Langsung ke konten utama

Unggulan

BEBERAPA CATATAN UNTUK TES WIDAL

TES PRESUMTIF DAN KONFIRMASI


Pengelompokan pemeriksaan laroratorium penting diketahui agar para klinisi tidak keliru dalam memilih pemeriksaan dan menginterpretasikan hasil pemeriksaan. Secara umum berdasarkan tujuan pemeriksaan laboratorium dikelompokan menjadi dua jenis yaitu uji presumtif dan uji konfirmasi.


Uji presumtif dapat dikatakan sebagai tes-tes pendahuluan untuk menyaring (skrining) sejumlah kemungkinan. Sedangkan tes konfirmasi merupakan tes lanjutan dari tes pendahuluan jika hasil tersebut menunjukan hasil positif. Perbedaan uji presumtif dan konfirmasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.


UJI PRESUMTIF
UJI KONFIRMASI
Tujuan
Tes skrining, yang bertujuan mengeliminasi sebab-sebab praduga dari hasil anamnesa atau dugaan awal.
Hasil tes tidak dapat dijadikan penegak diagnosis, perlu dilengkapi dengan tes-tes lainnya. Staunya hanya sebagai prognosis.
Tes penegasan dari hasil-hasil uji presumtif. Tes konfirmasi dapat terdiri dari satu macam tes atau kombinasi beberapa tes laboratorium maupun non laboratorium.
Hasil tes dapat berdiri sendiri sebagai penegak diagnosis.
Sifat
Umumnya merupakan tes Kualitatif yang dilaporkan berupa Reaktif/Non Reaktif, Positif/Negatif dari reaksi yang teramati secara visual, atau hail berupa angka berskala ordinal, pada tes-tes tertentu ada yang sampai Semi Kuantitatif yang dilaporkan berupa titer tanpa satuan.
Ada yang bersifat kualitatif (hasil dinyatakan Positif/Negatif), ada yang kuantitatif (dilaporkan berupa angka dengan satuan tertentu)
Keandalan Analitik
Sensitivitas tinggi namun belum dapat menentukan secara spesifik analit yang dimaksud (mendeteksi bagian umum).
Sensitivitas  tinggi dapat menyebabkan hasil positif palsu sehingga perlu dikombinasikan dengan tes lain atau dilanjutkan ke uji konfirmasi
Sensitivitas tinggi, namun pada sejumlah kondisi klinis tertentu tingkat sensitivitas rendah.
Tingkat spesifisitas (keakuratan) lebih tinggi karena mendeteki bagian yang spesifik dari analit.
Tingkatan Metode
Metode Rutin
Umunya tergolong metode standar baku emas (Gold Standar)
Pengerjaan
Relatif mudah, relatif cepat dapat dilakukan pada setiap tingkatan laboratorium, Sebagian besar merupakan tes-tes manual yang dapat diamati secara visual.
Banyak tahapan pengerjaan, sehingga pengerjaan lebih lama, hanya laboratorium tertentu (tingkat utama) yang diberi izin dan dapat mengerjakan pemeriksaan, karena memerlukan bagian dan peralatan yang khusus
Biaya
Relatif murah
Relatif lebih Mahal




Contoh Uji
Presumtif
Konfirmasi
Panel Tifoid
Widal Tes metode slide atau Anti Salmonella IgM metode imunosorben magnetic secara kolorimetri (bukan rapid tes), dapat dilengkapi denga tes-tes Hematologi  lengkap, CRP dsb.
Kombinasi tes-tes ini dapat dijadikan penegak diagnosis tanpa perlu dikonfirmasi. Kecuali jika meragukan dapat pada kondisi klinis tertentu (pasien imunocompromise, konsumsi imunosupresan dsb) dilanjutkan ke uji konfirmasi.
Kultur Biakan Salmonella sp. atau tes PCR
Panel infeksi Virus Hepatitis B
HBsAg Kualitatif disarankan bukan mengunakan metode rapid tes.
Metode ELISA, CMIA, ELFA, ECLIA (Menggunakan prinsis reaksi antigen-antibodi fase-1)
Hasil perlu dilengkapi panel uji lain seperti Anti HBc IgM, sebagai penentu status akut-kronik infeksi
Hasil HBsAg kualitatif dapat dikonfirmasi dengan tes HBsAg Konfirmatori menggunakan metode berbasis reaksi antigen-antibodi fase-I.

Tes PCR HBV DNA Kualitatif, atau langsung ke tes PCR HBV DNA Kuantitatif atau HBsAg Kuantitatif
Panel Infeksi Virus Hepatitis C
Tes skrining: Anti HCV Total disarankan bukan menggunkan metode rapid tes.
Metode ELISA, CMIA, ELFA, ECLIA (Menggunakan prinsis reaksi antigen-antibodi fase-1)
Status infeksi dapat dilengkapi dengan Anti HCV IgM
Semua tes anti HCV positif dapat dikonfirmasi dengan metode RIBA (Recombinant Immunoblot Assay).
Atau melakukan tes PCR HCV RNA Kualitatif atau Kuantitatif
Panel Dengue
Tes Ns1 (paling baik untuk deman hari 1-3), Anti Dengue IgM/IgG (deman lebih dari 4 hari) metode imunokromatografi, yang dilengkapi tes lain seperti hematologi lengkap, CRP, ALT-AST. Jika perlu dilakukan tes koagulasi.
Tes Konfirmasi Pemeriksaan ELISA Anti Dengue IgM/IgG, Tes PCR Dengue RNA.
Panel Tes HIV
Skrining :
Tes HIV dengan 3 jenis metode yang berlainan atau 3 merk yang bebeda (tidak diperkenankan semua berupa rapid tes) memiliki sensitivitas >99%. Hasil positif harus selalu dikonfirmasi.
Tes HIV Konfirmasi : HIV WesternBlot
Panel Tes Drug Abuse (Narkotika Urin)
Pemeriksaan Urin Narkotes dengan metode immunokromatografi. Hasil positif harus dikonfirmasi
Pemeriksaan sampel urin dengan metode GCMS
Panel Tes Gonorrhea
Pasien yang menunjukan gejala dapat diperiksa dengan pewarnaan gram. Keberadaan diplococcus gram negatif sudah dalam sel PM dapat dijadikan penegak diagnosis.
Pada kasus tertentu yang bersifat asimtomatik tes langung ke uji NAAT
NATT (Nuclein Acid Amplification Test) dari spesimen yang diduga adanya bakteri Neisseria gonorrhea. Urin, hasil swab vagina atau uretra, selaput mukosa mata, laring dan faring.
Panel Chikungunya
Tes skrining: Anti IgM Chikungunya, tes tersedia dalam bentuk rapid imunokromatografi tes dan ELISA.
CDC merekomendasikan agar dilanjutkan ke tes konfirmasi. Namun dengan dilengkapi tes lain, dan sensitivitas-spesitivitas tes skrining yang baik, tes ini sudah cukup menegakan diagnosis
Tes netralisasi Anti IgM Chikungunya, jika deman kurang dari 3 hari dapat dilakukan kultur virus, namun jika lebih dari itu cukup dengan tes PCR RNA Chikungunya. 
Panel Tes Tuberkulosis
Tes Skrining TB paru :
Pemeriksaan preparat BTA yang diinterpretasikan sesuai pedoman IUATLD. Hasil ini sudah dapat dijadikan penegak diagnosis
Jika bakteri bersifat sistemik (menyebar ke darah, kulit, ginjal, otak) maka disarankan melakukan kultur atau pemeriksaan PCR
Kultur Mycobacterium tuberculosis, Tes PCR DNA MTB.

Komentar