Cari Blog Ini
Rasulullah saw bersabda "Ikatlah Ilmu dengan Tulisan"_____ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا Ya Allah … aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang thayyib, dan amal yang diterima"
Unggulan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Label
Diposting oleh
Muh. Reza Jaelani Science Communicator
UNCERTAINTY IN MEASURMENT
Ketidakpastian yang Selalu Ada
Pengukuran sangat erat kaitannya
dengan perkembangan manusia dan menjadi salah satu bukti kecerdasan manusia.
Pada awalnya manusia hanya memfokuskan pengukuran pada pengukuran berat (massa)
yang dilakukan untuk kegiatan barter. Kemajuan arsitektur pun erat kaitannya
dengan kemampuan melakukan pengukuran, bagaimana manusia menentukan ukuran pola
bangunan dsb erat kaitannya dengan ukuran-ukuran tertentu. Setiap daerah pasti
memeiliki jenis-jenis ukuran yang khas, semisal dalam masyarakat Sunda masih
berlaku ukuran tanah berdasarkan tumbak (1 tumbak ~ 14,1 m2) di masyarakat
Jawa ukurannya memakai istilah bata. Ukuran berat dalam masyarakat Arab dikenal
istilah 1 Sha, 1 Mud, 1 qirat.Ukuran berat Eropa atau AS sering menuliskan 1
cup, 1 gelas, ounce, troy Ounce, Lb. Dsb. Standar-standar ini untungnya telah
distandarisasi ke dalam sistem satuan internasional (SI).
Detail of a cubit rod in the Museo Egizio of Turin |
Catatan arkeologi paling tua tentang pengukuran pada kebudayaan Mesir kuno, Mesopotamia (Irak), Babilonia, dan Kebudayaan sungai Indus di India sekitar abad 4000-3000 SM. Ukuran-ukuran seperti 1 kaki (30,5 cm), 1 hasta, periode-periode pengukuran matahari, bulan, dan astronomi berasal dari Mesir kuno dan Babilonia.
Seiring perkembangan zaman semakin
maju peradaban pada umumnya selalu ditandai kemajuan dalam bidang pengukuran
yang makin presisi seiring dengan perkembangan sensitivitas pengukuran ilmu
pengetahuan. Contoh paling sederhana
dapat ditemukan dalam lika-liku tahun masehi, dalam versi Kalender Julian yang
diperkenalkan tahun 46 SM, mendefinisikan 1 tahun Masehi didefinisikan 365,25
(365 hari 6 jam).Setiap 4 tahun sekali pada kalender masehi selalu ada
penambahan 1 hari pada bulan Februari sebagai konvensasi dari setiap tahun yang
kebeliban 0,25 hari = 6 jam. Seiring dengan perkembangan presisi alat ukur
ternyata 1 tahun = 365 hari 5 jam 48 menit 46 detik = 365,2425 hari. Sehingga
setiap 1000 tahun kalender JUlius kelebihan 7-8 hari.
Masalah ini kemudian diperbaiki pada tahun
1582 atas usulan Aloysius Lilius yang disetujui oleh Vatikan yang kemudian
dikenal dengan kalender Gregorian. Penemuan Jam Atom dan Konvensi Internasional
mengenai satuan internasional mendorong penemuan standar waktu yang lebih
presisi. Berdasarkan standar perhitungan ini pun jika dibandingkan dengan
standar jam atom waktu bumi masih harus dikoreksi 1 detik secara berkala.
Tercatat dari 1972-2015 telah terjadi 26 kali koreksi penambahan detik. Koreksi
terakhir dilakukan pada 30 Juni 2015. Proses ini dinamakan detik kabisat yang
umumnya dilakukan setiap 18 bulan sekali. Selain penambahan detik, pengurangan
pun dapat dilakukan atau dalam tahun tertentu tidak dilakukan koreksi sama
sekali. Hal ini diakibatkan karena keterbatasan ilmu pengetahuan yang ada dalam
mengukur kecepatan rotasi bumi.
Begitupun pada kalender hijriah jumlah
hari dalam bulannya ada yang 29 hari atau digenapkan menjadi 30 hari. Perhitungan
yang lebih presisi menunjukan bulan berotasi dan berevolusi selama 29 hari 12
jam 44 menit 3 detik. So, karena tidak bulat angkanya maka tak heran metode
pengamatan yang berbeda pada batas tertentu memiliki perbedaan dalam standar
penetapan awal bulan baru. Contohnya kasus perbedaan awal Ramadhan dan Idul
Fitri.Perbedaan hasil dan koreksi pengukuran dengan metode yang lebih presisi,
merupakan hal yang lumrah dalam pengukuran.
Tidak ada angka yang pasti 100% akurat
dari hasil pengukuran, hasil-hasil pengukuran yang dianggap benar adalah hasil
ukur yang sering muncul dan berdekatan pada batas-batas tertentu. Hal ini
menandakan pengukuran yang dilakukan manusia memiliki keterbatasan atau dikenal
dengan istilah ketidakpastian (Uncertainty). Uncertainty tidak mungkin dihilangkan, hanya dapat dikendalikan
seiring dengan proses kendali mutu. Perbaikan dan pengembangan pada metode dewasa
ini memperbaiki presisi.Setiap proses pengukuran pasti memiliki uncertainty.
Contoh dalam kegiatan sehari-hari
1. Seorang
analis melarutan liofilisat bahan kontrol A yang memiliki kadar Albumin 3,30
g/mL, kemudian bahan kontrol tersebut diperiksa 5 kali secara fotometri metode
BCG. Didapatkan hasil pengukuran sebagai berikut : 3,28; 3,31; 3,25; 3,36; 3,29
g/mL
2. Seorang
analis melakukan kalibrasi mikropipet ukuran 1000 uL dengan cara memipet air
sejumlah 1000 uL kemudian air tersebut ditimbang dengan neraca analitik.Pada
suhu 25oC massa jenis air 0,9971 g/mL. Hasil 10 kali pemipetan didapatkan hasil
sebagai berikut: 0,9987; 0,9978; 0,9986; 0,9982; 0,9980; 0,9984; 0,9975;
0,9977; 0,9981; 0,9973. gram
3. Seorang
anak diminta mengukur panjang benda dengan 2 alat ukur yang berbeda. Didapatkan
hasil sebagai berikut :
Berdasarkan contoh-contoh kasus di
atas, dapatkah kita menentukan mana pengukuran yang paling akurat? Jawabannya
tidak ada yang tahu secara akurat mana hasil yang paling mendekati, akan tetapi
yang dapat menjadi
pegangan ialah. Metode-metode atau
alat ukur yang memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang lebih tinggi dapat dijadikan
standar acuan tertinggi yang mendekati hasil yang sebenarnya.
Oleh karena uncertainty tidak dapat dihilangkan, maka dikembangkan teknik-teknik
pengukuran uncertainty untuk dinilai
apakah hasil ukur yang dilakukan masih dapat diterima atau tidak. Beberapa
standar internasional seperti ISO 15189 dan ISO 17025.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Label:
Quality Control
QA, MLS, Biomedic I Key Expertise : QMS, QC, Statistical Analysis, Immunology
Komentar
Posting Komentar