Cari Blog Ini
Rasulullah saw bersabda "Ikatlah Ilmu dengan Tulisan"_____ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا Ya Allah … aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang thayyib, dan amal yang diterima"
Unggulan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Diposting oleh
Muh. Reza Jaelani Science Communicator
PEMERIKSAAN VIABILITAS SEL METODE KOLORIMETRI MTS ASSAY
PEMERIKSAAN VIABILITAS SEL METODE
KOLORIMETRI
MTS ASSAY
Agak sulit untuk menilai kondisi sel
masih hidup atau sudah mati jika hanya berpatokan pengamatan morfologi, memang
pada umumnya sel mati memiliki bentuk tidak beraturan lagi akibat tidak adanya mekanisme
yang mempertahankan keutuhan membran selnya. Akan tetapi tidak selalu juga sel
yang masih nampak baik menandakan sel tersebut dalam keadaan hidup. Sel-sel
yang masih hidup merupakan sel ditandai dengan viabilitas.
Dalam Kultul sel, pemeriksaan viabilitas
merupakan salah satu yang fundamental. Pemeriksaan ini dapat dilakukan secara
langsung maupun tidak langsung. Pemeriksaan langsung dilakukan dengan cara
pewarnaan, sel-sel yang mati akan menerap zat warna sedangkan sel yang hidup
tidak akan terwarnai. Hal ini berhubungan dengan kemampuan sel mempertahankan
keutuhan membran sel. Sel yang hidup secara selektif dan aktif mengatur
transport keluar masuk membran sel, sedangkan sel yang telah mati kehilangan
kemampuan ini.
Cara kedua
dilakukan dengan pengukuran secara tidak langsung, yaitu dengan mengukur
aktivitas metabolisme sel, produk-produk hasil metabolisme seperti LDH, NADH
dan NADPH dapat menjadi marker aktivitas sel yang masih hidup. Beragam metode
pengukuran secara tidak langsung telah banyak dikembangkan yang paling umum
dikerjakan adalah metode MTT 3-(4,5-dimethylthiazol-2-yl)-2,5-diphenyltetrazolium
bromide. Metode sejenis lainnya adalah XTT (sodium3c’-[1-(phenylaminocarbonyl)-3,4-tetrazolium)-bis-(4-methoxy-6-nitro)benzene
sulphonic acid hydrate).
Metode MTT
sekarang ini mengalami pengembangan menjadi metode MTS. Hasil pengukuran MTS
Assay dapat digunakan untuk menghitung LC50 (lethal consentration) pada uji daya sitotoksik dan IC50
(Inhibition concentration) daya
antiproliferasi.
Metode
MTS assay didasarkan pada reaksi
redoks enzimatik yang menghasilkan perubahan warna (kolorimetri). Pereaksi MTS
(3-(4,5-dimethylthiazol-2-yl)-5-(3-carboxymethoxyphenyl)-2-(4-sulfophenyl)-2H-tetrazolium)
akan mengalami reduksi oleh NADH dan NADPH yang merupakan produk dehidrogenasi
sel yang hidup. Reaksi reduksi diperantarai electron
coupling agent PMS (Phenazine Methosulfate). Produk akhir
reaksi berupa formazan berwarna ungu yang intensitas warnanya dapat diukur
secara kolorimetri. Intensitas warna yang terbentuk setara dengan viabilitas
sel. Reaksi ini terjadi terjadi secara intraseluler (ProMega, 2012).
Reaksi Reduksi MTS (Pro Mega, 2012)
Reagen
MTS dan PMS harus disimpan pada suhu -20oC dan terlindung dari
cahaya. Saat hendak dipakai kedua reagren dibiarkan mencair pada suhu kamar dan
terlindung dari cahaya. Setelah 90 menit, MTS dan PMS dicampurkan dengan
perbandingan (MTS:PMS) 20:1. Campuran tersebut disebut sebagai pereaksi MTS.
Pereaksi MTS dihomogenkan dengan bantuan vortex.
Pereaksi dilindungi dari paparan cahaya langsung. Setelah siap, ke dalam
masing-masing well pengujian
ditambahkan 20 μL pereaksi MTS, kemudian dihomogenkan dengan mengetuk-ngetuk well dengan jari secara perlahan.
Setelah itu well plate diinkubasi
dalam inkubator CO2 5% bersuhu 37oC selama 2 jam. Selama
inkubasi well plate tidak boleh
terkena paparan cahaya. Setelah inkubasi
2 jam, intensitas warna hasil reaksi dibaca menggunakan ELISA Reader pada λ = 490 nm dan ditentukan
viabilitas sel hasil pengujian dengan rumus berikut :
%
Viabilitas = {[Abs S - Abs K] / [Abs K - Abs M]} x 100%
Keterangan
% Viabilitas : Persentase sel MCF-7 yang hidup
Abs S : Absorbansi reaksi pada perlakuan
Abs B : Absorbansi reaksi pada blanko ekstrak
pada konsentrasi n
Abs K : Absorbansi reaksi pada kontrol
Abs M : Absorbansi reaksi pada blanko media
Interferensi dalam pemeriksaan
Faktor
|
Interferensi
|
Penanggulangan
|
Kadar
Glukosa Media kurang
|
Rendahnya
kadar glukosa menyebabka menurunnya laju glikolisis, sehingga hasil
pengukuran rendah palsu.
|
Jangan
gunakan media dari sisa kultur tissue flash, gunakan stok media baru.
|
Presipitasi
Protein
|
Beberapa
jenis pelarut organic ataupun perubahan pH dapat menyebakan presipitasi
protein serum, yang akan mengganggu pembacaan karena menimbulkan kekeruhan.
|
Gunakan
pelarut lain, dan atur pH media
|
Phenol
red
|
Warna
Phenol red berubah seiring perubahan pH, dapat menpengaruhi pembacaan hasil
reaksi
|
Atur
kembali pH medium atau gunakan media tanpa phenol red.
|
Confluency
|
Pastikan
konfulensi sel kultur merata, kultur sel yang tidak konfluen ataupun terlalu
rapat dapat mempengaruhi pengukuran laju metabolisme karena efek senescent
antar sel.
|
Tetapkan
batas minimal sel yang dipakai dalam setiap well plate. Umumnya antara 10.000
– 20.000 per wel plate, atau tergantung jenis dan jumlah sel yang ada.
|
Laju
metabolisme
|
Laju
metabolisme sel dapat berubah-ubah seiring dengan umur kultur, banyaknya
re-culture, dan perlakuan yang dilakukan
|
Setiap
kali pengerjaan sertakan pengukuran kontrol dan blanko, gunakan kurva standar
dalam setiap pengerjaan
|
Referensi
:
ProMega.
2012. Cell Titer 96 Aqueus Solution One Solution Cell Proliferation Assay.
Madison USA: Promega Corporation
Kupcsik,
L. 2011. Estimation of Cell Number Based on Metabolic Activity: The MTT
Reduction Assay, In Mamalian Cell Viability: Method and Protocol 3 Page 13-19.
Humana Press Springer Science+Business Media (www.springer.com).
Stonddart,
MJ. 2011. Cell Viability Assay : Introduction, in Mamalian Cell Viability:
Method and Protocol Chapter 1 Page 1-7. Humana Press Springer Science+Business
Media (www.springer.com).
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
QA, MLS, Biomedic I Key Expertise : QMS, QC, Statistical Analysis, Immunology
Komentar
Posting Komentar