consept and Experiment. John Wiley
and Son. Tersedia ebook (Kontak).
Fasting In Ramadan
Helps Fight Cancer, Japanese Scientist https://theislamicinformation.com/fasting-ramadan-cancer-japanese-scientist/
Stephen Anton, Christiaan
Leeuwenburgh. 2013. Fasting or caloric restriction for Healthy Aging. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3919445/.
Ntsapi C, Loos B. 2016. Caloric
restriction and the precision-control of autophagy: A strategy for delaying
neurodegenerative disease progression.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
QA, MLS, Biomedic I Key Expertise : QMS, QC, Statistical Analysis, Immunology
Komentar
Posting Komentar